BAB 5 KREATIVITAS DAN KEINOVASIAN DALAM KEWIRAUSAHAAN

Pengertian Kreativitas Dan Inovasi
Kreativitas diartikan sebagai penggunaan imaginasi dan kecerdikan untuk
mencapai sesuatu atau untuk mendapatkan solusi yang unik dalam mengatasi
persoalan (Sahid Susanto, 1999: 3). Kreatif bukan bawaan dari lahir melainkan
sesuatu yang dapat diciptakan dan dilatih dengan memberikan stimulus atau
pancingan kepada otak. Permainan, atau membuat gambar-gambar dapat
merangsang otak untuk berpikir kreatif. Dengan berlatih berpikir kreatif, maka
inspirasi untuk melakukan, membuat, dan menciptakan sesuatu terbuka lebar
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Inovasi merupakan proses mengembangkan ide baru atau memasukkan ide baru
dalam kegiatan praktis sehingga terjadi konversi ide baru dalam aplikasi yang
bermanfaat. Aplikasi ide baru terjadi dalam bentuk proses inovasi yang
menghasilkan cara atau metode yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu akan
menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Potensi kreativitas ada pada semua orang. Kewirausahaan erat kaitannya dengan
kreativitas dan inovasi karena: 1) inti dari kewirausahaan adalah kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new dan different)
melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Oleh
karena itu wirausaha erat hubungannya dengan kreativitas (Suryana, 2003:2); 2)
menurut Milgram (Munandar, 1995) intelegensi atau IQ semata-mata tidak dapat
meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata; 3) selanjutnya Rowe (2004)
mengatakan bahwa kecerdasan umum mendukung beberapa tipe kreativitas, tapi
belum tentu bisa mendukung atau menjamin semua tipe kreativitas. Kecerdasan
kreatif sifatnya terbuka, inovatif, inventif, tak terbatas, berani, spontan, fantasis,
imajinatif, tak terduga, revolusioner dan berjiwa bebas, sedangkan kecerdasan
umum mempunyai karakteristik fokus, disiplin, logis, terbatas, bersahaja, realistis,
praktis, serius, stabil dan konservatif (Susiana, 2005: 13).

Hal utama yang diperlukan untuk mengasah dan mengembangkan kreativitas
adalah menyiapkan otak untuk selalu terbuka menerima impuls atau rangsangan
dari luar. Karena otak itu luar biasa hebatnya, sehingga sangat disayangkan jika
tidak menggunakannya semaksimal mungkin. Setiap peristiwa, pengalaman
hidup, bahkan hal-hal kecil yang terjadi dan ada disekitar kita dapat digunakan
untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu telah tersedia produk-produk yang
dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan kreativitas
seseorang.
Pengertian kreativitas (Munandar,1995:47-51) antara lain :
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan berda-
sarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada ketepatgunaan dan
keragaman jawaban.
c. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinal dalam berpikir, dan
kemampusan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, mem-
perinci) suatu gagasan.
Proses kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam mengembangkan gagasan dapat
dilihat melalui (Munandar, 1995):
a. Kelancaran, sebagai kemampuan untuk mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
b. Keluwesan, sebagai kemampuan untuk: 1) menghasilkan gagasan, jawaban
atau pertanyaan yang bervariasi, 2) dapat melihat masalah dari sudut pandang
yang berbeda-beda, 3) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda,
dan 4) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran .
c. Keaslian, sebagai kemampuan untuk: 1) melahirkan ungkapan yang baru dan
unik, 2) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, dan 3)
mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau
unsur-unsur.
d. Keterperincian, kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu gagasan,
merincinya sehingga menjadi lebih menarik.

Menurut Cropley (Utami Munandar, 1995:9) kemampuan kreatif adalah
kemampuan menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat
kombinasi yang tidak diduga dan memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu
yang tidak lazim. Atau dengan kata lain kreativitas mahasiswa adalah kemam-
puan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam
pemecahan masalah.
Inovasi adalah proses menerjemahkan ide dan merubahnya menjadi suatu
produk, jasa atau metode yang berguna (Robbins dan Coulter, 1999). Terdapat
beberapa hal yang menjadi faktor pendorong inovasi, yaitu:
1. variabel struktur, meliputi struktur organisasi, sumber daya yang dimiliki, dan
komunikasi yang terjadi dalam organisasi.
2. variabel budaya, meliputi penerimaan terhadap ambiguitas, toleransi terhadap
hal-hal yang tidak praktis, rendahnya kontrol ekstrenal, toleransi terhadap resiko,
toleransi terhadap konflik, berfokus terhadap hasil, dan sistem yang terbuka.
3. variabel sumber daya manusia, meliputi komitmen tinggi terhadap pelatihan
dan pengembangan, tingkat keamanan pekerjaan, dan sumber daya orang yang
kreatif.
Menurut Munandar (1995:150), kegiatan belajar mengajar yang menumbuhkan
gagasan kreatif anak dapat dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas
yang merangsang belajar kreatif dan mengajukan pertanyaan. Penciptaan
lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dapat dilakukan melalui hal-hal
sebagai berikut.
1. Memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan minat dan
merangsang rasa ingin tahu mahasiswa. Pertanyaan dosen diajukan bersama
demon-strasi pada awal pembelajaran (fase pendahuluan).
2. Pengaturan fisik, misalnya pengaturan tempat duduk sesuai kegiatan-kegiatan
mahasiswa. Dosen mengelompokkan mahasiswa menjadi delapan kelompok.
Mahasiswa duduk berhadapan pada kelompok masing-masing saat praktikum
(fase penggalian) dan siswa duduk terfokus menghadap ke depan saat fase
pendahuluan, penjelasan, penerapan konsep, dan evaluasi.
3. Kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan, misalnya kegiatan praktikum
secara kelompok dan pengalaman langsung dengan benda-benda konkrit.
Berwirausaha
Dalam pengertian secara estimologis wira berarti utama, gagah, mulia dan luhur,
sedangkan swa berarti pribadi atau kekuatan sendiri dan sta berarti berdiri,

berjuang untuk hidup sendiri dengan bijaksana, mulia dan merdeka. Dengan
demikian wiraswasta dapat diartikan sebagai sifat-sifat keberanian dan
keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kekuatan dan
kemampuan sendiri.
Dari pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa wirausaha adalah
usaha yang dilakukan oleh orang yang berani mengambil resiko dan berani berdiri
sendiri untuk lapangan pekerjaaan atau nafkah untuk hidupnya sendiri serta
orang lain yang dapat ditampungnya.
Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk memberikan
tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri
sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan
produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien, melalui
keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan
manajemen.
Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan yang positip
terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau
pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang etis dan
produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk merealisasikan
tanggapan yang positip tersebut. Semangat, perilaku dan kemampuan wirausaha
tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu wirausaha dikelompokkan
menjadi tiga tingkatan yaitu: wirausaha awal, wirausaha tangguh, wirausaha
unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya yang lebih menonjol dalam
memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya menjadi
output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative
Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol
dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim
disebut Innovative Entrepreneur.
Mata Kuliah Kewirausahaan
Mata kuliah Kewirausahaan merupakan mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa
di Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana, baik pada jenjang S-1 maupun D-3.
Mata kuliah ini terdiri dari teori yang membahas tentang konsep-konsep umum
dan jiwa kewirausahaan, kunci sukses, sikap dan kepribadian wirausahawan,
penggalian kemampuan manajerial, perhitungan dan analisis keuangan dan
kontrol anggaran usaha kecil yang didirikan. Standar kompetensi yang diharapkan

adalah mahasiswa dapat menyusun perencanaan bisnis (business plan) atas suatu
usaha yang ingin didirikan.
Selama ini, pelaksanaan perkuliahan Kewirausahaan masih terbatas pada teori
saja, belum pada tataran praktek, sehingga mahasiswa belum mempunyai
pengalaman dan implementasi kewirausahaan yang sesungguhnya.
Cooperative learning
Bagaimana setiap mahasiswa satu sama lainnya berinteraksi merupakan salah
satu aspek penting dari sebuah instruksi tugas dalam kelas. Terdapat beberapa
cara mahasiswa dapat berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. Mereka dapat
berkompetisi untuk mengetahui siapa yang menjadi terbaik, atau mereka dapat
bekerja secara individu untuk meraih tujuan perkuliahan tanpa memperhatikan
dan bekerjasama dengan mahasiswa lainnya, atau mereka bekerjasama dengan
menetapkan kepentngan yang sama sebagai pembelajaran satu sama lainnya. Hal
yang terakhir adalah inti dari metode pembelajaran cooperative learning.
Cooperative learning melibatkan kerjama antarmahasiswa dengan belajar untuk
berjuang bersama, menyelesaikan suatu pekerjaan bersama, mendukung satu
sama lain, merayakan kesuksesan bersama, dengan mengabaikan latar belakang
budaya dan jenis kelamin (Roger T. and David W. Johnson, 2004).
Beberapa hal yang mengkondisikan terjadinya cooperative learning adalah:
1. Adanya positive interdependence yang jelas.
2. Terjadi interaksi face-to-face (promotive interaction).
3. Adanya akuntabilitas dan tanggung jawab individu untuk meraih tujuan
bersama dalam kelompok (positive relationship).
4. Penggunaan kemampuan interpersonal dalam kelompok kecil (phsycological,
adjustment, social competence).
5. Terdapat proses perbaikan keefektifan masa depan(effort to achieve).

Gambar Elemen Cooperative learning

Positive Interdependence
Persyaratan utama dari cooperative learning yang efektif adalah saat setiap
mahasiswa dalam kelompoknya percaya bahwa mereka berenang bersama atau
mereka tenggelam bersama. Dalam situasi dalam kelas, mahasiswa mempunyai
dua (2) tanggung jawab, yaitu mempelajari bahan ajar dan meyakinkan bahwa
setiap anggota kelompok mempelajari bahan ajar tersebut. Positive
interdependence terjadi saat anggota kelompok merasa bahwa kesuksesan
kelompok tidak akan tercapai jika anggota kelompok lain tidak bekerjasama. Oleh
karenanya, setiap mahasiswa dalam kelompok harus berkoordinasi satu sama lain
untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.
Dengan adanya positive interdependence, kontribusi setiap mahasiswa sangat
dibutuhkan, yang mengakibatkan tidak adanya free-riders dalam kelompok. Selain
itu, setiap mahasiswa dalam kelompok akan mempunyai kontribusi unik sesuai
dengan tanggung jawab dan sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan
kelompok.
Interaksi Face-to-Face (promotive interaction)

Positive Interdependence mempengaruhi terjadinya interaksi face to face.
Interaksi ini ditandai dengan kerja sama antaranggota dalam kelompok secara
efektif dan efisien untuk saling membantu, saling bertukar informasi dan sumber
daya, memberikan feedback sebagai sarana perbaikan anggota kelompok lain,
mempengaruhi satu sama lain untuk saling bekerja sama meraih tujuan,
membangun kepercayaan satu sama lain dan lebih mengutamakan pengambilan
keputusan yang lebih berkualitas. Dengan adanya interaksi ini motivasi kelompok
akan terbangun dan menghindari konflik dan stress dalam kelompok.
Akuntabilitas dan Tanggung Jawab Individu (positive relationship)
Elemen ketiga dari cooperative learning adalah akuntabilitas individu, yang terjadi
saat kinerja individu dinilai, kemudian hasilnya diberikan kepada kelompok dan
individu tersebut bertanggung jawab atas pencapaian kesuksesan kelompok.
Adalah hal yang penting ketika kelompok mengetahui anggota mana yang
membutuhkan bantuan dan dukungan untuk menyelesaikan tugas.
Tujuan dari cooperative learning adalah membuat setiap anggota kelompok lebih
kuat dalam haknya. Untuk meyakinkan bahwa setiap anggota kelompok
berkontribusi secara adil, dosen harus memberikan penilaian untuk setiap
anggota kelompok, memberikan feedback, membantu kelompok untuk
menghindari konflik/stress, dan meyakinkan bahwa setiap individu bertanggung
jawab untuk hasil akhir tugas kelompok.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan akuntabilitas dan
tanggung jawab individu secara optimal adalah:
membentuk kelompok kecil sehingga dapat diketahui secara jelas anggota
kelompok mana yang mempunyai akuntabilitas dan tanggung jawab yang baik,
memberikan penilaian untuk setiap anggota kelompok,
menanyakan kinerja seorang anggota kelompok kepada anggota kelompok lain,
memberikan tutorial/penjelasan kepada anggota kelompok lain ketika seseorang
telah mengerti sesuatu (simutaneous explaining).
Penggunaan Kemampuan Interpersonal (phsycological, adjustment, social
competence)

Elemen keempat dari cooperative learning adalah penggunaan kemampuan
interpersonal yang tepat dalam kelompok. Untuk mengkoordinasikan usaha
meraih tujuan kelompok, setiap anggota harus 1) saling mengetahui satu sama
lain, 2) saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambigu, 3) saling menerima
dan mendukung dan 4) saling memecahkan permasalahan secara konstruktif.
Kemampuan interpersonal bukan bawaan lahir. Kemampuan ini tidak hadir begitu
saja, membutuhkan kemampuan sosial untuk kolaborasi yang berkualitas tinggi
dan dimotivasi untuk lebih produktif. Semakin baik kemampuan sosial anggota
kelompok, semakin tinggi peluang ketercapaian tujuan kelompok.
Proses Perbaikan (effort to achieve)
Kinerja kelompok yang efektif dipengaruhi oleh seberapa baik kelompok tersebut
berfungsi. Proses kelompok diraih dalam jangka waktu yang cukup lama, dan
proses meraih tujuan melibatkan keseluruhan elemen organisasi untuk berjuang
bersama. Proses perbaikan kelompok ini mengandung arti: 1) mendiskripsikan
apakah perilaku anggota kelompok saling membantu atau tidak, 2) penentuan
keputusan tentang apakah sesuatu keputusan dilanjutkan atau diubah. Tujuan
proses perbaikan kelompok ini adalah untuk mengklarifikasi dan meningkatkan
keefektivan anggota kelompok dalam memberikan kontribusi dan usaha
kolaboratif untuk meraih tujuan kelompok. Salah satu aspek penting dari proses
perbaikan kelompok adalah rasa kebersamaan sukses, dihargai dan dihormati
satu sama lain sehingga membangun komitmen pembelajaran, antusiasme
terhadap bekerja dalam kelompok, dan rasa percaya diri untuk bekerjasama
secara kooperatif.
Cooperative learning telah banyak digunakan dalam pembelajaran kelas. Salah
satu prinsip dasar dari cooperative learning adalah prinsip dari pengelompokkan
secara heterogen. Dalam cooperative learning, keberagaman akan lebih efektif
menghasilkan ide-ide yang lebih kaya dan pengalaman belajar yang lebih baik.
Selain itu, kemampuan penting seperti pemikiran kritis, pemecahan masalah yang
kreatif dan penciptaan pengetahuan dapat dengan mudah dicapai melalui
aktivitas kelompok.
Beberapa pendapat juga menyatakan bahwa cooperative learning terjadi ketika
pembelajaran tujuan kelompok sangat penting dilakukan, task/tugas yang
diberikan pada kelompok relatif kompleks, diperlukan analisis pemecahan
masalah, kreativitas dan kinerja kelompok yang tinggi dan strategi dinamika
kelompok. Tujuan kelompok adalah pencapaian penyelesaian task.tugas yang

diberikan, sehingga seluruh anggota kelompok berkonsentrasi untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
Cooperative learning akan sangat bermanfaat pada kelompok-kelompok kecil,
karena dalam kelompok kecil setiap anggota dimungkinkan untuk memberikan
kontribusi optimal untuk meraih tujuan/tugas kelompok. Selain itu, setiap
anggota akan mengembangkan kemampuan interpersonalnya, terlibat dengan
konflik kelompok, namun dengan kejelasan tujuan dan komitmen bersama maka
peningkatan pemahaman pembelajaran akan tercapai. Setiap anggota kelompok
tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya, namun juga harus membantu
anggota lain untuk memahami pembelajaran agar tujuan/tugas kelompok
tercapai (http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm).
Kerangka Berfikir
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu
mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, yang merupakan inti dari
kewirausahaan. Kegiatan belajar mengajar yang menumbuhkan gagasan kreatif
dan inovatif dapat dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas yang
merangsang belajar kreatif, salah satunya dengan kegiatan praktikum secara
kelompok dan pengalaman langsung dengan benda-benda konkrit..
Melalui cooperative learning yang mendasarkan pada pemberian tugas/task
untuk kelompok mahasiswa, berupa penyusunan, presentasi dan implementasi
business plan, maka jiwa, sikap dan semangat kreativitas dan inovasi mahasiswa
untuk berwirausaha akan terbentuk, karena mahasiswa akan secara langsung
mempraktekkan ilmunya dan mengeksplorasi kreativitas dan inovasinya
berwirausaha.
Share:

No comments:

Post a Comment

Keep Traveling

Total Pageviews

Popular

Blog Archive

Recent Posts