BAB 1
RUANG LINGKUP DISIPLIN
ILMU KEWIRAUSAHAAN
A. DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam memghadapi tantangan
hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya.
Dalam konteks bisnis menurut Zimmerer ( 1996 ) “Kewirausahaan adalah hasil dari
suatu usaha disiplin serta proses sistematis serta penerapan kreativitas dan
inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.”
Dulu kewirausahaan dianggap hanya dapat dilakukan melalui
pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang dibawa sejak lahir,
sehingga wirausaha tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang,
kewirausahaan bukan hanya urusan lapangan, tetapi merupakan disiplin ilmu yang
dapat diajari dan diajarkan. Seseorang yang memiliki bakat kewirausahaan dapat
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan. Mereka yang menjadi wirausaha adalah
orang-orang yang mengenal potensi dan belajar mengembangkannya untuk menangkap
peluang serta mengorganisasi usaha dalam mewujudkan cita-citanya. Oleh sebab
itu, untuk menjadi wirausaha yang sukses, memiliki bakat saja tidak cukup,
tetapi juga harus mempunyai pengetahuan tentang segala aspek usaha yang akan
ditekuninya.
Dilihat
dari awal perkembangannya, sejak awal abad ke-20, kewirausahaan sudah
diperkenalkan di beberapa Negara, misalnya di Belanda dikenal sebagai
“Ondermener” dan di jerman dikenal sebagai “Untermehner”. Di beberapa negara,
kewirausahaan memiliki beberapa tanggung jawab, antara lain tanggung jawab
dalam mengambil keputusan yang menyangkut kepemimpinan teknis, kepemimpinan
organisasi dan komersil, penyediaan modal, penerimaan dan penanganan tenaga
kerja, pembelian, penjualan, pemasangan iklan, dan lain-lain. Kemudian pada
tahun 1950-an, pendidian kewirausahaan mulai dirintis di beberapa Negara
seperti di eropa, amerika dan kanada. Bahkan sejak tahun 1970-an, banyak
universitas yang mengajarkan kewirausahaan, manajemen usaha kecil, atau
manajemen usaha baru. Pada tahun 1980-an, hamper 500 sekolah di AS memberikan
pendidikan kewirausahaan. Di Indonesia, pendidikan kewirausahaan masih terbatas
pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu.
Menurut
Soeharto prawirokusumo, pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu
disiplin ilmu tersendiri yang independen, karena :
1. Kewirausahaan berisi bidang pengetahuan yang utuh dan nyata,
yaitu terdapat teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2. Kewirausahaan memiliki 2 konsep, yaitu posisi permulaan dan
perkembangan usaha, yang jelas tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen
umum yang memisahkan antara meejemen dan kepemilikan usaha.
3. Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek
tersendiri, yaitu kemmpuan menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
4. Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan usaha
dn pendapatan, atau kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur.
Seperti
halnya ilmu manajemen yang awalnya berkembang di bidang industry, kemudian
berkembang dan diterapkan diberbagai bidang lainnya, maka disiplin ilmu
kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat. Pada awalnya
kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan, namun kemudian diterapkan di
berbagai bidang lain seperti industry, perdagangan, pendidikan, kesehatan dan
institusi lain seperti lembaga pemerintah, perguruan tinggi, dan lembaga
swadaya lainnya. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan
kompetensi inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan.
Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka
pendek, tetapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum dalam jangka panjang
untuk menciptakan peluang.
B. OBJEK
STUDI KEWIRAUSAHAAN
Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan
seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku. Menurut Soeparman S., kemampuan
seseorang yang menjadi obek kewirausahaan meliputi :
1. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha.
Dalam
merumuskan tujuan perlu adanya perenungan dan koreksi, yang kemudian dibaca,
diamati berulang-ulang sampai dipahami secara mendalam.
2. Kemampuan memotivasi diri.
Yaitu
untuk melahirkan suatu tekad keauan yang besar.
3. Kemampuan berinisiatif.
Kemampuan
untuk mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang
dilakukan berulang-ulang sehingga kebiasan tersebut menjadi suatu inisiatif.
4. Kemampuan berinovasi.
5. Kemampuan membentuk modal material, sosial dan intelektual.
6. Kemampuan mengatur waktu dan membiasakan diri.
7. Kemampuan mental yang dilandasi agama.
8. Kemampuan membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
C. PERKEMBANGAN
DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN
Dilihat
dari perkembangannya, kewirausahaan dikenal secara populer pada awal abad
ke-18.
1755 :
Seorang Irlandia bernama Richard cantillon yang berdiam di Prancis merupakan
orang pertama yang menggunakan istilah “wirausaha” dalam bukunya Essai sur la
nture du commerce en generale. Dalam buku tersebut, ia menelaskan bahwa
wirausaha adalah seseorang yang mengambil resiko. Pada awalnya, wirausaha
merupakan sebutan bagi para pedagang yang membeli barang di daerah dan
menjualnya dengan harga yang tidak pasti.
1912 :
Schumpeter mengartikan wirausaha yang sampai saat ini masih relevan dan masih
diikuti banyak kalangan. Menurutnya wirausaha tidak selalu bararti pedagang
atau manajer, tetapi juga seorang yang unik yang memiliki keberanuan dalam
mengambil resiko dan memperkenalkan produk-produk yang inovatif serta teknologi
baru ke dalam perkonomian.
1994 :
sejalan dengan perkembangan konsep kewirausahaan, Peter F. Drucker
mendefinisikan kewirausahaan sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda.
1995 :
Definisi yang dikemukakan oleh Peter F. Drucker dikemukakan lebih luas lagi
oleh Peter Hisrich yang mengatakan bahwa kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda untuk menghasilkan nilai dengan mencurahkan waktu dan
usaha, diikuti dengan penggunaan uang, fisik, resiko, dan kemudian menghasilkan
balas jasa berupa uang serta kepuasan dan kebebasan pribadi.
1996
:Definisi diatas tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Thomas W.
Zimmerer yang mengungkapkan bahwa kewirausahan merupakan proses penerapan
kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan mencari peluang yang
dihadapi orang dalam setiap
BAB 2
KONSEP,KONTEKS,
DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN
2.1. Konsep
Kewirausahaan
Kata
wirausaha adalah berasal dari kata “wira” dan “usaha”. “Wira” berarti pejuang,
pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak
agung. Kata “wira” juga digunakan dalam kata “perwira”. Sedangkan “usaha”
berarti “perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan”. Jadi, secara
etimologis/harfiah, wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang melakukan
perbuatan untuk mencapai sebuah tujuan. Secara pengertian umum
kewirausahaan adalah suatu dissiplin ilmu yang mempelajari tentang suatu
nilai-nilai kehidupan untuk mampu menghadapi tantangan zaman dan berani
mengambil resiko.
Begitu banyak
konsep dan pandangan yang berbeda-beda tentang ‘Kewirausahaan’. Namun
bergantung pada konteks dan pendekatan yang digunakan.
Menurut Peter F.
Drucker (1994) “Kewirausahaan merujuk pada sifat,watak,dan ciri-ciri yang
melekat pada seseorang yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan
gagasan yang inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat
mengembangkannya”. Dan Drucker juga berpendapat bahwa kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan
identik dengan kemampuan yang dimiliki seseorang yang mempunyai jiwa yang
kreatif,inovatif,berani menanggung resiko serta selalu mencari peluang melalui
potensi yang di milikinya.
Thomas W. Zimmener
(1996) mengatakan “Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas setiap hari
dan inovasi untuk memecahkan suatu masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang
dihadapi setiap hari”(Entrepreneurship is applying creativity and innovation to
solve the problem and to exploid oppoturnities that people face evryday
Kreatifitas(creativity)
diartikan oleh zimmener adalah sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan
menemukan cara – cara baru dalam memecahkan problem dan menghadapi
peluang.Inovasi(inovation) diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas
dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan atau
memperkaya kehidupan.
2.2. Konteks Kewirausahaan.
Secara Konseptual
seorang wirausahawan dapat di definisikan dari beberapa sudut pandang yang dan
konteks sebagai berikut:
1.
Pandangan
Ahli Ekonomi
Menurut Ahli
Ekonomi, Wirausahawan adalah orang yang mengombinasikan faktor-faktor produksi,
contohnya Sumber Daya Alam(SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), material, dan
peralatan lainnya untuk meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pandangan Ahli
Manajemen Wirausahawan merupakan seseorang yang memiliki kemampuan dalam
mengoptimalkan dan memadukan sumber daya,contohnya bahan
mentah(materials),keuangan(money),tenaga kerja(labours), Keterampilan(Skill)
dan Informasi (Information), untuk menghasilkan produk baru, dengan konsep dan
ide usaha yang baru.(Marzuki Usman)
1.
Pandangan
Pelaku Bisnis
Dalam konteks
bisnis, menurut Norman M Scarborough dan Thomas W. Zimmerer(1993) kewirausahaan
di definisikan sebagai berikut.”Wirausahawan adalah seseorang yang Menciptakan
suatu bisnis barudalam menghadapi resiko dan ketidak pastianuntuk maksud
memperoleh keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasikan peluang
dan memadukan sumber daya yang dibutuhkan.
1.
Pandangan
Psikolog
Wirausahawan
merupakan jiwa seseorang yang memiliki dorongan kekuatan dari dalam dirinya
untuk mencapai suatu tujuan, gemar bereksperimen untuk menampilkan kebebasan
dirinya di luar kekuasaan orang lain.
1.
Pandangan
Pemodal
Wirausahaan
(Entrepreanure) merupakan orang yang menciptakan kesejahteraan untuk orang
lain, menemukan ide baru untuk menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan,
membuka lapangan kerja dan yang lebih penting yaitu disenangi
masyarakat/lingkungan’
2.3. Hakikat Kewirausahaan.
Pada dasarnya hakikat kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorangyang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh. Jadi inti kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dalam konteks manajemen wirausah adalah seseorang yangmemiliki kemampuan dalam menggunakan sumberdaya (money, materials, man, teknologi /machine , untuk menghasilkan suatu bisnis baru, produk baru, proses produksi ataupun pengembangan organisasi usaha. Sekaligus mempunyai kombinasi elemen-elemen (unsur-unsur) internal yang mencakup kombinasi visi, motivasi,komunikasi, optimisme, dorongan semangat dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang usaha. Menurut Edi Swasono (1978) berkenaan dengan aspek bisnis, wirausaha adalah pengusaha tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.
Ada 6 hakikat
penting kewirausahaan , yaitu :
1.
Kewirausahaan
merupakan suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang didasarkan pada sumberdaya,
tenag penggerk,tujuan, siasat,kiat,proses dan hasil bisnis.
2.
Kewirausahaan
merupakan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
3.
Merupakan
suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan problem dan
menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
4.
Merupakan
suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan pengembangan usaha
5.
Merupakan
proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (kreatif) dan sesuatu yang berbeda
(inovatif) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6.
Merupakan
usaha menciptakan added value dengan jalan mengkombinasikan sumberdaya melalui
cara2 baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Added value tsb dapat
diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru untuk menghasilkan produk
baru yang lebih efisien, memperbaiki produk yang sudah ada, menemukan cara baru
untuk memberikan kepuasn pada konsumen.
2.4. Ruang Lingkup
Kewirausahaan.
Ruang lingkup
kewirausahaan sangat luas sekali. Secara umum, ruang lingkup kewirausahaan
adalah bergerak dalam bisnis. Jika diuraikan secara rinci ruang lingkup
kewirausahaan, bergerak dalam bidang:
1.
Lapangan
agraris
Ruang lingkup yang
pertama ini mencakup berbagai kegiatan kewirausahaan yang ada pada sektor
pertanian, perkebunan dan kehutanan. Misalnya yaitu para petani yang menanam
padi sehingga padi tersebut dapat diperjualbelikan. Atau juga, para pengusaha
perkebunan yang menanam berbagai tanaman yang dapat dipanen dan kemudian dapat
diperjualbelikan seperti teh, kopi dan kelapa sawit.
2.
Lapangan
perikanan
Dalam ruang lingkup
perikanan, semua kegiatan kewirausahaan tentu saja berhubungan dengan ikan. Ada
usaha pemeliharaan ikan dan penetasan ikan, contohnya budidaya lele atau ikan
hias. Ada pula usaha makanan ikan yaitu pembuatan pakan ikan seperti pelet. Kemudian,
usaha pengangkutan ikan pun tercakup dalam ruang lingkup ini.
3.
Lapangan
peternakan
Seperti namanya,
ruang lingkup kewirausahaan ini mencakup semua usaha dalam sektor peternakan.
Misalnya saja usaha pengembangbiakkan burung atau unggas, dan ada juga usaha
peternakan bangsa binatang menyusui seperti kambing dan sapi.
4.
Lapangan
perindustrian dan kerajinan
Dalam ruang lingkup
yang satu ini, ada empat kategori berbeda yang bisa disebutkan. Pertama yaitu
industri besar, dan kedua ada industri menengah yang diikuti oleh industri
kecil. Kemudian, untuk kategori terakhir, pengrajin, dibagi menjadi beberapa
usaha yaitu pengolahan hasil pertanian seperti beras, perkebunan seperti teh,
perikanan seperti ikan, peternakan seperti ayam dan kehutanan seperti pembuatan
label.
5.
Lapangan
pertambangan dan energi
Pada ruang lingkup
ini, semua kegiatan kewirausahaan dilakukan dalam sektor pertambangan dan
energi. Sebagai contohnya yaitu pengusaha yang beroperasi dalam tambang batu
bara, minyak bumi, dan masih banyak contoh yang lainnya.
6.
Lapangan
perdagangan
Dalam
kewirausahaan, lapangan perdagangan dibagi menjadi tiga kategori yaitu sebagai
pedagang besar, sebagai pedagang menengah, dan sebagai pedagang kecil seperti
pengusaha toko kelontong atau lainnya.
7.
Lapangan
pemberi jasa
Dalam ruang lingkup
yang terakhir ini, ada beberapa kategori yang tercakup. Ada pedagang perantara,
koperasi, pengusaha angkutan, pemberi kredit atau perbankan, pengusaha biro
jasa travel pariwisata, pengusaha hotel dan restoran,pengusaha asuransi, perbengkelan,
tata busana, pergudangan, dan lain sebagainya.
BAB 3
KARAKTERISTIK DAN
NILAI-NILAI KEWIRAUSAHAAN
2.1 Definisi Kewirausahan
Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan
penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal, dll. Tujuan utama
mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi melalui inovasi dan
kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.
Istilah kewirausahaan merupakan padanan kata dari entrepreneurship dalam
bahasa Inggris. Kata entrepreneurship sendiri berawal dari
bahasa Perancis, yaitu ‘entreprende’ yang berarti petualang,
pencipta dan pengelola usaha. Istilah tersebut diperkenalkan pertama kali
oleh Richard Cantillon (1755). Istilah ini makin popular
setelah digunakan oleh pakar ekonomi J.B Say (1803) untuk menggambarkan para
pengusaha yang mampu memindahkan sumber daya-sumber daya ekonomis dari tingkat
produktivitas rendah ke produktivitas yang lebih ingi dan menghasilkan
banyak lagi (Suwartoyo,1992).
Ketika teori ekonomi memasuki masa neoklasikal, peran wirausaha
tidak lagi mendapat perhatian khusus. Wirausaha saat itu hanya dianggap sebgai
factor produksi yang tergolong tetap (fixed factor), di mana
pemusatan teori saat itu berada pada pengelolaan sumber daya (Eatwell et.
al., 1988).
Bebarapa definisi lain tentang kewirausahaan diantaranya sebagai
berikut:
1. Maggil (1991)
Wirausaha melakukan suatu proses yang disebut dengan ‘creative
destruction’ terhadap keseimbangan pasar. Inovasi yang diciptakan oleh
wirausaha akan menghancurkan keseimbangan yang terdapat pada pasar untuk
kemudian menciptakan keseimbangan baru dengan keuntungan-keuntungan atas
inovasi tersebut.
1. Raymond W.Y
Kao (1995)
Kewirausahaan merupakan suatu proses, yakni proses penciptaan
sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat sesuatu yang berbeda dari yang
sudah ada (inovasi ). Tujuannya adalah tercapainya kesejahteraan individu dan
nilai tambah bagi masyarakat. Sedangkan wirausaha mengacu pada orang yang
melaksanakan proses penciptaan
kesejahteraan /kekayaan dan nilai tambah, melalui penelusuran
dan penetasan gagasan tersebut menjadi realitas.
1. Faisal Afif
(2001)
Wirausaha pada hakikatnya bukan saja semata-mata masuk dalam
wilayah bisnis/ekonomi, namun telah meluas ke bidang public (nonbisnis) seperti
politik dan pemerintah. Alasannya, karena secara kontekstual dunia entrepreneur berisi
wilayah tak bertuan yang belum pernah dijamah, asing dan pola dinamikanya belum
memiliki keteraturan.
1. Joseph
Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan
di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa
dalam bentuk :
(1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru,
(2) memperkenalkan metoda produksi baru,
(3) membuka pasar yang baru (new market),
(4) Memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen
baru, atau
(5) menjalankan organisasi baru pada suatu industri.
Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang
diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber
daya.
1. Harvey
Leibenstein (1968,1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatann yang dibutuhkan untuk
menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk
atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum
diketahui sepenuhnya.
Salah satu kesimpulan yang bisa ditarik dari berbagai pengertian
tersebut adalah bahwa kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup
eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian
besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif.
Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang
muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan innovatif.
Wirausahawan adalah orang yang merubah nilai sumber daya, tenaga kerja, bahan
dan faktor produksi lainnya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan juga
orang yang melakukan perubahan, inovasi dan cara-cara baru.
Selain itu, seorang wirausahawan menjalankan peranan manajerial
dalam kegiatannya, tetapi manajemen rutin pada operasi yang sedang berjalan
tidak digolongkan sebagai kewirausahaan. Seorang individu mungkin menunjukkan
fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya
menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi
kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional.
Kesimpulan lain dari kewirausahaan adalah proses penciptaan
sesuatu yang berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang
diperlukan, memikul resiko finansial, psikologi dan sosial yang menyertainya,
serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi.
2.2 Karakter, Ciri Umum,
dan Nilai-Nilai Hakiki Kewirausahaan
2.2.1
Karakteristik Kewirausahaan
Karakteristik
|
Watak
|
Percaya
diri dan optimis
|
Memiliki
kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan
terhadap orang lain dan
individualistis.
|
Berorientasi
pada tugas dan hasil
|
Kebutuhan
untuk berprestasi, berorientasi laba, mempnyai
dorongan
kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta
inisiatif.
|
Berani
mengambil resiko & menyukai tantangan
|
Mampu
mengambil resiko yang wajar.
|
Kepemimpinan
|
Berjiwa
kepemimpinan mudah beradaptasi dengan orang lain,
dan terbuka
terhadap kritik dan saran.
|
Keorisinalan
|
Inovatif,
kreatif dan fleksibel.
|
Berorientasi
pada masa depan
|
Memiliki
visi dan perspektif terhadap masa depan.
|
Sumber : Geoffrey
G.Meredith, et al. Kewirausahaan :Teori dan Praktik Ed.5.hal. 5-6
|
Para ahli
mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda.
Geoffrey G. Meredith (1996 : 5-6), misalnya, mengemukakan cirri-ciri dan watak
kewirausahaan seperti berikut :
Ahli lain,
seperti M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:6-7) mengemukakan delapan
karakteristik kewirausahaan sebagai berikut :
·
Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa
tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki
tanggung jawab akan selalu mawas diri.
·
Preference for moderate risk, yaitu lebih
memilih resiko yang moderat, artinya selalu menghindari risiko, baik yang
terlalu rendah maupun yang terlalu tinggi.
·
Confidence in their ability to success, yaitu
memiliki kepercayaan diri untuk memperoleh kesuksesan.
·
Desire for immediate feedback, yaitu selalu
menghendaki umpan balik dengan segera.
·
High level of energy, yaitu memiliki semangat
dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
·
Future orientation, yaitu berorientasi serta memiliki perspektif dan wawasan jauh ke
depan.
·
Skill at organizing, memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya
untuk menciptakan nilai tambah.
·
Value of achievement over money, lebih
menghargai prestasi daripada uang.
2.2.2
Ciri-Ciri Umum Kewirausahaan
1. Memiliki
Motif Berprestasi Tinggi
Seorang
wirausaha selalu berprinsip bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal
untuk menghasilkan nilai maksimal. Artinya, wirausaha melakukan sesuatu hal
secara tidak asal-asalan, sekalipun hal tersebut dapat dilakukan oleh orang lain.
Nilai prestasi merupakan hal yang justru membedakanantara hasil karyanya
sebagai wirausaha dengan orang lain yang tidak memiliki jiwa kewirausahaan.
2. Memiliki
Perspektif ke Depan
Arah
pandangan seorang wirausaha juga harus berorientasi ke masa depan. Perspektif
seorang wirausaha akan dapat membuktikan apakah ia berhasil atau tidak.
Indicator-indikatornya dapat dilihat dari contoh berikut :
1. Sony Sugema,
tokoh wirausaha yang sukses melalui lembaga bimbingan belajar, mampu menangkap
berbagai peluang di masa depan dengan menerapkan motto “The Fastes Solution”
yang sebelumnya tidak langsung dipercaya, ternyata setelah dicoba menjadi
popular di mana-mana.
2. Akio Morita,
pendiri dan pemilik Sony Corp. menciptakan “Walkman” dari hasil perspektifnya
terhadap masa depan, yaitu impiannya untuk menciptakan sebuah tape recorder
yang dilengkapi dengan headphones dan berbentuk kecil sehingga mudah dibawa
kemanapun.
3. Memiliki
Kreatifitas Tinggi
seorang wirausaha umumnya memiliki daya kreasi dan inivasi yang
lebih nonwirausaha. Hal-hal yang belum terpikirkan oleh orang lain sudah
terpikirkan olehnya dan wirausaha mampu membuat hasil inovasinya menjadi
permintaan, contohnya : Menjelang tahun 2000, ada sekelompok ornag yang menjad
kaya raya karena hasil menjual “tha millennium bug”. Puluhan juta dolar
bergulir di industry computer dan teknologi hanya karena ide ini. Peranti lunak
baru, jasa konsultasi teknologi computer, bahkan Hollywood pun berhasil membuat
ide ini menjadi industry hiburan yang menghasilkan puluhan juta dolar.
4. Memiliki
Sifat Inovasi Tinggi
Seorang wirausaha harus segera menerjemahkan mimpi-mimpinya
menjadi inovasi untuk mengembangkan bisnisnya. Jiak impian dan tujuan hidup
merupakan fondasi bangunan hidup dan bisnis, maka inovasi dapat diibaratkan
sebagai pilar-pilar yang menunjang kukuhnya hidup dan bisnis. Impian saja tidak
cukup. Impian harus senantiasa ditunjang oleh inovasi yang tiada henti sehingga
bangunan hidup dan bisnis menjadi kukuh dalam situasi apa pun, entah badai
kesulitan ataupun tantangan. Setiap fondasi baru yang dibuat harus ditunjang
oleh pilar-pilar bangunan sebagai kerangka pengembangan, kemudian diikuti
dengan manajemen produk, manajemen konsumen, manajemen arus kas, system
pengendalian, dan sebagainya. Inovasi adalah kreatifitas yang diterjemahkan
menjadi sesutau yang di implementasikan dan memberikan nilai tambah atas sumber
daya yang kita miliki.
5. Memiliki
Komitmen terhadap Pekerjaan
Menurut Sony
Sugema, terdahap tiga hal yang harus dimiliki oleh
seorang wirausaha yang sukses, yaitu mimpi, kerja keras, dan
ilmu.
Ilmu disertai kerja keras namun tanpa impian bagaikan perahu
yang berlayar tanpa tujuan. Impian disertai ilmu namun tanpa kerja keras seperti
seorang pertapa. Impian disertai kerja keras, tanpa ilmu, ibarat berlayar tanpa
nakhoda, tidak jelas arah yang akan dituju. Sering kali orang berhenti diantara
sukses dan kegagalan. Namun, seorang wirausaha harus menancapkan komitmen yang
kuat dalam pekerjaannya, karena jika tidak akan berakibat fatal terhadap segala
sesuatu yang telah dirintisnya.
6. Memiliki
Tanggung Jawab
Ide dan perilaku seorang wirausaha tidak terlepas dati tuntutan
tanggung jawan. Oleh karena itulah komitmen sangat diperlukan dalam pekerjaan
sehingga mampu melahirkan taggung jawab. Indicator orang yang bertanggung jawab
adalah berdisiplin, penuh komitmen, bersungguh-sungguh, jujur, berdedikasi
tinggi, dan konsisten, misalnya :
1. Staff bagian
keuangan malas membuat laporan rutin secara tepat waktu sehingga menyulitkan
pengukuran kinerja perusahaan.
2. Pengusaha
merekayasa laporan keuangan untuk menghindari pembayaran pajak sesuai dengan
peraturan.
7. Memiliki
Kemandirian
Orang yang mandiri adalah orang tidak suka mengandalkan orang
lain namun justru mengoptimalkan segala daya dan upaya yang dimilikinya
sendiri. Intinya adalah kepandaian dalam memanfaatkan potensi diri tanpa harus
diatur oleh orang lain.
Untuk menjadi seorang wirausaha mandiri, haus memiliki berbagai
jenis modal. Ada tiga jenis modal utama yang menjadi syarat, yaitu :
1. Sumber daya
internal calon wirausaha, misalnya kepandaian, keterampilan, kemampuan
menganalisa dan meghitung resiko serta keberanian atau visi jauh ke depan.
2. Sumber daya
eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal
kerja, jaringan sosial serta jalur permintaan, penawaran, dan lain sebagainya.
3. Faktor X,
misalnya kesempatan dan keberuntungan.
Seorang calon wirausaha harus menghitung dengan seksama apakah
ketiga sumber daya ini dimiliki sebagai modal atau tidak. Jika factor-faktor
tersebut dapat dimiliki, maka ia akan merasa optimis dan boleh berharap bahwa
impiannya dapat menjadi kenyataan.
8. Memiliki
Keberanian Menghadapi Risiko
Seorang wirausaha harus berani menghadapi risiko. Semakin besar
risiko yang dihadapinya, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan.
Berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci
awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional
terhadap risiko yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan
lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Inilah factor penentu yang
membedakan wirausaha dengan manajer. Wirausaha akan lebih dibutuhkan pada tahap
awal pengembangan perusahaan, sedangkan manajer dibutuhkan dalam mengatur
perusahaan. Inti dari tugas manajer adalah berani mengambil dan membuat
keputusan untuk meraih sukses dalam mengelola sumber daya, sedangkan inti
kewirausahaan adalah berani mengambil risiko untuk meraih peluang.
9. Selalu
Mencari Peluang
Seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam persperktif
atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia juga harus mampu
melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. Kemampuan inilah yang
membuatnya piawai dalam menangani berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan.
Semakin tinggi kemampuan seorang wirausaha dalam mengerjakan berbagai tugas
sekaligus, semakin besar pula kemungkinan untuk mengolah peluang menjadi sumber
daya produktif. Seorang wirausaha senantiasa belajar, belajar dan belajar.
Bila kita berfikir kreatif, sesungguhnya masih banyak rahasia
yang harus dipecahkan oleh umat manusia dalam kehidupan ini melalui pengalaman
dan pencarian yang tiada henti akan kebenaran. Makna lain dari pernyataan ini
adalah bahwa setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan adalah bagian dan
proses alami untuk membantu kita dalam belajar, berubah, dan bertumbuh ke arah
yang lebih baik.
2.2.3
Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Nilai-nilai kewirausahaan di atas identic dengan system nilai
yang melekat pada system nilai manajer. Seperti dikemukakan oleh Andreas A.
Danandjaja (1986), dan Sidharta Poespadibrata (1993), dalam system nilai
manajer terdapat dua kelompok nilai, yaitu: 1) sitem nilai pribadi 2) system
nilai kelompok atau organisais. Dalam system nilai pribadi terdapat empat jenis
system nilai, yaitu (1) nilai primer pragmatic, (2) niali primer moralistic,
(3) Nilai primer efektif dan (4) nilai baruan. Dalam system nilai primer
Pragmatik terkandung beberapa unsur diantaranya perencanaan, prestasi,
produktivitas, kemampuan kecakapan, kreativitas, kerja sama, dan kesempatan.
Sedangkan dalam nilai moralistic terkandung unsur-unsur keyakinan, jamianan,
martabat, pribadi, kehormatan, dan ketaatan.
Dalam kewirausahaan, system nilai primer pragmatic tersebut
dapat dilihat dari watak, jiwa, dan prilaku, misalnya selalu bekerja keras,
tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil resiko, produktivitas,
kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen dan kemampuan mencari peluang,
selanjutnya nilai moralistic meliputi keyakinan atau percaya diri, kehormatan,
kepercayaan, kerja sama, kejujuran, keteladanan dan keutamaan.
Sujuti Jahya (1997), membagi nilai-nilai kewirausahaan tersebut
dalam dua dimensi nilai berpasangan, yaitu:
·
Pasangan system nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
nonmateri.
·
Nilai-nilai yang berorientasi pada kemajuan dan nilai-nilai
kebiasan.
Penerapan masing-masing nilai sangat bergantung pada focus dan
tujuan masing-masing wirausaha.
Dari beberapa ciri di atas, terdapat beberapa nilai hakiki yang
penting dari kewirausahaan, yaitu:
·
Percaya Diri
Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi 1988 :33).
Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikaap dan keyakinan untuk
memulai, melakukan, dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh
sebab itu, kepercayaan diri memilikki nilai keyakinan, optimisme,
individualisme, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan
diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan
(Zimmerer, 1996:7)
Kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relative, dinamis
dan banyak ditentukan oleh kemampuan untuk memulai, melaksanakan, dan
menyelesaikan suatu pekerjaan. Orang yang percaya diri mrmiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efesien.
Kepercayaan diri juga sellu ditunjukkan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan,
dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.
·
Berorientasi pada Tugas dan Hasil
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang
yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba,
ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik,
dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai
sesuatu. Untuk memulai diperlukan adanya niat dan tekad yang kuat serta karsa
yang besar. Sekali sukses atau berprestasi. Maka sukses berikutnya akan
menyusul, sehingga usahanya akan semakin maju dan berkembang. Dalam
kewirausahaan, peluang hanya diperoleh apabila terdapat inisiatif. Perilaku
inisiatif ini biasanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman selama
bertahun-tahun dan pengembangannya diperoleh dengan cara disiplin diri,
berpikir kritis, dan semangat berprestasi.
·
Keberanian Mengambil Risiko
Kemauan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah
satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko
akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, seorang
wirausaha yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin menjadi
pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik ( Yuyun Wirasasmita 1994: 2).
Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang
untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang.
Oleh sebab itu wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif
rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggikemungkinan memperoleh sukses yang
tinggi, tetpi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan
lebih menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian keberanian untuk
menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko
yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang besar diperoleh
apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistis.
·
Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat
kepemimpinan, kepeloporan, dan keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda,
menjadi yang pertama, dan lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan
kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang di
hasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu, dan segera berada dipasar. Ia
selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga menjadi
pelopor dalam proses produksi mauoun pemasaran. Ia selalu memanfaatkan
perbedaan sebagai sutau yag menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi
seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaruan untuk
menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peuang dan terbuka
terhadap kritik serta saran yang kemudian dijadikan peluang. Dalam karya dan
karsa yang berbeda akan dipandang sebagai suatu yang baru dan dijadikan
peluang. Banyak hasil karya wirausaha yang berbeda dan dipandang baru, seperti
computer, mobil, minuman, dan produk makanan lainnya.
·
Berorientasi ke Masa Depan
Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki
perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke
masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya. Kuncinya
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang yang baru dan berbeda dengan
yang sudah ada saat ini. Meskipun terdapat risiko yang mungkin terjadi, ia
tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaruan masa depan.
Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cept puas dengan karsa dan
karya yang sudah ada saat ini. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya
dengan mencari suatu peluang.
·
Keorisinilan : kreativitas dan Inovasi
Nilai inovtif, kreatif, dan fleksibilitas merupakan unsur-unsur
keorisinilan seseorang. Wirausaha yang inovatif adalah orang yang kreatif dan
yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik (Yuyun Wirasasmita, 1994: 7)
dengan ciri-ciri:
1. Tidak pernah
puas dengan cara-cara yang dilakukan saat ini, meskipun cara tersebut cukup
baik.
2. Selalu menuangkan
imajinasi dlam pekerjaannya.
3. Selalu ingin
tampil beda atau manfaatkan perbedaan.
Hardvard’s Theodore Levitt mengemukakan
definisi inovasi dan kretivitas lebih mengarah pada konsep berpikir dan
bertindak yang baru. Kreativitas adalah kemampuan menciptakan gagasan dan
menemukan cara baru dalam melihat permasalahan dan peluang yang ada. Sedangkan
inovasi adalah kemampuan mengaplikasikan solusi yang kreatif terhadap
permasalahan dan peluang yang ada untuk lebih memakmurkan kehidupan masyarakat.
Jadi kretivitas adalah kemampuan menciptakan gagasan baru, sedangkan inovasi
adalah melakukan sesuatu yang baru. Oleh karena itu, menurut Levitt,
kewirausahaan adalah berpikir dan bertindak sesuatu yang baru atau pendapat
Soeparman Soemahamidjaja (1997:10), bahwa kewirausahaan adalah kemampuan
menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
BAB 4
JENIS,FUNGSI,DAN PERAN KEWIRAUSAHAAN
A. Jenis-jenis kewirausahaan
Beberapa ahli
mengemukakan profil kewirausahaan dengan pengelompokan yang berbeda-beda.
Roopke (1995: 5) mengelompokan kewirausahaan berdasarkan pada peranannya
menjadi tiga kelompok antara lain :
1. Wirausahawan rutin
Wirausahawan yang dalam melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung berfokus pada pemecahan masalah dan perbaikan standard prestasi tradisional. Fungsi wirausahawan rutin adalah mengadakan perbaikan terhadap standard tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber.
2. Wirausahawan arbitrase
Wirausahawan yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan dan pemanfaatan. Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, ia akan membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal.
3. Wirausahawan inovatif
Wirausahawan dinamis yang menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak saja dalam memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru.
1. Wirausahawan rutin
Wirausahawan yang dalam melakukan kegiatan sehari-harinya cenderung berfokus pada pemecahan masalah dan perbaikan standard prestasi tradisional. Fungsi wirausahawan rutin adalah mengadakan perbaikan terhadap standard tradisional, bukan penyusunan dan pengalokasian sumber-sumber.
2. Wirausahawan arbitrase
Wirausahawan yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan dan pemanfaatan. Misalnya, bila tidak terjadi ekuilibrium dalam penawaran dan permintaan pasar, ia akan membeli dengan murah dan menjualnya dengan mahal.
3. Wirausahawan inovatif
Wirausahawan dinamis yang menghasilkan ide dan kreasi baru yang berbeda. Ia merupakan promotor, tidak saja dalam memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga dalam pasar dan sumber pengadaan, peningkatan teknik manajemen, dan metode distribusi baru.
Sementara itu, Thomas zimmerer (1996) mengelompokan wirausahawan berdasarkan pada profilnya menjadi empat kelompok antara lain :
1. Part-time enterpreneurship, yaitu wirausahawan yang hanya setengah waktu melakukan usaha, biasanya sebagai hobi. Kegiatannya hanya bersifat sampingan.
2. Home-based new ventures, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/tempat tinggal.
3. Family owned-business, yaitu usaha yang dirintis dari rumah/dimiliki oleh anggota keluarga secara turun-temurun.
4. Copreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausahawan yang bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usahannya bersama-sama.
B. Fungsi
Wirausahaan
Fungsi Makro dan Mikro Usaha
Fungsi Makro
Wirausaha berperan sebagai penggerak, pengendali, dan pemacu
perekonomian suatu bangsa.
Hasil-hasil dari penemuan ilmiah, penelitian, pengembangan ilmu
pengetahuan, dan kreasi-kreasi baru dalam produk barang dan jasa-jasa yang
berskala global, hal ini merupakan proses dinamis wirausaha yang kreatif.
Bahkan wirausahalah yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
J.B Say berpendapat bahwa wirausahawan adalah orang yang
menggeser sumber-sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi
produktivitas tertinggi, menurutnya wirausahawanlah yang menghasilkan perubahan.
Perubahan itu tidak dilakukan dengan mengerjakan sesuatu yang lebih baik tetapi
dengan melakukan sesuatu yang berbeda.
Secara kualitatif fungsi makro ini diperankan oleh usaha kecil.
Berikut adalah peranannya dalam perekonomian nasional:
1. Usaha kecil memperkokoh perekonomian nasional yang berperan
sebagai fungsi pemasok, fungsi produksi, fungsi penyalur, dan pemasar bagi
hasil produk-produk industri besar
2. Usaha kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam
menyerap sumber daya yang ada
3. Usaha kecil yang dipandang sebagai sarana pendistribusian
pendapatan nasional, alat pemerataan dalam berusaha dan pemerataan dalam
pendapatan
Fungsi Mikro
Peran wirausaha adalah penanggung resiko dan ketidakpastian,
mengkombinasikan sumber-sumber ke dalam cara yang baru dan berbeda untuk
menciptakan nilai tambah dan usaha-usaha baru.
Menurut Marzuki Usman (1997), secara umum wirausaha adalah
menciptakan nilai barang dan jasa dipasar melalui proses pengkombinasian sumber
daya dengan cara-cara baru yang berbeda untuk dapat bersaing. Nilai tambah
tersebut diciptakan melalui:
- Pengembangan teknologi baru
- Penemuan pengetahuan baru
- Perbaikan produk dan jasa yang ada
- Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit
Selain entreprenuer, istilah lain yang juga dikenal adalah
konsep intraprenuer dan benchmarking:
- Intraprenuer, ialah wirausaha yang menggunakan temuan orang lain pada unit usahanya. Fungsinya adalah imitating technology dan duplicating product
- Benchmarking adalah meniru dan mengembangkan produk baru melalui perkembangan teknologi
Wirausaha adalah perintis dan pengembang perusahaan yang berani
mengambil resiko dalam menghadapi ketidakpastian dengan cara mengelola sumber
daya manusia, material, dan keuangan untuk mencapai tingkat keberhasilan
tertentu yang diinginkan. Salah satu kunci keberhasilan adalah memiliki tujuan
dan visi untuk mencapainya (Steinhoff dan Burges, 1993).
C. Peran
Wirausahaan
sebagai wirausahawan
harus mengetahui perannya juga karena agar mendukung jalannya suatu
perekonomian dalam suatu negara. Peran yang dimaksud adalah :
· Meningkatkan Pendapatan Nasional
Suatu inovasi yang
diberikan dan dibuat oleh para wirausaha membuat jumlah permintaannya meningkat
oleh sebab itu jumlah produksinya akan naik. Produksi ini lah yang mampu
meningkatkan pendapatan negara.
· Membuat Lapangan Pekerjaan
Dengan banyaknya
pengangguran dikarenakan sedikitnya lapangan kerja yang disediakan oleh
pemerintah membuat semakin sulit situasi disekitarnya. Jadi, ini juga salah
satu manfaat wirausaha dengan adanya
lapangan pekerjaan yang dibuka membuat para pengangguran bisa memiliki
pekerjaan kembali.
· Mengurangi Kesenjangan Sosial dan Ekonomi
Mereka yang ingin
menjadi seorang wirausaha harus akan mampu menghasilkan peningkatan pada
pendapatannya. Inilah yang membuat kesenjangan ekonomi dan sosial dapat ditekan
dan dikurangi.
· Membuat Taraf Hidup Masyarakat
Wirausaha merupakan
seseorang yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Karena, secara langsung
mereka bisa menyerap pengangguran khususnya disekitar usahanya tersebut.
Sehingga kesimpulannya wirausaha ini memiliki peranan penting dalam kehidupan
ekonomi sekitar.
BAB 5
KREATIVITAS DAN KEINOVASIAN DALAM KEWIRAUSAHAAN
Pengertian Kreativitas Dan Inovasi
Kreativitas diartikan sebagai penggunaan imaginasi dan
kecerdikan untuk mencapai sesuatu atau untuk mendapatkan solusi yang unik dalam
mengatasi persoalan (Sahid Susanto, 1999: 3). Kreatif bukan bawaan dari lahir
melainkan sesuatu yang dapat diciptakan dan dilatih dengan memberikan stimulus
atau pancingan kepada otak. Permainan, atau membuat gambar-gambar dapat
merangsang otak untuk berpikir kreatif. Dengan berlatih berpikir kreatif, maka
inspirasi untuk melakukan, membuat, dan menciptakan sesuatu terbuka lebar
sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Inovasi merupakan proses mengembangkan ide baru atau memasukkan
ide baru dalam kegiatan praktis sehingga terjadi konversi ide baru dalam
aplikasi yang bermanfaat. Aplikasi ide baru terjadi dalam bentuk proses inovasi
yang menghasilkan cara atau metode yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu
akan menghasilkan sesuatu yang inovatif.
Potensi kreativitas ada pada semua orang. Kewirausahaan erat
kaitannya dengan kreativitas dan inovasi karena: 1) inti dari kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new
dan different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk
menciptakan peluang. Oleh karena itu wirausaha erat hubungannya dengan
kreativitas (Suryana, 2003:2); 2) menurut Milgram (Munandar, 1995) intelegensi
atau IQ semata-mata tidak dapat meramalkan kreativitas dalam kehidupan nyata;
3) selanjutnya Rowe (2004) mengatakan bahwa kecerdasan umum mendukung beberapa
tipe kreativitas, tapi belum tentu bisa mendukung atau menjamin semua tipe
kreativitas. Kecerdasan kreatif sifatnya terbuka, inovatif, inventif, tak
terbatas, berani, spontan, fantasis, imajinatif, tak terduga, revolusioner dan
berjiwa bebas, sedangkan kecerdasan umum mempunyai karakteristik fokus,
disiplin, logis, terbatas, bersahaja, realistis, praktis, serius, stabil dan
konservatif (Susiana, 2005: 13).
Hal utama yang diperlukan untuk mengasah dan mengembangkan
kreativitas adalah menyiapkan otak untuk selalu terbuka menerima impuls atau
rangsangan dari luar. Karena otak itu luar biasa hebatnya, sehingga sangat
disayangkan jika tidak menggunakannya semaksimal mungkin. Setiap peristiwa,
pengalaman hidup, bahkan hal-hal kecil yang terjadi dan ada disekitar kita
dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas. Selain itu telah tersedia
produk-produk yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengembangkan
kreativitas seseorang.
Pengertian kreativitas (Munandar,1995:47-51) antara lain :
a. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.
b. Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah
kemampuan berda-sarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah yang penekanannya pada ketepatgunaan
dan keragaman jawaban.
c. Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinal
dalam berpikir, dan kemampusan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya,
mem-perinci) suatu gagasan.
Proses kreativitas dan inovasi mahasiswa dalam mengembangkan
gagasan dapat dilihat melalui (Munandar, 1995):
a. Kelancaran, sebagai kemampuan untuk mencetuskan banyak
gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, atau pertanyaan, memberikan banyak cara
atau saran untuk melakukan berbagai hal, dan selalu memikirkan lebih dari satu
jawaban.
b. Keluwesan, sebagai kemampuan untuk: 1) menghasilkan gagasan,
jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, 2) dapat melihat masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda, 3) mencari banyak alternatif atau arah yang
berbeda-beda, dan 4) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran .
c. Keaslian, sebagai kemampuan untuk: 1) melahirkan ungkapan
yang baru dan unik, 2) memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan
diri, dan 3) mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
d. Keterperincian, kemampuan untuk dapat mengembangkan suatu
gagasan, merincinya sehingga menjadi lebih menarik.
Menurut Cropley (Utami Munandar, 1995:9) kemampuan kreatif
adalah kemampuan menciptakan gagasan, mengenal kemungkinan alternatif, melihat
kombinasi yang tidak diduga dan memiliki keberanian untuk mencoba sesuatu yang
tidak lazim. Atau dengan kata lain kreativitas mahasiswa adalah kemam-puan
untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah.
Inovasi adalah proses menerjemahkan ide dan merubahnya menjadi
suatu produk, jasa atau metode yang berguna (Robbins dan Coulter, 1999).
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor pendorong inovasi, yaitu:
1. variabel struktur, meliputi struktur organisasi, sumber daya
yang dimiliki, dan komunikasi yang terjadi dalam organisasi.
2. variabel budaya, meliputi penerimaan terhadap ambiguitas,
toleransi terhadap hal-hal yang tidak praktis, rendahnya kontrol ekstrenal,
toleransi terhadap resiko, toleransi terhadap konflik, berfokus terhadap hasil,
dan sistem yang terbuka.
3. variabel sumber daya manusia, meliputi komitmen tinggi
terhadap pelatihan dan pengembangan, tingkat keamanan pekerjaan, dan sumber
daya orang yang kreatif.
Menurut Munandar (1995:150), kegiatan belajar mengajar yang
menumbuhkan gagasan kreatif anak dapat dilaksanakan melalui penciptaan
lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dan mengajukan pertanyaan.
Penciptaan lingkungan kelas yang merangsang belajar kreatif dapat dilakukan
melalui hal-hal sebagai berikut.
1. Memberikan pertanyaan-pertanyaan terbuka yang menimbulkan
minat dan merangsang rasa ingin tahu mahasiswa. Pertanyaan dosen diajukan
bersama demon-strasi pada awal pembelajaran (fase pendahuluan).
2. Pengaturan fisik, misalnya pengaturan tempat duduk sesuai
kegiatan-kegiatan mahasiswa. Dosen mengelompokkan mahasiswa menjadi delapan
kelompok. Mahasiswa duduk berhadapan pada kelompok masing-masing saat praktikum
(fase penggalian) dan siswa duduk terfokus menghadap ke depan saat fase
pendahuluan, penjelasan, penerapan konsep, dan evaluasi.
3. Kesibukan di dalam kelas yang mengasyikkan, misalnya kegiatan
praktikum secara kelompok dan pengalaman langsung dengan benda-benda
konkrit.
Berwirausaha
Dalam pengertian secara estimologis wira berarti utama, gagah,
mulia dan luhur, sedangkan swa berarti pribadi atau kekuatan sendiri dan sta
berarti berdiri, berjuang untuk hidup sendiri dengan bijaksana, mulia dan
merdeka. Dengan demikian wiraswasta dapat diartikan sebagai sifat-sifat
keberanian dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kekuatan
dan kemampuan sendiri.
Dari pengertian tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa
wirausaha adalah usaha yang dilakukan oleh orang yang berani mengambil resiko
dan berani berdiri sendiri untuk lapangan pekerjaaan atau nafkah untuk hidupnya
sendiri serta orang lain yang dapat ditampungnya.
Kewirausahaan adalah semangat, perilaku dan kemampuan untuk
memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk
diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik, serta menciptakan dan
menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja efisien,
melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan
manajemen.
Pengertian di atas mencakup esensi kewirausahaan yaitu tanggapan
yang positip terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri sendiri
dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara yang
etis dan produktif untuk mencapai tujuan serta sikap mental untuk
merealisasikan tanggapan yang positip tersebut. Semangat, perilaku dan
kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu
wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: wirausaha awal, wirausaha
tangguh, wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya yang lebih
menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta mentransformasikannya
menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim disebut Administrative
Entrepreneur. Sebaliknya wirausaha yaitu perilaku dan kemampuannya menonjol
dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan menghadapi resiko lazim
disebut Innovative Entrepreneur.
Mata Kuliah Kewirausahaan
Mata kuliah Kewirausahaan merupakan mata kuliah wajib bagi
setiap mahasiswa di Jurusan Pendidikan Teknik Boga Busana, baik pada jenjang
S-1 maupun D-3. Mata kuliah ini terdiri dari teori yang membahas tentang
konsep-konsep umum dan jiwa kewirausahaan, kunci sukses, sikap dan kepribadian
wirausahawan, penggalian kemampuan manajerial, perhitungan dan analisis
keuangan dan kontrol anggaran usaha kecil yang didirikan. Standar kompetensi
yang diharapkan adalah mahasiswa dapat menyusun perencanaan bisnis (business
plan) atas suatu usaha yang ingin didirikan.
Selama ini, pelaksanaan perkuliahan Kewirausahaan masih terbatas
pada teori saja, belum pada tataran praktek, sehingga mahasiswa belum mempunyai
pengalaman dan implementasi kewirausahaan yang sesungguhnya.
Cooperative learning
Bagaimana setiap mahasiswa satu sama lainnya berinteraksi
merupakan salah satu aspek penting dari sebuah instruksi tugas dalam kelas.
Terdapat beberapa cara mahasiswa dapat berinteraksi dengan mahasiswa lainnya.
Mereka dapat berkompetisi untuk mengetahui siapa yang menjadi terbaik, atau
mereka dapat bekerja secara individu untuk meraih tujuan perkuliahan tanpa
memperhatikan dan bekerjasama dengan mahasiswa lainnya, atau mereka bekerjasama
dengan menetapkan kepentngan yang sama sebagai pembelajaran satu sama lainnya.
Hal yang terakhir adalah inti dari metode pembelajaran cooperative learning.
Cooperative learning melibatkan kerjama antarmahasiswa dengan belajar untuk
berjuang bersama, menyelesaikan suatu pekerjaan bersama, mendukung satu sama
lain, merayakan kesuksesan bersama, dengan mengabaikan latar belakang budaya
dan jenis kelamin (Roger T. and David W. Johnson, 2004).
Beberapa hal yang mengkondisikan terjadinya cooperative learning
adalah:
1. Adanya positive interdependence yang jelas.
2. Terjadi interaksi face-to-face (promotive interaction).
3. Adanya akuntabilitas dan tanggung jawab individu untuk meraih
tujuan bersama dalam kelompok (positive relationship).
4. Penggunaan kemampuan interpersonal dalam kelompok kecil
(phsycological, adjustment, social competence).
5. Terdapat proses perbaikan keefektifan masa depan(effort to
achieve).
Gambar Elemen Cooperative learning
Positive Interdependence
Persyaratan utama dari cooperative learning yang efektif adalah
saat setiap mahasiswa dalam kelompoknya percaya bahwa mereka berenang bersama
atau mereka tenggelam bersama. Dalam situasi dalam kelas, mahasiswa mempunyai
dua (2) tanggung jawab, yaitu mempelajari bahan ajar dan meyakinkan bahwa
setiap anggota kelompok mempelajari bahan ajar tersebut. Positive
interdependence terjadi saat anggota kelompok merasa bahwa kesuksesan kelompok
tidak akan tercapai jika anggota kelompok lain tidak bekerjasama. Oleh
karenanya, setiap mahasiswa dalam kelompok harus berkoordinasi satu sama lain
untuk menyelesaikan tugas perkuliahan.
Dengan adanya positive interdependence, kontribusi setiap
mahasiswa sangat dibutuhkan, yang mengakibatkan tidak adanya free-riders dalam
kelompok. Selain itu, setiap mahasiswa dalam kelompok akan mempunyai kontribusi
unik sesuai dengan tanggung jawab dan sumber daya yang dimilikinya untuk
mencapai tujuan kelompok.
Interaksi Face-to-Face (promotive interaction)
Positive Interdependence mempengaruhi terjadinya interaksi face
to face. Interaksi ini ditandai dengan kerja sama antaranggota dalam kelompok
secara efektif dan efisien untuk saling membantu, saling bertukar informasi dan
sumber daya, memberikan feedback sebagai sarana perbaikan anggota kelompok
lain, mempengaruhi satu sama lain untuk saling bekerja sama meraih tujuan,
membangun kepercayaan satu sama lain dan lebih mengutamakan pengambilan
keputusan yang lebih berkualitas. Dengan adanya interaksi ini motivasi kelompok
akan terbangun dan menghindari konflik dan stress dalam kelompok.
Akuntabilitas dan Tanggung Jawab Individu (positive
relationship)
Elemen ketiga dari cooperative learning adalah akuntabilitas
individu, yang terjadi saat kinerja individu dinilai, kemudian hasilnya
diberikan kepada kelompok dan individu tersebut bertanggung jawab atas
pencapaian kesuksesan kelompok. Adalah hal yang penting ketika kelompok
mengetahui anggota mana yang membutuhkan bantuan dan dukungan untuk
menyelesaikan tugas.
Tujuan dari cooperative learning adalah membuat setiap anggota
kelompok lebih kuat dalam haknya. Untuk meyakinkan bahwa setiap anggota
kelompok berkontribusi secara adil, dosen harus memberikan penilaian untuk
setiap anggota kelompok, memberikan feedback, membantu kelompok untuk
menghindari konflik/stress, dan meyakinkan bahwa setiap individu bertanggung
jawab untuk hasil akhir tugas kelompok.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
akuntabilitas dan tanggung jawab individu secara optimal adalah:
1. membentuk
kelompok kecil sehingga dapat diketahui secara jelas anggota kelompok mana yang
mempunyai akuntabilitas dan tanggung jawab yang baik,
2. memberikan
penilaian untuk setiap anggota kelompok,
3. menanyakan
kinerja seorang anggota kelompok kepada anggota kelompok lain,
4. memberikan
tutorial/penjelasan kepada anggota kelompok lain ketika seseorang telah
mengerti sesuatu (simutaneous explaining).
Penggunaan Kemampuan Interpersonal (phsycological, adjustment,
social competence)
Elemen keempat dari cooperative learning adalah penggunaan
kemampuan interpersonal yang tepat dalam kelompok. Untuk mengkoordinasikan
usaha meraih tujuan kelompok, setiap anggota harus 1) saling mengetahui satu
sama lain, 2) saling berkomunikasi secara akurat dan tidak ambigu, 3) saling
menerima dan mendukung dan 4) saling memecahkan permasalahan secara
konstruktif.
Kemampuan interpersonal bukan bawaan lahir. Kemampuan ini tidak
hadir begitu saja, membutuhkan kemampuan sosial untuk kolaborasi yang
berkualitas tinggi dan dimotivasi untuk lebih produktif. Semakin baik kemampuan
sosial anggota kelompok, semakin tinggi peluang ketercapaian tujuan
kelompok.
Proses Perbaikan (effort to achieve)
Kinerja kelompok yang efektif dipengaruhi oleh seberapa baik
kelompok tersebut berfungsi. Proses kelompok diraih dalam jangka waktu yang
cukup lama, dan proses meraih tujuan melibatkan keseluruhan elemen organisasi
untuk berjuang bersama. Proses perbaikan kelompok ini mengandung arti: 1)
mendiskripsikan apakah perilaku anggota kelompok saling membantu atau tidak, 2)
penentuan keputusan tentang apakah sesuatu keputusan dilanjutkan atau diubah.
Tujuan proses perbaikan kelompok ini adalah untuk mengklarifikasi dan
meningkatkan keefektivan anggota kelompok dalam memberikan kontribusi dan usaha
kolaboratif untuk meraih tujuan kelompok. Salah satu aspek penting dari proses
perbaikan kelompok adalah rasa kebersamaan sukses, dihargai dan dihormati satu
sama lain sehingga membangun komitmen pembelajaran, antusiasme terhadap bekerja
dalam kelompok, dan rasa percaya diri untuk bekerjasama secara
kooperatif.
Cooperative learning telah banyak digunakan dalam pembelajaran
kelas. Salah satu prinsip dasar dari cooperative learning adalah prinsip dari
pengelompokkan secara heterogen. Dalam cooperative learning, keberagaman akan
lebih efektif menghasilkan ide-ide yang lebih kaya dan pengalaman belajar yang
lebih baik. Selain itu, kemampuan penting seperti pemikiran kritis, pemecahan
masalah yang kreatif dan penciptaan pengetahuan dapat dengan mudah dicapai
melalui aktivitas kelompok.
Beberapa pendapat juga menyatakan bahwa cooperative learning
terjadi ketika pembelajaran tujuan kelompok sangat penting dilakukan,
task/tugas yang diberikan pada kelompok relatif kompleks, diperlukan analisis
pemecahan masalah, kreativitas dan kinerja kelompok yang tinggi dan strategi
dinamika kelompok. Tujuan kelompok adalah pencapaian penyelesaian task.tugas
yang diberikan, sehingga seluruh anggota kelompok berkonsentrasi untuk
memecahkan permasalahan tersebut.
Cooperative learning akan sangat bermanfaat pada kelompok-kelompok
kecil, karena dalam kelompok kecil setiap anggota dimungkinkan untuk memberikan
kontribusi optimal untuk meraih tujuan/tugas kelompok. Selain itu, setiap
anggota akan mengembangkan kemampuan interpersonalnya, terlibat dengan konflik
kelompok, namun dengan kejelasan tujuan dan komitmen bersama maka peningkatan
pemahaman pembelajaran akan tercapai. Setiap anggota kelompok tidak hanya
bertanggung jawab terhadap dirinya, namun juga harus membantu anggota lain
untuk memahami pembelajaran agar tujuan/tugas kelompok tercapai
(http://edtech.kennesaw.edu/intech/cooperativelearning.htm).
Kerangka Berfikir
Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang
yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, yang merupakan inti
dari kewirausahaan. Kegiatan belajar mengajar yang menumbuhkan gagasan kreatif
dan inovatif dapat dilaksanakan melalui penciptaan lingkungan kelas yang
merangsang belajar kreatif, salah satunya dengan kegiatan praktikum secara
kelompok dan pengalaman langsung dengan benda-benda konkrit..
Melalui cooperative learning yang mendasarkan pada pemberian
tugas/task untuk kelompok mahasiswa, berupa penyusunan, presentasi dan
implementasi business plan, maka jiwa, sikap dan semangat kreativitas dan
inovasi mahasiswa untuk berwirausaha akan terbentuk, karena mahasiswa akan
secara langsung mempraktekkan ilmunya dan mengeksplorasi kreativitas dan
inovasinya berwirausaha.
BAB 6
MODAL DASAR KEWIRAUSAHAAN
MODAL KEWIRAUSAHAAN
MODAL KEWIRAUSAHAAN
Untuk
dapat menjadi seorang wirausahawan atau pun memulai suatu usaha, yang paling
pertama tepikirkan dalam benak kita adalah modal, dalam hal ini kerap dikenal
kenal modal kewirausahaan. Secara umum yang kita ketahui bahwa gambaran bentuk
dari modal kewirausahaan itu adalah berupa materi atau finalsial. Meski
merupakan bagian yang paling utama, sebenarnya masih banyak bentuk modal
kewirausahaan lainnya selain dalam bentuk materi atau finansial yang nantinya
sangat membatu seorang wirausahawan dalam membangun suatu usaha. Dalam
pembahasan kali ini penyusun akan mengulas konsep dari modal kewirausahaan itu
sendiri, dari pengertian modal kewirausahaan, bentuk-bentuk modal
kewirausahaan, dll.
A. Definisi Modal
Kewirausahaan
Dalam kamus bahasa Indonesia
“modal” didefinisikan sebagai uang pokok atau uang yang dipakai sebagai induk
untuk berniaga, melepas uang dan sebagainya. Dalam
finansial dana kunting, modal biasanya menunjuk kepada kekayaan finansial,
terutama dalam penggunaan awal atau menjaga kelanjutan bisnis. Awalnya, dianggap
bahwa modal lainnya, misal modal fisik, dapat dicapai dengan uang atau modal
finansial.
Berikut dijelaskan beberapa pengertian modal
menurut beberapa ahli :
a. Alam
S., modal adalah segala sumber daya hasil produksi yang tahan lama dan dapat
digunakan sebagai input produktif dalam proses produksi berikutnya.
b. Ivan Lestari,
modal adalah tiap-tiap hasil (produk) yang digunakan untuk menghasilkan produk
selanjutnya.
c. Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI), modal merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan
yang meruoakan selisih antara aset dan utang, sehingga bukan merupakan nilai
jual perusahaan.
d. Sugiarto,
modal adalah seluruh aktiva perusahaan yang digunakan untuk mendapatkan
penghasilan.
B. Bentuk Modal
Kewirausahaan
Dari ulasan pengertian modal kewirausahaan di atas,
lebih dominan menyebutkan bahwa bentuk dari modal kewirausahaan berupa materi
atau finansial. Namun sebenarnya masih ada bentuk modal kewirausahaan lain yang
memiliki peran penting dalam membangun sebuah usaha. Berikut bentuk modal-modal
kewirausahaan yang telah digolongkan dalam beberapa kelompok.
a. Berdasarkan Wujudnya
Dalam kewirausahaan, modal tidak selalui dentik
dengan modal yang berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga
modal yang tidak berwujud (intagible) seperti modal intelektual, modal sosial,
modal moral dan modal mental yang dilandasi agama. Secara garis besar, modal
kewirausahaan dapat dibagi kedalam empat jenis, yaitu: Modal intelektual, Modal
sosialdan moral, Modal mental, Modal Material.
1. Modal
intelektual (Intellectual Capital)
Modal intelektual dapat diwujudkan dalam bentuk
ide-ide sebagai modal utama yang disertai pengetahuan (knowledge), kemampuan
(capability), ketrampilan (skill), komitmen (commitment), tanggungjawab
(authority).
2. Modal sosial dan moral
Modal sosial dan
moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan kepercayaan, sehingga dapat
terbentuk citra diri yang positif. Seorang wirausahawan yang baik biasanya memiliki 10 etika wirausaha
sebagai berikut:
1) Kejujuran
2) Memiliki
integritas
3) Menepati
janji
4) Kesetiaan
5) Kewajaran
6) Suka
membantu orang lain
7) Menghormati
orang lain
8) Warga
negara yang baik dan taat hokum
9) Mengejar
keunggulan
10) Bertanggungjawab
3. Modal
mental
Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan
landasan agama (spiritual). Diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi
risiko dan tantangan yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepadaTuhan Yang
Maha Esa.
4. Modal
Material
Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau
barang. Modal ini bukan segala-gala dan bukan merupakan modal utama, karena
modal material dapat terbentuk apabila kita telah memiliki jenis-jenis modal
diatas.
b. Berdasarkan
Kebutuhannya
Di dalam menjalankan sebuah
usaha , ada tiga jenis modal usaha yaitu :
1. Modal
Investasi awal
2. Modal
Kerja
3. Modal
Operasional
Dari ketiga jenis
modal usaha tersebut biasanya akan melekat dalam setiap bisnis yang dijalankan. Pengertian ketiga modal usaha tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Modal
Investasi Awal
Modal Investasi awal adalah jenis modal yang harus dikeluarkan pada awal
memulai usaha, dan biasanya dipakai untuk jangka panjang. Contoh modal usaha
ini adalah bangunan, peralatan seperti komputer, kendaraan, perabotan kantor
dan barang-barang lain yang dipakai untuk jangka panjang.
Sebagai contoh
jika usaha anda adalah bengkel motor, maka modal investasi awal Anda adalah
bangunan, alat-alat perbengkelan, dan perabot lain yang dibutuhkan di bengkel
tersebut. Kalau usaha Anda toko, maka modal investasi awal Anda adalah rak,
meja, bahkan mungkin juga mesin kasir.
Biasanya, modal usaha ini nilainya cukup besar karena dipakai untuk jangka
panjang. Tetapi nilai dari Modal Investasi Awal ini akan mengalami penyusutan
dari tahun ke tahun bahkan bisa dari bulan ke bulan. Nilai penyusutan ini harus
dihitung, jika sudah bernilai nol harus dilakukan peremajaan lagi.
2. Modal
Kerja
Modal kerja adalah modal yang harus dikeluarkan untuk membeli
atau membuat barang dagangan Anda. Modal kerja ini bisa dikeluarkan setiap
bulan, atau setiap datang order.
Sebagai contoh,
kalau usaha Anda usaha tempat makan, maka modal kerja yang Anda butuhkan adalah
modal untuk membeli bahan makanan. Kalau usaha Anda usaha pembuatan barang
kerajinan, maka modal kerja Anda adalah uang yang Anda keluarkan untuk membeli
bahan baku. Kalau usaha Anda adalah jasa fotokopi, ya modal kerja Anda uang
yang Anda keluarkan untuk membeli kertas, tinta, dan lain sebagainya.
Prinsipnya, tanpa
modal kerja, Anda tidak akan bisa menyelesaikan order Anda atau tidak memiliki
barang dagangan. Nanti, bisa-bisa Anda malah tidak akan dapat pembeli karena
barangnya saja tidak ada. Itulah pentingnya modal kerja.
3. Modal Operasional
Modal yang
terakhir adalah modal
operasional. Modal operasional adalah modal yang harus
Anda keluarkan untuk membayar biaya operasi bulanan dari bisnis Anda. Contohnya
pembayaran gaji pegawai, pulsa telepon bulanan, PLN, air, bahkan retribusi.
Pos-pos dalam
modal operasional ini pada setiap bisnis umumnya hampir sama. Ini karena pada
prinsipnya, yang dimaksud dengan modal operasional adalah uang yang harus Anda
keluarkan untuk membayar pos-pos biaya di luar bisnis Anda secara langsung.
Jadi, Modal Operasional ini biasanya dibayar secara bulanan. Dengan mengenali
berbagai macam modal usaha tersebut bisa Anda hitung sendiri, berapa modal yang
harus dikeluarkan untuk memulai usaha.
C. Cara
Memperoleh Modal Usaha
Ada beberapa alternatif yang
dapat digunakan untuk mendapatkan dana usaha, diantaranya:
a. Dana
sendiri
Kita dapat
memperoleh modal usaha dengan menggunakan dana sendiri. Misalnya dengan
menggunakan dana simpanan yang sudah kita tabung selama ini. Jika belum cukup,
maka kita juga bisa menutupi kekurangan dana tersebut dengan menjual sebagian
aset berharga yang kita miliki saat ini misalnya logam mulia atau perhiasan. Tidak ada salahnya sedikit berkorban
untuk kesuksesan bisnis, anggap saja kita sedang berinvestasi untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar setelah usaha kita berhasil berjalan nanti.
b. Mencari
Dana Hibah Perusahaan
Modal juga dapat
diperoleh dari dana hibah perusahaan, baik perusahaan pemerintah maupun swasta.
Saat ini perusahaan-perusahaan besar biasanya memiliki budget atau anggaran
tersendiri untuk membantu membangun perekonomian masyarakat di sekitar
perusahaan maupun masyarakat umum dengan menyalurkan dana modal usaha melalui
Divisi CSR (Corporate Social Responsibility). Untuk teknis penyaluran dana
biasanya dalam bentuk event competition. Oleh karena itu, event tersebut
merupakan peluang bagi para calon pengusaha untuk mendapatkan tambahan dana
bagi kelangsungan usaha kita.
c. Menjalin
Kerjasama
Jika kita memiliki
teman atau saudara yang memiliki minat yang sama dan hendak menjadikan hal
tersebut sebagai bisnis, cara ini dapat dijadikan pilihan. Rekan bisnis
tersebut bisa jadi hanya memberikan bantuan berupa modal, atau bisa jadi
membantu juga dapat operasional bisnis sehari-hari. Kita juga harus menyepakati hal-hal seperti pembagian
hasil agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan. Kesepakatan itu
perlu dibuat perjanjian tertulis untuk mengantisipasi bila terjadi sesuatu di
kemudian hari.
d. Mencari
Investor
Hampir sama dengan
menjalin kerjasama, cara ini juga membantu kita mendapatkan dana dari pihak
ketiga. Bedanya, investor biasanya hanya memberikan modal berupa dana tanpa
ikut terjun langsung dalam operasional. Hal lain sama seperti cara di atas,
hal-hal seperti pembagian hasil atau kesepakatan lain harus dibuat berupa
perjanjian tertulis agar kedua belah pihak tidak ada yang merasa dirugikan bila
terjadi sesuatu di kemudian hari.
e. Mengajukan
Pinjaman Modal Usaha ke
Bank atau Koperasi
Kita juga dapat
mengajukan permohonan pinjaman modal usaha ke Bank atau Koperasi. Sebelum
pengajuan ini tidak jarang pihak Bank atau Koperasi ingin mengetahui profil
usaha yang akan kita buat berupa proposal atau bahkan beberapa meminta kita
untuk menyampaikan Feasibility Study yang bertujuan untuk menilai kelayakan
implementasi sebuah bisnis dilihat dari Hanya saja, sebagaimana namanya
pinjaman kita harus mengembalikan biaya tersebut dalam jangka waktu tertentu
ditambah bunga pinjaman yang besarannya bekisar antara 8-10% per tahun. Namun
demikian, kami menyarankan agar ini menjadi pilihan terakhir karena
kewajiban pembayaran bunga dan cicilan dapat menjadi kendala untuk bisnis yang
baru mulai berjalan.
Dalam pengajuan
permohonan modal usaha ke pihak ketiga, disarankan agar menyiapkan profil usaha
yang akan kita buat berupa proposal atau bahkan beberapa investor atau
perusahaan meminta kita untuk menyampaikan Feasibility Study yang bertujuan
untuk menilai kelayakan implementasi sebuah bisnis dilihat dari sisi Keuntungan
Finansial (Financial Benefit), Keuntungan Secara Makro Ekonomi (Macro Economy
Benefit), serta Keuntungan Sosial (Social Benefit) yang diterima masyarakat
berkaitan dengan usaha yang akan kita bentuk
BAB 7
PROSES KEWIRAUSAHAAN
PROSES KEWIRAUSAHAAN
A.
Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan
David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitude) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atu keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability(C), incentive(I), dan external environment (E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability, C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E).
Kemampuan berwirausaha (entreprenerial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Kewirausahaan, Suryana (2000: 34)
B. Model Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunanaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti: locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti: pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertmbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi dan lingkungan. Faktor yang berasal dari pribadi ialah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasaal dari organisasi antara lain: kelompok, struktur budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain: pesaing, pelanggan, pemasok dn lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana. “Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda Indonesia”, Arman, Bustanul dan Muh. Noer (1-23)
C. Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wiausaha perlu mencari, mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dangan jalan mengatasi sejumlah kekuatan yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.
Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus, yaitu:
1) Identifikasi dan Evaluasi Peluang Yang Ada
Evaluasi peluang merupakan elemen yang paling kritikal dari proses kewirausahaan karena memungkinkan seorang wirausaha apakah produk atau servis khusus dapat menghasilkan hasil yang diperlukan untuk sumber-sumber yang bermanfaat bagi seorang wirausaha guna mengidentifikasi peluang-pelung bisnis:
a) para konsumen
b) serikat dagang
c) para anggota sistem distribusi
d) orang-orang yang berkecimpung dalam bidang teknik
2) Kembangkan Rencana Bisnis
Dalam hal mempersiapkan rencana bisnis adalah penting untuk memahami persoalan-persoalan inti yang terlibat di dalamnya. Karakteristik-karakteristik dan besarnya segmen pasar, syarat-syarat produksi, rencana finansial, rencana organisasi, dan syarat finansial.
3) Sumber-sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan peluang yang ada perlu di ketahui proses tersebut diawali dengan tindakan penilaian sumber-sumber daya wirausaha yang dimiliki. Dalam konteks ini buakn saja perlu diidentifikasi para pensuplai alternatif sumber-sumber daya tersebut. Tetapi pula kebutuhan serta keinginan mereka. Melalui pemahaman kebutuhan para pensuplai sumber-sumber daya tersebut, seorang wirausaha dapat menstruktur sebuah persetujan (a deal) yang memungkinkannya mendapatkan sumber-sumber daya tersebut dengan biaya serendah mungkin.
4) Laksanakan Manajemen Usaha Tersebut
Setelah sumber-sumber daya dicari, maka sang wirausaha perlu mengaktifkannya melalui implementasi rencana bisnisnya. Hal tersebut mencakup kegiatan yang mengimplementasi sebuah gaya dan struktur manajemen. Winardi, Entrepreneur& Entrepreneurship (188-193)
D. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu:
(1) Proses imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating). Pada tahap ini, wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya: memulai usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
(2) Proses duplikasi dan pengembangan (duplicating and development). Pada tahap ini, wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui deversifikasi dan diferensiasi denagn model sendiri.
C. Proses penciptaan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari schumpeter(1934)
D. Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan wirausaha menjadi dua, yaitu: (a) Tahap awal (perintisan) (b) Tahap pertumbuhan
David C. McClelland (1961:207), mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship) ditentukan oleh motif berprestasi (achievement), optimisme (optimism), sikap-sikap nilai (value attitude) dan status kewirausahaan (entrepreneurial status) atu keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau tindakan kewirausahaan (entrepreneurial action) merupakan fungsi dari property right (PR), competency/ability(C), incentive(I), dan external environment (E).
Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan (property right, PR), kemampuan/kompetensi (competency/ability, C), dan insentif (incentive), sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan (environment, E).
Kemampuan berwirausaha (entreprenerial) merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja keras, keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang. Kewirausahaan, Suryana (2000: 34)
B. Model Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunanaan. Inovasi tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari individu seperti: locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti: pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
Pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertmbuhan kewirausahaan sangat tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi dan lingkungan. Faktor yang berasal dari pribadi ialah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial. Faktor yang berasaal dari organisasi antara lain: kelompok, struktur budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain: pesaing, pelanggan, pemasok dn lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana. “Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda Indonesia”, Arman, Bustanul dan Muh. Noer (1-23)
C. Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wiausaha perlu mencari, mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dangan jalan mengatasi sejumlah kekuatan yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.
Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus, yaitu:
1) Identifikasi dan Evaluasi Peluang Yang Ada
Evaluasi peluang merupakan elemen yang paling kritikal dari proses kewirausahaan karena memungkinkan seorang wirausaha apakah produk atau servis khusus dapat menghasilkan hasil yang diperlukan untuk sumber-sumber yang bermanfaat bagi seorang wirausaha guna mengidentifikasi peluang-pelung bisnis:
a) para konsumen
b) serikat dagang
c) para anggota sistem distribusi
d) orang-orang yang berkecimpung dalam bidang teknik
2) Kembangkan Rencana Bisnis
Dalam hal mempersiapkan rencana bisnis adalah penting untuk memahami persoalan-persoalan inti yang terlibat di dalamnya. Karakteristik-karakteristik dan besarnya segmen pasar, syarat-syarat produksi, rencana finansial, rencana organisasi, dan syarat finansial.
3) Sumber-sumber Daya Yang Diperlukan
Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan peluang yang ada perlu di ketahui proses tersebut diawali dengan tindakan penilaian sumber-sumber daya wirausaha yang dimiliki. Dalam konteks ini buakn saja perlu diidentifikasi para pensuplai alternatif sumber-sumber daya tersebut. Tetapi pula kebutuhan serta keinginan mereka. Melalui pemahaman kebutuhan para pensuplai sumber-sumber daya tersebut, seorang wirausaha dapat menstruktur sebuah persetujan (a deal) yang memungkinkannya mendapatkan sumber-sumber daya tersebut dengan biaya serendah mungkin.
4) Laksanakan Manajemen Usaha Tersebut
Setelah sumber-sumber daya dicari, maka sang wirausaha perlu mengaktifkannya melalui implementasi rencana bisnisnya. Hal tersebut mencakup kegiatan yang mengimplementasi sebuah gaya dan struktur manajemen. Winardi, Entrepreneur& Entrepreneurship (188-193)
D. Ciri-ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang melalui tiga proses, yaitu:
(1) Proses imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating). Pada tahap ini, wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya: memulai usaha barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
(2) Proses duplikasi dan pengembangan (duplicating and development). Pada tahap ini, wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui deversifikasi dan diferensiasi denagn model sendiri.
C. Proses penciptaan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari schumpeter(1934)
D. Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan wirausaha menjadi dua, yaitu: (a) Tahap awal (perintisan) (b) Tahap pertumbuhan
BAB 8
FAKTOR PENDORONG DAN PENGHAMBAT KEBERHASILAN KEWIRAUSAHAAN
A.
Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, lngkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha berhasil, selain harus kerja keras sesuai urgensinya, wiarausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausaha maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:
a) Lebih suka risiko yang moderet
b) Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama adalah pencapaian prestasi
c) Locus of control internal. Individu yang memiliki locuc of control internal adalah individu yang memiliki insiatif tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan mencari akar penyebabnya secara efektif
d) Kemampuan inovasi dan kreatifitas. Kreatifitas lebih mengacu kepada idea origination, sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang wirausaha tdk harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan analisis yang baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
e) Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh ke depan. Wirausahawan harus bersifat inpulsif, bukan atas dorongan sesaat dan keberhasilah hanya pada jangka pendek. Akan tetapi, wirausaha memiliki perencanaan yang seksama serta kendali diri yang fleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.
f) Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja atas kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada orang lain yang berara pada lingkungan, menerima kritik dn saran dari orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan adalah:
1) Intelegensi .Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya tehadap tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensia terkait denagn pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat berarti membuka jiwa wirausaha.
2) Latar belakang budaya. Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka secara tidak langsung dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan menentukan prilaku manusia.
3) Jenis kelamin. Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita dilambangkan sensitif, kooperatif, dan intitutif.
4) Tingkat pendidikan
5) Usia
6) Pola asuh keluarga
B. Tantangan Berwirausaha
Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha. Wirausaha harus menerima berbagai risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak seorang pun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu bisnis.
C. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memilki kemampuan manajerial dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama membuat perusahaan kurang berhasil.
(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber-sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Yaitu dengan memelihara aliran kas , mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasialn usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
(6) Kurang pengawasan peralatan.Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan tidak efektif.
(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal adalah besar.
(8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu mmbuat peralihan setiap waktu.
D.Faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu:
(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu adalah rugi dan sewaktu-waktu juga ada untungnya. Kondisi seperti inilah yang membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Kegagalan investasi mengakibatkan seorang mundur dari kegiatan wirausaha. Bagi seorang wirausaha sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan.Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin jadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa menghadapi tantangan.Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
E. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha
Adapun keuntungan dalam berwirausaha adalah:
(1) Imbalan berupa laba. Bebas dari batasan gaji standar untuk pekerjaan distandardisasikan. Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Tidaklah mengejutkan imbalan berupa laba adalah motivasi yang lebih kuat dari wirausaha tertentu.
(2) Imbalan berupa kebebasan. Bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi, Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain dari seorang wirausaha. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibelitas di satu sisi saja. Akan tetapi, wirausaha pada umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karir kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri.
(3) Imbalan berupa kebebasan menjalani hidup. Bebas dari rutinitas, kebosana dan pekerjaan yang tidak menantang. Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal dari kebebasan mereka, tapi pada kenikmatan tersebut merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. (Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil: Justin,Carlos & J.William, 2001 : 7-9)
F.Kerugian dalam berwirausaha adalah:
(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja pada waktu yang lam dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan yng kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
G. Cara Menghindari Kegagalan dalam Berwirausaha
Kita telah melihat alasan-alasan yan paling umum di balik kegagalan berwirausaha. Sekarang kita harus mempelajari cara menghindari dari kegagalan dan memperoleh wawasan mengenai hal-hal yang membuat suatu usaha tersebut dapat berhasil. Saran-saran untuk keberhasilan berasal dari sebab-sebab kegagalan.
1. Mengenali Bisnis Anda Secara Mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatkan pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh di bisnis itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin misalnya, majalah bisnis, jurnal niaga, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan dimasuki. Hubungan pribadi dengan pemasok, pelanggan, perkumpulan bisnis, dan kegiatan lainnya dalam industri yang samaadalah cara lain yang baik untuk memperoleh pengetahuan itu.
2. Menembangkan Rencana Bisnis yang Matang. Untuk wirausahawan yang baru, rencana bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan bisnis. Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas. Namun para wirausahawan, yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, sering kali langsung lompat ke suatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. Tetapi rencana bisnis yang seksama dan informasi keuangan yang tepat merupakan hal yang kritis. Ini semua akan membantu dalam mengambil keputusan yang penting mengenai bisnis.dan harus terus menerus memantau apa yang telah dicapai sesuai yang telah direncanakan.
3. Mengelola Sumber Daya Keuangan. Pertahanan terbaik dalam menghadapi persoalan keuangan adalah denagn mengembangkan sistem informasi keuangan dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. Tidak ada wirausahawan yang dapat mengendalikan bisnisnya tanpa mengetahui kesehatan bisnisnya.
Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal permulaan yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal yang terlalu kecil. Sedangkan sumber daya yang paling berharga untuk bisnis kecil adalah uang tunai. Memang menghasilkan laba itu penting untuk dapat bertahan dalam jangka panjang, tetapi sebuah perusahaan harus cukup memiliki uang untuk membayar tagihan dan kewajiban lainnya. Beberapa wirausahawan mengandalkan pertumbuhan penjualan untuk menutupi kebutuhan dana perusahaan, tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi. Perusahaan yang sedang tumbuh biasanya memerlukan lebih banyak uang tunai daripada yang dihasilkannya dan semakin meningkatannya, semakin banyak pula menghabiskan uang.
4. Memahami Laporan Keuangan. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Hampir selalu catatan-catatan ini hanya digunakan untuk keperluan pajak dan tidak dimanfaatkan sebagai alat pengendali yang vital. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisnis, seorang wirausaha paling tidak harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akuntansi dan keuangan.
Apabila dianalisa dan ditafsirkan dengan benar, laporan-laporan keuangan ini merupakan indikator-indikator yang dapat dipercaya mengenai kesehatan perusahaan kecil. Laporan-laporan ini cukup membantu dalam memberi peringatan adanya masalah. Sebagai contoh, penurunan penjualan, tidak tercapainya laba, membengkaknya utang, dan menyusutnya modal kerja, yang semoanya merupakan gejala adanya masalah yang berpotensi mematikan yang membutuhkan perhatian segera.
5. Belajar Mengelola Manusia Secara Efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang akan dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia. Setipa bisnis tergantung pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada pemilik bisnis dapat mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Orang-orang yang diperkerjakan oleh sang wirausahawan pada akhirnya akan menentukan seberapa jauh perusahaan akan berkembang atau seberapa jauh perusahaan akan jatuh. Meskipun demikian, merekrut dan mempertahankan suatu korps karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah. Persoalan ini selalu merupakan tantangan begi setiap pemilik bisnis.
6. Menjaga Kondisi Diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung peda keberadaan dan perhatian secara terus-menerus, oleh sebab itu seoarang wirausahawan perlu memantau kesehatan diri denagn cermat. Stres merupakan masalah utama, terutama bila tidak dikendalikan. Karyawan juga bisa menderita masalah kesehatan. Beberapa bisnis mendapatkan bahwa program kebugaran tubuh yang disponsori perusahaan akan efektif secara biaya. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Thomas W Zimmerer & Norman M. Scarborough (second edition, 28-29)
Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis (business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, lngkah berikutnya adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha berhasil, selain harus kerja keras sesuai urgensinya, wiarausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitrausaha maupun dengan semua pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan.
Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:
a) Lebih suka risiko yang moderet
b) Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama adalah pencapaian prestasi
c) Locus of control internal. Individu yang memiliki locuc of control internal adalah individu yang memiliki insiatif tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan mencari akar penyebabnya secara efektif
d) Kemampuan inovasi dan kreatifitas. Kreatifitas lebih mengacu kepada idea origination, sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang wirausaha tdk harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan analisis yang baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
e) Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh ke depan. Wirausahawan harus bersifat inpulsif, bukan atas dorongan sesaat dan keberhasilah hanya pada jangka pendek. Akan tetapi, wirausaha memiliki perencanaan yang seksama serta kendali diri yang fleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.
f) Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja atas kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada orang lain yang berara pada lingkungan, menerima kritik dn saran dari orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan adalah:
1) Intelegensi .Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya tehadap tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensia terkait denagn pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat berarti membuka jiwa wirausaha.
2) Latar belakang budaya. Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka secara tidak langsung dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan menentukan prilaku manusia.
3) Jenis kelamin. Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita dilambangkan sensitif, kooperatif, dan intitutif.
4) Tingkat pendidikan
5) Usia
6) Pola asuh keluarga
B. Tantangan Berwirausaha
Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaganya. Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada bagi wirausaha. Wirausaha harus menerima berbagai risiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak seorang pun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu bisnis.
C. Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Wirausaha
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan dan kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
(1) Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memilki kemampuan manajerial dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama membuat perusahaan kurang berhasil.
(2) Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber-sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
(3) Kurang dapat mengendalikan keuangan. Yaitu dengan memelihara aliran kas , mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
(4) Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
(5) Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasialn usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
(6) Kurang pengawasan peralatan.Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan tidak efektif.
(7) Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal adalah besar.
(8) Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu mmbuat peralihan setiap waktu.
D.Faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer (1996: 17) mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu:
(1) Pendapatan yang tidak menentu. Baik pada tahap awal maupun tahap pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu adalah rugi dan sewaktu-waktu juga ada untungnya. Kondisi seperti inilah yang membuat seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
(2) Kerugian akibat hilangnya modal investasi. Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Kegagalan investasi mengakibatkan seorang mundur dari kegiatan wirausaha. Bagi seorang wirausaha sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
(3) Perlu kerja keras dan waktu yang lama. Wirausaha biasanya bekerja sendiri dari mulai pembelian, pengolahan, penjualan, dan pembukuan.Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan orang yang ingin jadi wirausaha menjadi mundur. Ia kurang terbiasa menghadapi tantangan.Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang harus dihadapi dan ditekuni.
(4) Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap. Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.
E. Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha
Adapun keuntungan dalam berwirausaha adalah:
(1) Imbalan berupa laba. Bebas dari batasan gaji standar untuk pekerjaan distandardisasikan. Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan uang yang mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi risiko dan inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis mereka sendiri. Tidaklah mengejutkan imbalan berupa laba adalah motivasi yang lebih kuat dari wirausaha tertentu.
(2) Imbalan berupa kebebasan. Bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi, Kebebasan untuk menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain dari seorang wirausaha. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibelitas di satu sisi saja. Akan tetapi, wirausaha pada umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karir kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri.
(3) Imbalan berupa kebebasan menjalani hidup. Bebas dari rutinitas, kebosana dan pekerjaan yang tidak menantang. Wirausaha sering kali menyatakan kepuasan yang mereka dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin berasal dari kebebasan mereka, tapi pada kenikmatan tersebut merefleksikan pemenuhan kerja pribadi pemilik pada barang dan jasa perusahaan. (Kewirausahaan Manajemen Usaha Kecil: Justin,Carlos & J.William, 2001 : 7-9)
F.Kerugian dalam berwirausaha adalah:
(1) Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja pada waktu yang lam dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga, rekreasi. Hampir semua waktu dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
(2) Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik pemasaran, keuangan, personil maupun pengadaan dan pelatihan.
(3) Kecilnya margin keuntungan dan kemungkinan gagal. Karena wirausaha menggunakan keuangan yng kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.
G. Cara Menghindari Kegagalan dalam Berwirausaha
Kita telah melihat alasan-alasan yan paling umum di balik kegagalan berwirausaha. Sekarang kita harus mempelajari cara menghindari dari kegagalan dan memperoleh wawasan mengenai hal-hal yang membuat suatu usaha tersebut dapat berhasil. Saran-saran untuk keberhasilan berasal dari sebab-sebab kegagalan.
1. Mengenali Bisnis Anda Secara Mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatkan pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh di bisnis itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin misalnya, majalah bisnis, jurnal niaga, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan dimasuki. Hubungan pribadi dengan pemasok, pelanggan, perkumpulan bisnis, dan kegiatan lainnya dalam industri yang samaadalah cara lain yang baik untuk memperoleh pengetahuan itu.
2. Menembangkan Rencana Bisnis yang Matang. Untuk wirausahawan yang baru, rencana bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan bisnis. Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas. Namun para wirausahawan, yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, sering kali langsung lompat ke suatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. Tetapi rencana bisnis yang seksama dan informasi keuangan yang tepat merupakan hal yang kritis. Ini semua akan membantu dalam mengambil keputusan yang penting mengenai bisnis.dan harus terus menerus memantau apa yang telah dicapai sesuai yang telah direncanakan.
3. Mengelola Sumber Daya Keuangan. Pertahanan terbaik dalam menghadapi persoalan keuangan adalah denagn mengembangkan sistem informasi keuangan dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. Tidak ada wirausahawan yang dapat mengendalikan bisnisnya tanpa mengetahui kesehatan bisnisnya.
Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal permulaan yang cukup. Terlalu banyak wirausahawan yang memulai bisnis dengan modal yang terlalu kecil. Sedangkan sumber daya yang paling berharga untuk bisnis kecil adalah uang tunai. Memang menghasilkan laba itu penting untuk dapat bertahan dalam jangka panjang, tetapi sebuah perusahaan harus cukup memiliki uang untuk membayar tagihan dan kewajiban lainnya. Beberapa wirausahawan mengandalkan pertumbuhan penjualan untuk menutupi kebutuhan dana perusahaan, tetapi hal ini hampir tidak pernah terjadi. Perusahaan yang sedang tumbuh biasanya memerlukan lebih banyak uang tunai daripada yang dihasilkannya dan semakin meningkatannya, semakin banyak pula menghabiskan uang.
4. Memahami Laporan Keuangan. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan dan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Hampir selalu catatan-catatan ini hanya digunakan untuk keperluan pajak dan tidak dimanfaatkan sebagai alat pengendali yang vital. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisnis, seorang wirausaha paling tidak harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akuntansi dan keuangan.
Apabila dianalisa dan ditafsirkan dengan benar, laporan-laporan keuangan ini merupakan indikator-indikator yang dapat dipercaya mengenai kesehatan perusahaan kecil. Laporan-laporan ini cukup membantu dalam memberi peringatan adanya masalah. Sebagai contoh, penurunan penjualan, tidak tercapainya laba, membengkaknya utang, dan menyusutnya modal kerja, yang semoanya merupakan gejala adanya masalah yang berpotensi mematikan yang membutuhkan perhatian segera.
5. Belajar Mengelola Manusia Secara Efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang akan dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia. Setipa bisnis tergantung pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada pemilik bisnis dapat mengerjakan segala sesuatunya sendirian. Orang-orang yang diperkerjakan oleh sang wirausahawan pada akhirnya akan menentukan seberapa jauh perusahaan akan berkembang atau seberapa jauh perusahaan akan jatuh. Meskipun demikian, merekrut dan mempertahankan suatu korps karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah. Persoalan ini selalu merupakan tantangan begi setiap pemilik bisnis.
6. Menjaga Kondisi Diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung peda keberadaan dan perhatian secara terus-menerus, oleh sebab itu seoarang wirausahawan perlu memantau kesehatan diri denagn cermat. Stres merupakan masalah utama, terutama bila tidak dikendalikan. Karyawan juga bisa menderita masalah kesehatan. Beberapa bisnis mendapatkan bahwa program kebugaran tubuh yang disponsori perusahaan akan efektif secara biaya. Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, Thomas W Zimmerer & Norman M. Scarborough (second edition, 28-29)
BAB 9
IDE DAN PELUANG KEWIRAUSAHAAN
A. Ide Kewirausahaan
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari
wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar.
Ide-ide itu menciptakan nilai potensial di pasar sekaligus menjadi peluang
usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk menciptakan nilai-nilai potensial (peluang
usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi dan mengevaluasi semua resiko yang
mungkin terjadi dengan cara :
1. Mengurangi
kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif
2.
Menyebarkan resiko pada aspek yang paling mungkin
3.
Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat
Ada tiga resiko yang dapat dievaluasi, yaitu
:
1. Resiko pasar atau persaingan
2. Resiko financial
3. Resiko teknik[3]
Kreativitas sering kali muncul
dalam bentuk ide untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Ide bukanlah peluang
dan tidak akan muncul bila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan
secara terus menerus. Bagaimana ide bisa menjadi peluang? Jawaban atas
pertanyaan ini, diantaranya :
1. Ide
dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang lebih
baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi kebutuhannya.
2. Ide
dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
3. Ide
dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi pekerjaan yang dilakukan atau cara melakukan
suatu pekerjaan.[4]
B. Sumber Peluang Potensial
Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis
yang riil, maka wirausaha harus bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang
secara terus-menerus. Proses penjaringan ide atau disebut screening merupakan
suatu cara terbaik untuk menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil.
Adapun langkah dalam penjaringan ide dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Menciptakan
produk baru dan berbeda
Produk
dan jasa yang dibuat harus menciptakan nilai bagi pembeli, untuk itu
wirausaha harus benar-benar mengenal prilaku konsumen di pasar. Ada dua unsur
pasar yang perlu diperhatikan :
a. Permintaan
terhadap barang/jasa yang dihasilkan
b. Waktu
penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa.
Kemampuan
untuk memperoleh peluang , sangat bergantung pada kemampuan wirausaha untuk
menganalisis pasar, yang meliputi aspek :
a. Analisis
demografi pasar,
b. Analisis
sifat serta tingkah laku pesaing,
c. Analisis
keunggulan bersaing pesaing dan kefakuman pesaing yang dapat dianggap dapat
menciptakan peluang.
2. Mengamati
pintu peluang
Wirausaha
harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya :
a. Kemungkinan
pesaing mengembangkan produk baru,
b. Pengalaman
keberhasilan dalam mengembangkan produk baru,
c. Dukungan
keuangan,
d. Keunggulan-keunggulan
yang dimiliki pesaing di pasar.
Kemampuan
pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi dengan
mengamati kelemahan-kelemahan dan resiko pesaing dalam menanamkan
modal barunya.
Untuk
mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing, dan peluang
yang dapat kita peroleh, menurut Zimmerer (1996 : 67) ada beberapa keadaan yang
dapat menciptakan peluang, yaitu :
a. Produk
baru harus segera di pasarkan dalam jangka waktu yang relative singkat,
a. Kerugian
teknik harus rendah,
b. Bila
pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya
c. Pesaing
tidak memiliki teknologi canggih,
d. Pesaing
sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi pasarnya,
e. Perusahaan
baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk menghasilkan produk barunya.
3. Analisis
produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis
ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas produk yang di
hasilkan memadai atau tidak.
4. Menaksir
biaya awal
Yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
5. Memperhitungkan
resiko yang mungkin terjadi[5]
Resiko
pesaing, kemampuan dan kesediaan pesaing untuk mempertahankan posisi pasarnya:
a. Kesamaan
dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
b. Tingkat
keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
c. Seberapa
besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
Resiko
teknik adalah kegagalan dalam proses pengembangan produk. Sedangkan resiko
finansial adalah kegagalan yang timbul akibat ketidakcukupan dana.[6] Nilai suatu
barang atau produk dapat diciptakan melalui:
1. Inovasi
Inovasi adalah kemampun yang dimiki seorang keriwira usahaan untuk menerapkan
kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk
menigkatkan kebutuhan dalam kehidupan.
Menurtu Schumpeter (Dollinger, 2003: 7) dapat mencangkup:
a) Penawaran
produk atau jasa baru
Tirto Utomo pendiri AQUA menghadirkan produk air minum (air putih)
dalm kemasan di Indonesia.Ide mwmbuat minuman dalam kemasan tersebut muncul
setelah seorang rekan bisnisnya terserang diare akibat kekurangan minum air
yang tidak hegienis sesaat setelah mereka bermain bulu tangkis di
Rawamangun.Pada saat itu air minum dalam kemasan merupakan produk baru yang
ditawarkan kepada konsumen Indonesia.
b) Penggunaan metode atau teknologi baru
Microsoft meghabiskan dana yang sangat besar setiap tahun
nya untuk megembangkan teknologi baru di bidang computer sehigga progam Windows
senantiasa memiliki keunggulan di bidang progam-progam pesaing.
c) Penciptaan pasar sarana yang baru
Para pengusaha penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJKTI) melihat peluang pengirim jasa tenaga kerja professional di bidang
pembangunan infrastruktur dan tenaga medis, segera setelah pasukan
multinasional memenagkan peperangan dan berhasil mengusir pasukan Irak yang
melakiakn invasi ke quait.
d) Penghunaan sember pasukan bahan baku dan sumber
daya lainnya yang baru
Salah satu suber daya menejeman yang dapat memberikan kontribusi
terhadap kemampuan bersaing perusahaan, adalah sumber daya manusia.
e) Penciptaan bentuk organisasi industri
yang baru
Organisasi yang baru dapat dibentuk diantaranya melalui pelaksaan
merger untuk memperkuat struktur permodalan perusahan mempertinggi kinerja
operasi perusahaan melalui penciptaan sinergi di antara perusahaan yang
melakukan merger.[7]
Proses inovasi :
1. Wirausahawan
melihat adanya kebutuhan
2. Mengumpulkan
data dan mendefinisikan konsep-konsep
3. Menguraikan
masalah-masalah
4. Menggunakan
daya ingat untuk mencari kesamaan
5. Menemukan
kesamaan dan gagasan yang berhubungan
6. Melihat
bagaimana menggabungkan kesamaan dan gagasan yang berhubungan
7. Mencari
pemecahan sementara
8. Meneliti
pemecahan dengan hati-hati
9. Bergerak
terus jika semuanya baik
10. Mencapai
keberhasilan[8]
2. Mengubah tantangan menjadi peluang
Menciptakan permintaan melalui penemuan baru. ide-ide yang
berasal dari wirausaha dapat menciptakan peluang untuk memenuhi kebutuhan
pasar.
BAB 10
KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS BISNIS
A. Memulai Usaha/Bisnis Baru
Menurut Peggy Lambing dan
Charles R. Kuehl (2000:14) ada tiga tipe aktivitas kewirausahaan, yakni:
1. Dengan konsep baru dan bisnis baru,
yaitu dengan mengembangkan produk baru atau ide baru, dan mengembangkan bisnis
dengan konsep baru. Seperti Bill Gates dengan Microsoft.
2. Konsep yang sudah ada, tetapi dengan
bisnis baru, yakni orang yang memulai bisnis baru berdasar pada konsep lama
dengan menyediakan sesuatu yang baru atau lebih baik.
3. Dengan konsep yang sudah ada dan bisnis
yang sudah ada, yakni orang yang membeli perusahaan yang sudah ada tanpa
perencanaan untuk mengubah operasi perusahaan.
B.
Langkah-Langkah Memasuki Bisnis Baru
1. Merintis usaha baru.
a. Perusahaan milik sendiri/perorangan (sole
proprietorship), yakni bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh
seseorang.
b. Persekutuan (partnership), yakni
kerja sama(asosiasi) antara dua orang atau lebih.
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation),
yakni perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal berupa
saham.
2. Membeli perusahaan orang lain (buying).
Membeli perusahaan yang telah
dirintis dan diorganisasikan oleh orang lain dengan nama (goodwill) dan
organisasi usaha yang sudah ada.
3. Kerja sama manajemen (franchising).
Kerja sama antara terwaralaba (franchisee)
dengan pewaralaba (franchisor/parent company) dalam mengadakan
persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (waralaba).
C.Merintis Usaha/Bisnis Baru
Pada bab sebelumnya telah
dikemukakan bahwa untuk memasuki dunia usaha seseorang harus memiliki jiwa
kewirausahaan, karena wirausahawan adalah orang yang mengorganisasikan,
mengelola dan memiliki keberanian menghadapi resiko. Menurut Lambing
(2000: 91-92), ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausahawan untuk
mencari peluang dengan mendirikan usaha yang baru, yakni :
1. Pendekatan ‘Inside-out’ atau
‘Idea generation’, yakni pendekatan yang berdasarkan pada gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampilan
sendiri, kemampuan, latar belakang, dan sebagainya yang menentukan jenis usaha
yang akan dirintis.
2. Pendekatan ‘The out-side in’ atau
‘Opportunity recognition’, yakni pendekatan yang menekankan pada basis
ide merespons kebutuhan pasar sebagai kunci keberhasilan. Yang tak lain sebagai
pengamatan lingkungan, yakni alat pengembangan yang akan ditransfer menjadi
peluang ekonomi.
Dalam memasuki arena bisnis,
seseorang dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga ide dan kemauan
serta harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar.
Anda
|
Ide
|
Uang + Fasilitas
Kredit orang
|
Barang
Jasa
|
Pasar
|
Uang
|
Profit
|
Dalam merintis usaha baru, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yakni :
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan kepemilikan yang akan
dipilih.
3. Tempat usaha yang akan dipilih.
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.
Hambatan dalam Memasuki
Industri
Menurut Peggy Lambing (2000:
95), hambatan dalam memasuki industri baru mencakup
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas
pelanggan pada perusahaan baru masih kurang, sedang perusahaan yang sudah ada
justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan
pelanggannya.
2. Biaya perubahan, biaya yang diperlukan
untuk pelatihan kembali para karyawan dan penggantian alat serta sistem yang
lama.
3. Respons dari pesain yang secara agresif
akan mempertahankan pangsa pasar yang ada.
D.Membeli Perusahaan yang Sudah
Ada Waralaba
Menurut Zimmerer (1996), ada
beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dan dianalisis oleh pembeli, meliputi
1. Pengalaman apa yang dimiliki untuk
mengoperasikan perusahaan tersebut?
2. Mengapa perusahaan tersebut berhasil,
tetapi kritis?
3. Dimana lokasi perusahaan tersebut?
4. Berapa harga yang rasional untuk membeli
perusahaan tersebut?
5. Apakah membeli perusahaan tersebut akan
lebih menguntungkan daripada merintis usaha baru sendiri?
Selain harus mempertimbangkan
berbagai keterampilan, kemampuan, dan kepentingan pembelian, seorang
wirausahawan juga harus memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang
akan dibeli, diantaranya mencangkup
1. Pedagang perantara penjual perusahaan
yang akan dibeli.
2. Bank investor yang melayani perusahaan.
3. Kontak-kontak perusahaan, seperti
pemasok, distributor, pelanggan, dan lainnya yang erat kaitannya dengan
kepentingan perusahaan yang akan dibeli.
4. Jaringan kerja sama bisnis dan sosial
perusahaan yang akan dibeli.
5. Daftar majalah dan jurnal perdagangan
yang digunakan oleh perusahaan yang akan dibeli.
Membeli perusahaan yang sudah
ada juga mengandung permasalahan, seperti :
ð Masalah eksternal, yakni
lingkungan seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar.
ð Masalah internal, yakni
yang ada dalam perusahaan seperti masalah citra atau reputasi perusahaan,
konflik antara manajemen dengan karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik
yang baru, masalah lokasi, dan masalah masa depan perusahaan.
BAB 11
ANALISIS BISNIS DN STUDI KELAYAKAN BISNIS
A. Pengertian
Bisnis
Pada saat
mendengar kata “bisnis”, ingatan kita sejenak akan membayangkan berbagai
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan besar seperti PT Unilever Indoesia, PT
Indofood Sukses Makmur, maupun berbagai perusahaan kecil yang melakukan
kegiatan perdagangan dan produksi. Lalu apa yang dimaksud dengan “bisnis” itu
sendiri? Menurut Steinholff (1979: 5), “Business is all those activities
involved in providing the goods and services needed or desired by people.”[1]
Dalam
pengertian ini, kegiatan bisnis sebagai aktivitas yang meyediakan barang dan
jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen, dapat dilakukan oleh
organisasi perusahaan yang memiliki badan hukum, perusahaan yang memiliki badan
usaha, maupun perorangan yang tidak memiliki badan hukum maupun badan usaha
seperti pedagang kaki lima, warung yang tidak memiliki Surat Izin Tempat Usaha
(SITU) dan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), serta usaha informal lainnya.
Produk yang
dihasilkan dan diperdagangkan oleh kegiatan bisnis mencakup keseluruhantangible
goods maupun intangible goods (jasa). Yang dimaksud
dengan tangible goods adalah barang-barang yang dapat diindra
oleh pancaindra manusia, seperti mobil, rumah, kursi, pulpen, mi instan, sabun
cuci, dan lain-lain.
Sedangkan jasa adalah
produk yang tidak dapat dilihat secara kasat mata, tetapi dapat dirasakan
manfaatnya setelah konsumen mengkonsumsi jasa tersebut. Sebagai contoh,
keandalan seorang pengacara dalam memberikan jasanya tidak dapat diukur dari
keberadaan fisik maupun asal suku bangsa pengacara tersebut.
Pengertian
bisnis lainnya diberikan oleh Griffin dan Ebert (1996), “Business is an
organization that provides goods or services in order to earn profit.”[2] Sejalan
dengan definisi tersebut, aktivitas bisnis melalui penyediaan barang dan jasa
bertujuan untuk menghasilkan profit.
B. Pengertian
Kelayakan Usaha
Usaha yang
akan dijalankan diharapkan dapat memberikan penghasilan sesuai dengan target
yang telah ditetapkan. Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi beberapa kriteria
kelayakan usaha. Artinya, jika dilihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum
dijalankan harus dinilai pantas atau tidak untuk dijalankan. Pantas artinya
layak atau akan memberikan keuntungan dan manfaat yang maksimal.
Agar tujuan
perusahaan dapat tercapai sesuai dengan keinginan, apapun tujuan perusahaan
(baik profile, social maupun gabungan dari keduanya), apabila ingin melakukan
investasi, terlebih dahulu hendaknya dilakukan suatu studi. Tujuannya adalah
untuk menilai apakah investasi yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk
dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan perusahaan) atau dengan kata lain
jika usaha tersebut dijalankan, akan memberikan manfaat atau tidak.
Suatu
kegiatan dapat dikatakan layak apabila dapat memenuhi persyaratan tertentu.
Untuk menentukan layak atau tidaknya suatu usaha diperlukan perhitungan dan
asumsi-asumsi sehingga ditarik kesimpulan bahwa dari segi keuangan perusahaan
ini layak untuk dijalankan.
Studi
kelayakan usaha dilakukan untuk mengidentifikasi masalah di masa yang akan
dating, sehingga dapat meminimalkan kemungkinan melesetnya hasil yang
diinginkan dalam suatu investasi. Studi kelayakan usaha memperhitungkan
hambatan atau peluang dari investasi yang akan dijalankan. Jadi, studi
kelayakan usaha dapat memberikan pedoman atau arahan pada usaha yang akan
dijalankan.
Dapat
disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan usaha adalah:
Sutau jegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan, usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.[3]
Kelayakan
artinya penelitina yang dilakukan secara mendalam bertujuan untuk menentukan
apakah usaha yang dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar
dibangdingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain, kelayakan
dapat berarti bahwa usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan financial
dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan. Layak juga berarti
dapat memberikan keuntungan yang tidak hanya bagi perusahaan yang
menjalankannya, tetapi juga bagi investor, kreditor, pemerintah dan masyarakat
luas.
C. Proses
dan Studi Kelayakan Usaha
Studi kelayakan usaha dapat dilakukan melalui tahap-tahap
sebagai berikut[4]:
1. Tahap
penemuan idea tau perumusan gagasan. Tahap penemuan ide adalah tahap di mana
wirausaha mendapatkan ide untuk merintis usaha baru. Ide tersebut kemudian dirumuskan
dan diidentifikasi, misalnya kemungkinan-kemungkinan bisnis yang paling member
peluang untuk dilakukan dan menguntungkan dalam jangka waktu panjang. Banyak
kemungkinan, misalnya bisnis industry, perakitan, perdagangan, usaha jasa, atau
jenis usaha lain yang dianggap layak.
2. Tahap
formulasi tujuan. Tahap ini merupakan tahap perumusan visi dan misi bisnis,
seperti visi dan misi bisnis yang hendak diemban setelah bisnis tersebut
diidentifikasi; apakah misalnya untuk menciptakan barang dan jasa yang
diperlukan masyarakat sepanjang waktu ataukah untuk menciptakan keuntungan yang
langgeng; atau apakah visi dan misi bisnis yag akan dikembangkan tersebut
benar-benar menjadi kenyataan atau tidak? Semuanya dirumuskan dalam bentuk
tujuan.
3. Tahap
analisis. Tahap penelitian, yaiutu proses sistematis yang dilakukan untuk
membuat suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
Tahap ini dilakukan seperti prosedur proses penelitian ilmiah yang lain, yaitu
dimulai dengan mengumpulkan data, mengolah, menganalisis, dan menarik
kesimpulan. Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya ada dua, yaitu
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan
dicermati dalam tahap analisis tersebut, meliputi:
a. Aspek
pasar, mencakup produk yang akan dipasarkan, peluang, permintaan dan penawaran,
harga, segmentasi, pasar sasaran, ukuran, perkembangan, dan struktur pasar
serta strategi pesaing.
b. Aspek
teknik produksi atau operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan, mesin dan
peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja, metode produksi, lokasi
dan tata letak pabrik atau tempat usaha.
c. Aspek
manajemen atau pengelolaan, meliputi organisasi, aspek pengelolaan tenaga
kerja, kepemilikan, yuridis, lingkungan, dan sebagainyan. Aspek yuridis dan
lingkungan perlu dianalisis sebab perusahaan harus mendapat pengakuan dari
berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.
d. Aspek
financial atau keuangan, meliputi sumber dana atau penggunaannya, proyeksi
biaya, pendapatan, keuntungan, dan arus kas.
4. Tahap
keputusan. Setelah dievaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan,
langkah berikutnya adalah tahap pengambilan keputusan, apakah bisnis tersebut
layak dilakasanakan atau tidak. Karena menyangkut keperluan investasi yang
mengandung risiko maka keputusan bisnis biasanya didasarkan pada beberapa
criteria, seperti Periode Pembayaran Kembali (Pay Back Period, PBP), Nilai
Sekarang Bersih (Net Present Value, NPV), Tingkat Pengembalian Internal
(Internal Rate of Return, IRR), dan sebagainya.
Untuk
menganalisis suatu keputusan bisnis dilakukan pengkajian terhadap hal-hal
berikut:
a. Aset
dan kewajiban. Perlu diketahui daftar atau data secara akurat tentang setiap
harta dan semua kewajiban (liabilitas) yang akan diambil alih. Keakuratan data
tersebut, jika memungkinkan, sebaiknya dinyatakan oleh akuntan public yang
bersertifikat.
b. Piutang
usaha. Sebelum membeli suatu bisnis, mintalah daftar umur piutang usaha. Jika
mungkin termasuk masalah penagihan yang dihadapi oleh perusahaan selama ini.
Mintalah juga bukti mengenai beberapa persen bisnis itu mampu ditagih dalam
kurun waktu tertentu dan apakah piutang dapat tertagih sesuai nilai
ekonomisnya.
c. Lokasi
usaha. Apakah lokasi usaha yang akan dibeli cukup strategis. Jika tidak
strategis, berapa besar biaya yang harus dikeluakan untuk memindahkannya ke
lokasi lain yang lebih strategis, terutama dari sudut pasar, bahan baku, dan
tenaga kerja.
d. Persyaratan
istimewa. Apakah ada persyaratan istimewa, misalnya lisensi, izin khusus, dan
persyaratan hukum yang lain untuk bisnis tersebut. Apakah persyaratan istimewa
tersebut juga termasuk dalam pembelian bisnis. Dengan kata lain, apakah
persyaratan istimewa tersebut juga dialihkan kepada pemilik baru.
e. Kontrak.
Apakah bisnis tersebut terikat dengan kontrak-kontrak yang akan dialihkan keada
pemilik baru. Semua isi kontrak tersebut (secara legal dan praktis) yang akan
diwarisi harus dipahami. Dapatkah semua kontrak itu dipindahtangankan kepada
pemilik, terutama kontrak yang belum jatuh tempo.
D. Analisi
Kelayakan Usaha
Tadi telah
dijelaskan bahwa untuk mengetahui layak tidaknya suatu bisnis untuk dilakukan,
harus dianalisis berbagai aspeknya. Bagaimana cara mengetahui bahwa aspek-aspek
tersebut layak atau tidak? Berikut ini akan dibahas beberapa criteria yang
dapat dijadikan aspek penilaian[5].
1. Analisis
Aspek Pemasaran
Untuk menganalisis aspek pemasaran, wirausaha terlebih dahulu
harus melakukan penelitian pemasaran dengan menggunakan system informasi
pemasaran yang memadai berdasarkan analisis dan prediksi apakah bisnis yang
akan dirintis atau dikembangkan memiliki peluang pasar yang memadai ataukah
tidak. Dalam analisis pasar biasanya terdapat beberapa komponen yang harus
dianalisis dan dicermati, diantaranya:
a. Kebutuhan
dan keinginan konsumen. Barang dan jasa apa yang banyak dibutuhkan dan diinginkan
konsumen? Berapa banyak yang mereka butuhkan? Bagaimana daya beli mereka? Kapan
mereka membutuhkan? Jika kebutuhan dan keinginan mereka teridentifikasi dan
memungkinkan untuk dipenuhi berarti peluang pasar bisnis kita terbuka dan layak
bila dilihat dari kebutuhan/keinginan konsumen.
b. Segmentasi
pasar. Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi, misalnya berdasarkan
geografi, demografi, dan social budaya. Jika segmentasi pasar teridentifikasi
maka pasar sasaran akan dapat terwujud dan tercapai.
c. Target.
Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat diraih. Berapa target
yang ingin dicapai? Apakah konsumen loyal terhadap bisnis? Apakah produk yang
ditawarkan dapat member kepuasan atau tidak? Jika konsumen loyal, maka potensi
pasar tinggi.
d. Nilai
tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk dan jasa pada setiap
rantai pemasaran, mulai dari pemasok, agen, hingga konsumen akhir. Nilai tambah
barang dan jasa biasanya diukur dengan harga, misalnya berapa harga dari pabrik
pemasok, harga setelah di agen, dan harga setelah ke konsumen.
e. Masa
hidup produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk dan jasa bertahan lama
atau tidak. Apakah ukuran lama masa produk lebih dari waktu yang dibutuhkan
untuk menghasilkan laba sampai modal kembali atau tidak. Jika masa produk lebih
lama, berarti potensi pasar tinggi. Harus dianalisis juga apakah produk
industry baru atau industry lama sudah mapan atau produk industry justru sedang
menurun. Jika produk industry sedang bertumbuh, maka potensi pasar tinggi.
f. Struktur
pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa akn dipasarkan pada pasar
persaingan tidak sempurna (seperti monopoli, oligopoly dan monopolistic), atau
pasar persaingan sempurna. Jika barang dan jasa masuk dalam pasar persaingan
tidak sempurna, berarti potensi pasar tinggi disbanding bila produk termasuk
pasar persaingan sempurna.
g. Persaingan
dan strategi pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat persaingan tinggi atau
rendah. Jika persaingan tinggi, berarti peluang pasar rendah. Wirausaha harus
membandingkan keunggulan pesaing dilihat dari strategi produk, harga, jaringan
industry, promosi, dan tingkat penggunaan teknologi.
h. Ukuran
pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume penjualan. Jika volume
penjualan tinggi, berarti pasar potensial. Misalnya, dengan volume penjualan
usaha skala kecil sebesar Rp 5 milyar pertahun atau sebesar Rp 10 juta perhari,
berarti ukuran pasar cukup besar.
i. Pertumbuhan
pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari pertumbuhan volume penjualan.
Jika pertumbuhan pasar tinggi (misalnya lebih dari 20%), berarti potensi pasar
tinggi.
j. Laba
kotor. Apakah perkiraan margin laba kotor tinggi atau rendah. Jika profit
margin kotor lebih dari 20%, berarti pasar potensial.
k. Pangsa pasar.
Pangsa pasar bisa dianalisis dari selisih jumlah barang dan jasa yang diminta
dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Jika pangsa pasar menurut
proyeksi meningkat, bahkan setelah lima tahun mencapai 40%, berarti bisnis yang
akan dilakukan atau dikembangkan memiliki pangsa pasar yang tinggi.
2. Analisis
Aspek Produksi atau Operasi
Beberapa unsur dari aspek produksi atau operasi yang harus
dianalisis adalah:
a. Lokasi
operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang strategis dan efisien, baik
bagi perusahaan maupun bagi pelanggan, misalnya dekat ke pemasok, ke konsumen,
kea lat transportasi, atau diantara ketiganya. Di samping itu, lokasi bisnis
harus menarik agar konsumen tetap loyal.
b. Volume
operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi
permintaan sehingga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan kapasitas. Volume
operasi yang berlebihan akan menimbulkan masalah baru dalam
penyimpanan/penggudangan yang pada akhirnya akan memengaruhi harga pokok
penjualan.
c. Mesin
dan peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi
masa kini dan yang akan dating serta harus disesuaikan dengan luas produksi
agar tidak terjadi kelebihan kapasitas.
d. Bahan
baku dan bahan penolong. Bahan baku dan bahan penolong serta sumber daya yang
diperlukan harus cukup tersedia. Persediaan tersebut harus sesuai dengan
kebutuhan sehingga biaya bahan baku menjadi efisien.
e. Tenaga
kerja. Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana kualifikasinya.
Jumlah dan kualifikasi karyawan harus sesuai dengan keperluan jam kerja dan
kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
3. Analisis
Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek-aspek manajamen terdapat beberapa unsur
yang harus dianalisis, seperti:
a. Kepemilikan.
Apakah unit bisnis yang akan didirikan merupakan milik pribadi atau milik
bersama. Apa saja keuntungan dan kerugian dari unit bisnis yang dipilih
tersebut? Hendakya dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi dan
menguntungkan.
b. Organisasi.
Jenis organisai apa yang diperlukan? Apakah organisasi lini, staf, lini dan
staf, atau bentuk lainnya. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien.
c. Tim
manajemen. Apakah bisnis akan dikelola sendiri atau melibatkan orang lain
secara professional. Hal ini bergantung skala usaha dan kemampuan yang dimiliki
wirausaha.
d. Karyawan.
Karyawan harus disesuaikan, baik dalam jumlah maupun kualifikasinya.
4. Analisis
Aspek Keuangan
Aspek analisis keuangan meliputi komponen-komponen sebagai
berikut:
a. Kebutuhan
dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional perusahaan, misalnya besarnya dana
untuk aktiva tetap, modal kerja, dan pembiayaan awal.
b. Sumber
dana. Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu sumber dana internal
(misalnya modal disetor dan laba ditahan) dan modal eksternal (misalnya
penerbitan obligasi dan pinjaman).
c. Proyeksi
neraca. Sanat penting untuk mengetahui kekayaan perusahaan serta kondisi keuangannya,
misalnya saldo lancer, aktiva tetap, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka
panjang dan kekayaan bersih.
d. Proyeksi
laba rugi. Proyeksi laba atau rugi di masa yang akan datang. Komponennya
meliputi proyeksi penjualan, biayadan laba rugi bersih.
e. Proyeksi
arus khas. Dari arus khas dapat dilihat kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban-kewajiban keuangannya. Ada tiga jenis arus khas, yaitu:
1. Arus
khas masuk, merupakan penerimaan berupa hasil penjualan atau pendaftaran.
2. Arus
khas keluar, merupakan biaya-biaya, termasuk pembayaran bunga dan pajak.
3. Arus
khas masuk bersih, merupakan selisih dari arus khas masuk dan asru khas keluar
ditambah penyusutan dan perhitungan bunga setelah pajak.
BAB 12
PERENCANAAN, PENGELOLAAN, DAN STRATEGI BISNIS
ý
Perencanaan usaha
Langkah pertama setelah memilki ide untuk memulai usaha didapat, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini berguna sebagai persiapan awal yang mana memiliki dua fungsi yaitu: sebagai pedoaman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.
Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis berisikan misi, usulan, operasional, rincian financial, strategi, peluang usaha yang mungkin diraih dan kemampuan serta keterampilan pengelolaanya.
Menurut Zimmerer (1993: 331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha, yaitu:
1. ringkasan pelaksanaan
2. profil usaha
3. strategi usaha
4. produk dan jasa
5. strategi pemasaran
6. analisis pesaing
7. ringkasan karyawan dan pemilik
8. rencana operasional
9. data financial
10. proposal/ usulan pinjaman
11. jadwal operasional
sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 131), perencanaan bisnis memuat sejumlah topic, yang meliputi:
1. ringkasan eksekutif
2. pernyataan misi
3. lingkungan usaha
4. perencanaan pemasaran
5. tim manajemen
6. data financial
7. aspek-aspek legal
8. jaminan asuransi
9. orang-orang penting
10. pemasok
11. resiko
Setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya adalah menentukan misi usaha yang mengambarkan maksud-maksud usaha dan filosofi manajemen perusahaan. Selain itu diperlukan membuat format rinkasan eksekutif seorang calon pengusaha juga harus membuat usulan atau proposal usaha. Usulan usaha dimaksudkan untuk mengajukan dana kepada penyandang dana, seperti investor, banker, dan lembaga keuangan lainnya yang siap membantu perusahaan.
Bebebrapa aspek yang biasanya dimuat dalam proposal usaha meliputi:
1. manajemen usaha
2. pemasaran
3. produksi/ operasional
4. keuangan perusahaan
ý Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuagan, yaitu::
1) Aspek Sumber Dana
sumber-sumber keuangan perusahaan ditimjau dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. dana yang berasal dari perusahaan yang disebut pembelanjaan internal. Penggunaan dana ini merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, sebab tinggal mengambil dana yang sudah tersedia di perusahaan. Oleh karena sumber dana interen biasanya sangat terbatas, maka dalam pengunaannya harus diperhatikan tentang biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu peluang yang hilang akibat pengunaan lain atau penerimaan yang seharusnya diterima tetapi hilang akibat pengunaan sumber-sumber tersebut dalam operasi perusahaan. Misalnya: bunga dana milik sendiri atau sewa gedung milik sendiri ynag seharusnya diterima, hilang akibat dana atau gedung tersebut digunakan dalam perusahaan. Bunga atua sewa yang seharusnya diterima oleh pemiliknya tersebut seharusnya dihitung sebagai biaya perusahaan.
b. Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelanjaan eksternal. Sumber dana ekstern mencakup:
• Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan harus adanya pemisah yang tegas antara dana milik pribadi atau pembelanjaan sendiri (misalnya saham) dengan milik perusahaan.
• Dana yang berasal dari utang/ pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing. Sumber dana ekstern diantaranya kredit jangka pendek(kredit rekening Koran, kredit penjual,/ pembeli, askep) dan kredit jangka panjang (hipotik, obligasi, kredit bank, dan kredit dari Negara lain).
• Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah.
• Dana dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya.
• Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki potensi.
2) aspek rencana dan penggunaan dana.
Ada bebebrapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang penggunaan biaya, biaya:
• buiaya awal
• proyeksi/ rancangan keuangan, yang mencakup: Neraca harian (Balance Sheet), Laporan Laba Rugi (Income Statements), Laporan Arus Kas (Cash Flow Statements).
• Analisis pulang pokok (Break-Even Analysis), biaya awal (start-up cost) adalah biaya yang diperlukan ketika perusahan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru berdiri pada umumnya meliputi:
Biaya awal yang tidak terduga (unik), Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor), Biaya (sewa) bagunan, Biaya asuransi, Biaya tambahan atau biaya secara umum.
Sebagai ilustrasi bagi perusahaan baru, perkiraan keseluruhan biaya awal perusahaan atau estimasi biaya perusahaan yang diperlukan.
3) aspek pengawasan atau pengendalian keuangan.
ý Teknik dan Strategi Pemasaran
Setelah memahami perencanaan usaha, langkah selanjutnya adalah mempelajari dan melatih bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan itu dipasarkan (Distribusi). Sesuai dengan devinisi pemasaran itu sendiri yaitu: kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen (probe/ search), menghasilkan barang dan jasa sesuai deangan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan tingkat harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal konsumen (promotion), dan mendistribusikan produk ketempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen (J. Supranto, 1993).
Ini berarti bahwa dalam pemasaran haruslah diawali dengan riset pemasaran, yaitu untuk meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen. Sesuai dengan tujuan pemaasaran maka inti dari pemasaran yaitu menciptakan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang diciptakan oleh pesaing bagi konsumen. Strategi usaha yang yang cocok dengan konsep tersebut adalah memproduksi barang dan jasa apa bisa dijual dan bukan menjual barang dan jasa yang bisa diproduksi. Prinsip dasar dari pemasaran adalah menciptakan nilai bagi langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukanlah untuk mendapatkan langganan, akan tetapi memperbaiki situasi bersaing.
1) Perencanaan Pemasaran
Pembahasan tentang strategi perusahaan tidak bias terlepas dari perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah dalam merencanakan pemasaran bagi usaha baru, yaitu:
1. Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan
2. Memilih pasar sasaran khusus (pasar individual/ individual market, pasar khusus/ niche market, segmentasi pasar/ market segmentation)
3. Menempatkan strategi pemasaran dalam persaingan
4. Memilih strategi pemasaran
2) Bauran Pemasaran
1. Penelitian dan pengembangan pasar (Probe)
Langkah dalam kegiatan pemasaran adalah meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, berapa jumlahnya, bagaimana daya belinya, dimana tempat konsumennya, dan berapa permintaannya, semuanya merupakn informasi penting bagi pemasaran produk baru.
2. berorientasi pada konsumen
usaha baru yang berhasil pada umunya memusatkan perhatian pada pengembangan sikap yang berorientasi pada kepuasan pemilik kepentingan (Stakeholder satisfaction).
3. Kualitas
Agar berhasil dalam persainagn global sangatlah penting bagi perusahaan untuk mmeperhatikan kulitas barang dan jasa serta pelayanan. Perbaikan kualitas tersebut terangkum dalam (Total Quality Managenent/ TQM). Menurut Zimmerer (1996) ada lima komponen kualitas yang secara berurutan perlu diperhatikan, yaitu:
• Ketepatan (Realibity), yaitu rat-rat kelalaian/ pengabaian.
• Daya tahan (Durability), yaitu berapa lama barang dan jasa tersebut dapat dipakai/ bertahan.
• Mudah digunakan (easy of use), yaitu barang dan jasa tersebut harus mudah untuk digunakan.
• Nama merek yang terkenal dan dipercaya (Known and trusted brand name).
• Harga yang relative murah.
4. Kenyamanan
Untuk mengetahui kenyamanan dapat dilakukan dengan cara meminta informasi kepada pelanggan.
5. Inovasi
Inovasi merupakan kunci keberhasilan bagi usaha baru. Perubahan pasar yang sangat cepat dan persainagn yang kompleks menuntuk inovasi yang terus menerus, hal itu akan menjadi kekuatan bagi wirausahawan dalam meraih sukses usahanya. Bebebrapa bentuk inovasi yang lazim dan terkenal antara lain bentuk baru, perbedaan teknik/ cara, dan pendekatan baru dalam memperkenalkannya.
6. Kecepatan
Kecepatan merupakan kekuatan dalam persainagn. Dengan kecepatan berarti mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan memenuhi permintaan pasar. Secara filosofis, kecepatan disebut Time Commpression Mangement (TCM).
7. Pelayanan dan kepuasan pelanggan
8. Produk (Tahap pengembangan, Tahap pengenalan, Tahap pertumbuhan penjualan, Tahap kematangan, Tahap kejenuhan, Tahap penurunan)
9. Tempat
10. Harga
11. Strategi pemasaran: Bagi usaha baru
12. Tehnik penentuan harga : Untuk produk baru
13. Tehnik penentuan harga: Untuk barang konsumsi
14. Tehnik penentuan harga: Untuk barang industri
15. Tehnik penentuan haraga: Untuk jasa
16. Alat-alat penentuan harga
17. Promosi
3) Kiat pemasaran usaha baru
Bila kita tidak mengetahui barang dan jasa yang akan kita jual, kita terlebih dahulu harus melakukan survei untuk mendapatkan informasi mengenai:
1. Peluang pasar
Peluang pasar dapat dilihat dengan cara mengamati konsumen. Fokus pengamatan tersebut adalah:
• Barang dan jasa apa yang paling dibutuhkan konsumen
• Berapa banyak yang mereka butuhkan?
• Kualitas yang mana yang paling tepat?
• Berapa banyaknya?
Untuk melihat ada tidaknya peluang pasar yang dituju, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan:
• Amati kebutuhan apa yang paling banyak diperlukan oleh masyarakat.
• Kapan saja mereka membutuhkan barang, misalnya setiap saat sering dibutuhkan, kadang-kadang dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
• Lihat karakteristik konsumen baik dari segi jenis kelamin, usia, pekerjaan, maupun pendidikan.
• Bagainama daya beli (kemampuan bayar) Konsumen. Perlu diperhatikan adalah pendapatan masyarakat.
• Lihat ada pesaing atau tidak. Bila ada, peluang pasar apa yang belum digarap oleh pesaing.
2. Tempat yang tepat
Carilah tempat memasarkan barang yang cocok. Misalnya, ditempat yang ramai dan dikunjungi dilewati orang seperti ditempat pariwisata, dipasar umu, didekat lalu lintas jalam raya, dsb.
3. Banyaknya barang yang dibutuhkan
Berapa banyak barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen rata-rata per hari (dengan perkiraan).
4. Target yang hendak dicapai
Misalnya, untuk mengejar keuntungan, untuk meraih pelanggan rutin, untuk meraih pelanggan temporer, atau hanya sekedar laku terjual dalam rangka meraih konsumen baru.
5. Fungsi-fungsi pemasaran usaha baru
Ada beberapa kegiatan dalam lingkup peamsaran, yakni:
• Pembelian, yaitu memberi barang yang akan kita jual kembali.
• Penyimpanan (Penggudangan)
• Sortir dan Pengemasan, yaitu dilakukan dalam bentuk dan warna yang menarik, aman dari perubahan bentuk, warna, sifat, ukuran dan standar kualitas.
• Penjualan, dapt dilakukan dengan cara: Langsung mendatangui konsumen, Menunggu kedatangan konsumen, Melayani pemesanandan kontrak produksi.
ý Teknik Pengembangan Usaha
a) Peningkatan Skala Ekonomis
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, system distribusi dan tempat usaha
b) Perluasan Cakupan Usaha
Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi yang berbeda.
Lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabunagn (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih kecil dari pada penjumlahan biaya produksi masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah.
2. MANAJEMEN DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN
ý Manajemen Kewirausahaan
Para wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan sumber-sumber untuk menciptakan suatau nilai barang dan jasa. Proses inovasi dikendalikan oleh kreativitas. Kreativitas merupakan mata rantai antara pengetahuan pengenalan cara baru untuk mengombinasikan sumber-sumber dan proses pengembangan pengetahuan secara sistematis ke dalam suatu inovasi yang digunakan di pasar.
Manajemen wirausaha menyangkut semua memuatan perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru ingin berhasil, maka wirausaha harus memiliki kompetensi, diantaranya:
1) Focus pada pasar, buakn pada teknologi
2) Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya perusahaan.
3) Bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a "one person" show).
4) Beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu.
Jika manajemen lewirausahaan menyangkut lingkungan internal perusahaan keputusan-keputusan taktis), maka strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan denagn lingkungan eksternal, di man aperusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan strategis. Dalam melakukan strategi usahanya, wirausahanya biasanya mengunakna salah satu strategi dari empat strategi, sebagai berikut:
• Berada pertama di pasar dengan produ dan jasa baru.
• Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang tidak terlayani.
• Fokuskan barang dan jasa pada relung kecil tetapi bias bertahan.
• Mengubah karakteristik produk, pasar atau industri.
Dengan demikian, perusahaan dapat bersaing apabila secara konsisten dan berkesinambungan memperbaiki produk, barang dan jasa atau proses itu sendiri.
ý Strategi Kewirausahaan
pada umumnya perusahaan kecil yang berhasil secara berkesinambungan dan dapat bersaing secara unggul memiliki keunggulan dalam bidang teknik, produk yang unik, dan memiliki cakupan distribusi geografis pasar yang terbatas.
1) Strategi bagi pemimpin pasar
Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar yang besar seperti pada masa pertumbuhan, maka strateginya:
• Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan pangsa pasar.
• Bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif yang bertujuan untuk menenmukan keunggulan bersaing dan secara bertahap dapat membnagun hambatan masuk kesegmen pasar yang dipilih untuk bersaing.
• Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berahsil tidak memiliki tantangan.
2) Strategi bagi bukan pemimpin pasar
Perusahaan yang memasuki tahap pertumbuhan yang memiliki posisi kuat, (bukan pemimpin pasar) di pasar, memiliki strategi tertentu. Akan tetapi strataegi ini bukan untuk bersaing denag pemimpin pasar. Strategi ini dilakukan dengan cara:
• Secara agresif mengunakan kompetensi terbaik untuk meraih peluang pasar, sehingga tidak tertandingi oleh pesaing.
• Mengembnagkan strategi sebagai pengikut. Dalam kondisi ekonomi yang baik, perusahaan yang mengikuti strategi ini bias berhasil.
3) Strategi yang lain
Banyak strategi yang dilakukan wirausahawan pada tahap pertumbuhan, diantaranya:
• Pertahanan bersaing. Dalam hal ini pengembangn produk dan perluasan pelayanan perusahaan harus selalu dinamis dan memosisikan perusahaan dalam keadaan kritis.
• Mencoba produk yang akan menjadi andalan utama yang baru (big hitter), dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan produk yang sudah ada.
• Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer kunci dan ahli teknik professional yang selalu diikutsertakan dalam pembentukan keberhasilan perusahaan.
ý Memelihara Semangat Wirausaha
untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan dipasar dapat dilakukan dengan cara:
1) Mendidik wirausaha tentnag pelayanan perusahaankhususnya tentnag alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan.
2) Mendidik wirausaha tentnag nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya, tentnag proses distribusi dan perbaiakn teknik produksinya untuk dapat bersaing.
3) Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide baru
Langkah pertama setelah memilki ide untuk memulai usaha didapat, maka yang harus dilakukan selanjutnya adalah membuat perencanaan. Hal ini berguna sebagai persiapan awal yang mana memiliki dua fungsi yaitu: sebagai pedoaman untuk mencapai keberhasilan manajemen usaha dan sebagai alat untuk mengajukan kebutuhan permodalan yang bersumber dari luar.
Pengertian dari perencanaan usaha adalah suatu cetak biru tertulis berisikan misi, usulan, operasional, rincian financial, strategi, peluang usaha yang mungkin diraih dan kemampuan serta keterampilan pengelolaanya.
Menurut Zimmerer (1993: 331) ada beberapa unsur yang harus ada dalam perencanaan usaha, yaitu:
1. ringkasan pelaksanaan
2. profil usaha
3. strategi usaha
4. produk dan jasa
5. strategi pemasaran
6. analisis pesaing
7. ringkasan karyawan dan pemilik
8. rencana operasional
9. data financial
10. proposal/ usulan pinjaman
11. jadwal operasional
sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 131), perencanaan bisnis memuat sejumlah topic, yang meliputi:
1. ringkasan eksekutif
2. pernyataan misi
3. lingkungan usaha
4. perencanaan pemasaran
5. tim manajemen
6. data financial
7. aspek-aspek legal
8. jaminan asuransi
9. orang-orang penting
10. pemasok
11. resiko
Setelah membuat ringkasan eksekutif, langkah berikutnya adalah menentukan misi usaha yang mengambarkan maksud-maksud usaha dan filosofi manajemen perusahaan. Selain itu diperlukan membuat format rinkasan eksekutif seorang calon pengusaha juga harus membuat usulan atau proposal usaha. Usulan usaha dimaksudkan untuk mengajukan dana kepada penyandang dana, seperti investor, banker, dan lembaga keuangan lainnya yang siap membantu perusahaan.
Bebebrapa aspek yang biasanya dimuat dalam proposal usaha meliputi:
1. manajemen usaha
2. pemasaran
3. produksi/ operasional
4. keuangan perusahaan
ý Pengelolaan Keuangan
Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan keuagan, yaitu::
1) Aspek Sumber Dana
sumber-sumber keuangan perusahaan ditimjau dari asalnya, sumber dana perusahaan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. dana yang berasal dari perusahaan yang disebut pembelanjaan internal. Penggunaan dana ini merupakan cara yang paling mudah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dana perusahaan, sebab tinggal mengambil dana yang sudah tersedia di perusahaan. Oleh karena sumber dana interen biasanya sangat terbatas, maka dalam pengunaannya harus diperhatikan tentang biaya kesempatan (opportunity cost), yaitu peluang yang hilang akibat pengunaan lain atau penerimaan yang seharusnya diterima tetapi hilang akibat pengunaan sumber-sumber tersebut dalam operasi perusahaan. Misalnya: bunga dana milik sendiri atau sewa gedung milik sendiri ynag seharusnya diterima, hilang akibat dana atau gedung tersebut digunakan dalam perusahaan. Bunga atua sewa yang seharusnya diterima oleh pemiliknya tersebut seharusnya dihitung sebagai biaya perusahaan.
b. Dana yang berasal dari luar perusahaan, disebut pembelanjaan eksternal. Sumber dana ekstern mencakup:
• Dana dari pemilik atau penyertaan. Dalam perusahaan harus adanya pemisah yang tegas antara dana milik pribadi atau pembelanjaan sendiri (misalnya saham) dengan milik perusahaan.
• Dana yang berasal dari utang/ pinjaman baik jangka pendek maupun jangka panjang, atau disebut pembelanjaan asing. Sumber dana ekstern diantaranya kredit jangka pendek(kredit rekening Koran, kredit penjual,/ pembeli, askep) dan kredit jangka panjang (hipotik, obligasi, kredit bank, dan kredit dari Negara lain).
• Dana bantuan program pemerintah pusat dan daerah.
• Dana dari teman atau keluarga yang ingin menanamkan modalnya.
• Dana ventura, yaitu dana dari perusahaan yang ingin menginvestasikan dananya pada perusahaan kecil yang memiliki potensi.
2) aspek rencana dan penggunaan dana.
Ada bebebrapa aspek yang harus diperhatikan dalam merancang penggunaan biaya, biaya:
• buiaya awal
• proyeksi/ rancangan keuangan, yang mencakup: Neraca harian (Balance Sheet), Laporan Laba Rugi (Income Statements), Laporan Arus Kas (Cash Flow Statements).
• Analisis pulang pokok (Break-Even Analysis), biaya awal (start-up cost) adalah biaya yang diperlukan ketika perusahan akan berdiri. Biaya awal perusahaan yang baru berdiri pada umumnya meliputi:
Biaya awal yang tidak terduga (unik), Biaya administrasi (gaji karyawan dan peralatan kantor), Biaya (sewa) bagunan, Biaya asuransi, Biaya tambahan atau biaya secara umum.
Sebagai ilustrasi bagi perusahaan baru, perkiraan keseluruhan biaya awal perusahaan atau estimasi biaya perusahaan yang diperlukan.
3) aspek pengawasan atau pengendalian keuangan.
ý Teknik dan Strategi Pemasaran
Setelah memahami perencanaan usaha, langkah selanjutnya adalah mempelajari dan melatih bagaimana barang dan jasa yang dihasilkan itu dipasarkan (Distribusi). Sesuai dengan devinisi pemasaran itu sendiri yaitu: kegiatan meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen (probe/ search), menghasilkan barang dan jasa sesuai deangan kebutuhan dan keinginan konsumen (product), menentukan tingkat harga (price), mempromosikannya agar produk dikenal konsumen (promotion), dan mendistribusikan produk ketempat konsumen (place), maka tujuan pemasaran adalah bagaimana agar barang dan jasa yang dihasilkan disukai, dibutuhkan, dan dibeli oleh konsumen (J. Supranto, 1993).
Ini berarti bahwa dalam pemasaran haruslah diawali dengan riset pemasaran, yaitu untuk meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen. Sesuai dengan tujuan pemaasaran maka inti dari pemasaran yaitu menciptakan nilai yang lebih tinggi dibandingkan nilai yang diciptakan oleh pesaing bagi konsumen. Strategi usaha yang yang cocok dengan konsep tersebut adalah memproduksi barang dan jasa apa bisa dijual dan bukan menjual barang dan jasa yang bisa diproduksi. Prinsip dasar dari pemasaran adalah menciptakan nilai bagi langganan (customer value), keunggulan bersaing (competitive advantages), dan fokus pemasaran. Tujuan pemasaran bukanlah untuk mendapatkan langganan, akan tetapi memperbaiki situasi bersaing.
1) Perencanaan Pemasaran
Pembahasan tentang strategi perusahaan tidak bias terlepas dari perencanaan, arahan, atau acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Ada beberapa langkah dalam merencanakan pemasaran bagi usaha baru, yaitu:
1. Menentukan kebutuhan dan keinginan pelanggan
2. Memilih pasar sasaran khusus (pasar individual/ individual market, pasar khusus/ niche market, segmentasi pasar/ market segmentation)
3. Menempatkan strategi pemasaran dalam persaingan
4. Memilih strategi pemasaran
2) Bauran Pemasaran
1. Penelitian dan pengembangan pasar (Probe)
Langkah dalam kegiatan pemasaran adalah meneliti kebutuhan dan keinginan konsumen, berapa jumlahnya, bagaimana daya belinya, dimana tempat konsumennya, dan berapa permintaannya, semuanya merupakn informasi penting bagi pemasaran produk baru.
2. berorientasi pada konsumen
usaha baru yang berhasil pada umunya memusatkan perhatian pada pengembangan sikap yang berorientasi pada kepuasan pemilik kepentingan (Stakeholder satisfaction).
3. Kualitas
Agar berhasil dalam persainagn global sangatlah penting bagi perusahaan untuk mmeperhatikan kulitas barang dan jasa serta pelayanan. Perbaikan kualitas tersebut terangkum dalam (Total Quality Managenent/ TQM). Menurut Zimmerer (1996) ada lima komponen kualitas yang secara berurutan perlu diperhatikan, yaitu:
• Ketepatan (Realibity), yaitu rat-rat kelalaian/ pengabaian.
• Daya tahan (Durability), yaitu berapa lama barang dan jasa tersebut dapat dipakai/ bertahan.
• Mudah digunakan (easy of use), yaitu barang dan jasa tersebut harus mudah untuk digunakan.
• Nama merek yang terkenal dan dipercaya (Known and trusted brand name).
• Harga yang relative murah.
4. Kenyamanan
Untuk mengetahui kenyamanan dapat dilakukan dengan cara meminta informasi kepada pelanggan.
5. Inovasi
Inovasi merupakan kunci keberhasilan bagi usaha baru. Perubahan pasar yang sangat cepat dan persainagn yang kompleks menuntuk inovasi yang terus menerus, hal itu akan menjadi kekuatan bagi wirausahawan dalam meraih sukses usahanya. Bebebrapa bentuk inovasi yang lazim dan terkenal antara lain bentuk baru, perbedaan teknik/ cara, dan pendekatan baru dalam memperkenalkannya.
6. Kecepatan
Kecepatan merupakan kekuatan dalam persainagn. Dengan kecepatan berarti mengurangi biaya, meningkatkan kualitas, dan memenuhi permintaan pasar. Secara filosofis, kecepatan disebut Time Commpression Mangement (TCM).
7. Pelayanan dan kepuasan pelanggan
8. Produk (Tahap pengembangan, Tahap pengenalan, Tahap pertumbuhan penjualan, Tahap kematangan, Tahap kejenuhan, Tahap penurunan)
9. Tempat
10. Harga
11. Strategi pemasaran: Bagi usaha baru
12. Tehnik penentuan harga : Untuk produk baru
13. Tehnik penentuan harga: Untuk barang konsumsi
14. Tehnik penentuan harga: Untuk barang industri
15. Tehnik penentuan haraga: Untuk jasa
16. Alat-alat penentuan harga
17. Promosi
3) Kiat pemasaran usaha baru
Bila kita tidak mengetahui barang dan jasa yang akan kita jual, kita terlebih dahulu harus melakukan survei untuk mendapatkan informasi mengenai:
1. Peluang pasar
Peluang pasar dapat dilihat dengan cara mengamati konsumen. Fokus pengamatan tersebut adalah:
• Barang dan jasa apa yang paling dibutuhkan konsumen
• Berapa banyak yang mereka butuhkan?
• Kualitas yang mana yang paling tepat?
• Berapa banyaknya?
Untuk melihat ada tidaknya peluang pasar yang dituju, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan:
• Amati kebutuhan apa yang paling banyak diperlukan oleh masyarakat.
• Kapan saja mereka membutuhkan barang, misalnya setiap saat sering dibutuhkan, kadang-kadang dibutuhkan atau jarang dibutuhkan.
• Lihat karakteristik konsumen baik dari segi jenis kelamin, usia, pekerjaan, maupun pendidikan.
• Bagainama daya beli (kemampuan bayar) Konsumen. Perlu diperhatikan adalah pendapatan masyarakat.
• Lihat ada pesaing atau tidak. Bila ada, peluang pasar apa yang belum digarap oleh pesaing.
2. Tempat yang tepat
Carilah tempat memasarkan barang yang cocok. Misalnya, ditempat yang ramai dan dikunjungi dilewati orang seperti ditempat pariwisata, dipasar umu, didekat lalu lintas jalam raya, dsb.
3. Banyaknya barang yang dibutuhkan
Berapa banyak barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen rata-rata per hari (dengan perkiraan).
4. Target yang hendak dicapai
Misalnya, untuk mengejar keuntungan, untuk meraih pelanggan rutin, untuk meraih pelanggan temporer, atau hanya sekedar laku terjual dalam rangka meraih konsumen baru.
5. Fungsi-fungsi pemasaran usaha baru
Ada beberapa kegiatan dalam lingkup peamsaran, yakni:
• Pembelian, yaitu memberi barang yang akan kita jual kembali.
• Penyimpanan (Penggudangan)
• Sortir dan Pengemasan, yaitu dilakukan dalam bentuk dan warna yang menarik, aman dari perubahan bentuk, warna, sifat, ukuran dan standar kualitas.
• Penjualan, dapt dilakukan dengan cara: Langsung mendatangui konsumen, Menunggu kedatangan konsumen, Melayani pemesanandan kontrak produksi.
ý Teknik Pengembangan Usaha
a) Peningkatan Skala Ekonomis
Cara ini dapat dilakukan dengan menambah skala produksi, tenaga kerja, teknologi, system distribusi dan tempat usaha
b) Perluasan Cakupan Usaha
Cara ini bisa dilakukan dengan menambah jenis usaha baru, produk dan jasa baru yang berbeda dari yang sekarang diproduksi (diversifikasi), serta dengan teknologi yang berbeda.
Lingkup usaha ekonomis dapat didefinisikan sebagai suatu diversifikasi usaha ekonomis yang ditandai oleh total biaya produksi gabunagn (joint total production cost) dalam memproduksi dua atau lebih jenis produk secara bersama-sama adalah lebih kecil dari pada penjumlahan biaya produksi masing-masing produk itu apabila diproduksi secara terpisah.
2. MANAJEMEN DAN STRATEGI KEWIRAUSAHAAN
ý Manajemen Kewirausahaan
Para wirausaha menggunakan proses inovasi sebagai alat pemberdayaan sumber-sumber untuk menciptakan suatau nilai barang dan jasa. Proses inovasi dikendalikan oleh kreativitas. Kreativitas merupakan mata rantai antara pengetahuan pengenalan cara baru untuk mengombinasikan sumber-sumber dan proses pengembangan pengetahuan secara sistematis ke dalam suatu inovasi yang digunakan di pasar.
Manajemen wirausaha menyangkut semua memuatan perusahaan yang menjamin bahwa usahanya betul-betul eksis. Bila usaha baru ingin berhasil, maka wirausaha harus memiliki kompetensi, diantaranya:
1) Focus pada pasar, buakn pada teknologi
2) Buat ramalan pendanaan untuk menghindari tidak terbiayainya perusahaan.
3) Bangun tim manajemen, bukan menonjolkan perorangan (not a "one person" show).
4) Beri peran tertentu, khusus bagi wirausaha penemu.
Jika manajemen lewirausahaan menyangkut lingkungan internal perusahaan keputusan-keputusan taktis), maka strategi kewirausahaan menyangkut kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan denagn lingkungan eksternal, di man aperusahaan harus bersaing dengan menggunakan keputusan-keputusan strategis. Dalam melakukan strategi usahanya, wirausahanya biasanya mengunakna salah satu strategi dari empat strategi, sebagai berikut:
• Berada pertama di pasar dengan produ dan jasa baru.
• Posisikan produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang tidak terlayani.
• Fokuskan barang dan jasa pada relung kecil tetapi bias bertahan.
• Mengubah karakteristik produk, pasar atau industri.
Dengan demikian, perusahaan dapat bersaing apabila secara konsisten dan berkesinambungan memperbaiki produk, barang dan jasa atau proses itu sendiri.
ý Strategi Kewirausahaan
pada umumnya perusahaan kecil yang berhasil secara berkesinambungan dan dapat bersaing secara unggul memiliki keunggulan dalam bidang teknik, produk yang unik, dan memiliki cakupan distribusi geografis pasar yang terbatas.
1) Strategi bagi pemimpin pasar
Apabila perusahaan telah memiliki peluang pasar yang besar seperti pada masa pertumbuhan, maka strateginya:
• Bersikap menyerang dan agresif untuk mempertahankan pangsa pasar.
• Bersikap bertahan dan tidak terlalu agresif yang bertujuan untuk menenmukan keunggulan bersaing dan secara bertahap dapat membnagun hambatan masuk kesegmen pasar yang dipilih untuk bersaing.
• Tidak boleh ada anggapan bahwa perusahaan yang berahsil tidak memiliki tantangan.
2) Strategi bagi bukan pemimpin pasar
Perusahaan yang memasuki tahap pertumbuhan yang memiliki posisi kuat, (bukan pemimpin pasar) di pasar, memiliki strategi tertentu. Akan tetapi strataegi ini bukan untuk bersaing denag pemimpin pasar. Strategi ini dilakukan dengan cara:
• Secara agresif mengunakan kompetensi terbaik untuk meraih peluang pasar, sehingga tidak tertandingi oleh pesaing.
• Mengembnagkan strategi sebagai pengikut. Dalam kondisi ekonomi yang baik, perusahaan yang mengikuti strategi ini bias berhasil.
3) Strategi yang lain
Banyak strategi yang dilakukan wirausahawan pada tahap pertumbuhan, diantaranya:
• Pertahanan bersaing. Dalam hal ini pengembangn produk dan perluasan pelayanan perusahaan harus selalu dinamis dan memosisikan perusahaan dalam keadaan kritis.
• Mencoba produk yang akan menjadi andalan utama yang baru (big hitter), dan tidak berkonsentrasi pada perbaikan keberhasilan produk yang sudah ada.
• Mengambil langkah positif dan proaktif untuk menguasai manajer kunci dan ahli teknik professional yang selalu diikutsertakan dalam pembentukan keberhasilan perusahaan.
ý Memelihara Semangat Wirausaha
untuk mendorong perilaku kreatif agar wirausaha memperoleh keuntungan dipasar dapat dilakukan dengan cara:
1) Mendidik wirausaha tentnag pelayanan perusahaankhususnya tentnag alasan mereka membeli produk dan jasa, tentang masalah yang dihadapi pelanggan, dan tentang apa kebutuhan serta keinginan yang spesifik dari pelanggan.
2) Mendidik wirausaha tentnag nilai-nilai perbaikan produk dan pemasarannya, tentnag proses distribusi dan perbaiakn teknik produksinya untuk dapat bersaing.
3) Menciptakan iklim kerja yang positif yang mendorong terciptanya ide-ide baru
BAB 13
PROFIL USAHA KECIL DAN PERKEMBANGANNYA
Profil Usaha Kecil
Sampai saat ini batasan usaha kecil masih
berbeda-beda tergantung pada fokus permasalahannya masing-masing. Usaha kecil telah didefinisikan dengan carayang berbeda tergantung pada kepentingan
organisasi.Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993: 14),
―A small business is one which independently owned and operated
and is notdominant in its field‖.
―Small Business Development Centre‖ University of Winconsin
-Madison, perusahaan kecil memiliki ciri-
ciri sebagai berikut: ―Greater potential, greater
risk, limited access to capital, one or few
managers, and less able to survive
major mistakes‖.
M. Kusman Sulaeman (1988-1989:43),
mengemukakan beberapa ciri pekerjaanmanajerial dari usaha kecil, yaitu :
―No training, job is directly important, challenging,
satisfying, less formal work,
much operating, mixed works, direct contact,
informal communication, andmuch more telephone, sales less than $200 m,
earning/share is low, lessdiversified production, less conservative financing
method, and market positionis weak, more operational, routine work,
authoritarian, short term thinking, and
operating orientation‖.
Di Indonesia sendiri
belum ada batasan dan kriteria yang baku mengenai usahakecil, Berbagai instansi
menggunakan batasan dan knitenia menunut fokus penmasalahan
yang dituju. Dalam Undang-undang No. 9/1995
Pasal 5 tentangusaha kecil disebutkan beberapa kriteria usaha
kecil sebagai berikut:1) Memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus jutarupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau2) Memiliki hasil penjualan
tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satumiliar rupiah).Biro Pusat Statistik
Indonesia (BPS) mendefinisikan usaha kecil denganukuran tenaga kerja, yaitu 5
sampai dengan 19 orang yang terdiri (termasuk) pekerja kasar yang dibayar,
pekerja pemilik, dan pekerja keluarga. Perusahaanindustri yang memiliki tenaga kerja kurang dan 5
orang diklasifikasikan sebagaiindustri rumah tangga (home indus¬tri). Berbeda
dengan klasifikasi yangdikemukakan oleh Stanley dan Morse, bahwa industri yang
menyerap tenagakerja 1-9 orang termasuk industri kerajinan numah tangga.
Industri kecilmenyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan
industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih.Pada usaha
kecil, manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik, majikan,
dan investor yang me-ngambil berbagai keputusannya secaramandiri. Jumlah modal yang diperlukan juga
biasanya relatif kecil dan hanyadari beberapa sumber saja. Karena permodalan
relatif kecil dan dikelola secanamandiri, maka daerah operasinya juga
adalah lokal, majikan dan karyawantinggal dalam suatu daerah yang sama,
bahan baku lokah dan pemasarannyapunhanya pada lokasi/daerah tertentu.
Akan tetapi, secara keseluruhan meru-pakansektor yang mampu menyerap tenaga
kerja lokal yang cukup besar dan tersebar
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Commity
for EconomicDevelopment
—
CED), mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut:1) Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik.2)
Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil.3) Daerah operasi
bersifat lokal.4) Ukuran dalam keseluruhan
relatif kecil.Kekuatan dan kelemahan Usaha KecilBebenapa kekuatan usaha
kecil antara lain:-
Memiliki kebebasan untuk bertindak. Bila ada
perubahan, misalnya perubahan produk baru, teknologi baru, dan perubahan
mesin baru, usahakecil bisa bertindak
dengan cepat untuk menyesuaikan dengan keadaanyang berubah tersebut. Sedangkan,
pada perusahaan besar, tindakan cepattersebut susah dilakukan.-
Fleksibel. Perusahaan kecil sangat luwes, ia
dapat menyesuaikan dengankebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja dan
pemasaran produkusaha kecil pada umumnya menggunakan sumber-sumber setempat
yang bersifat lokal. Beberapa perusahaan kecil di antaranya menggunakan bahan
baku dan tenaga kerja bukan lokal yaitu menda-tangkan dari daerahlain atau impor.-
Tidak mudah goncang. Karena bahan baku dan
sumber daya lainnyakebanyakan lokal, maka perusahaan kecil tidak rentan terhadap
fluktuasi bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagaiakibat tingginya nilai mata uang asing, maka
kenaikan mata uang asingtersebut dapat dijadikan peluang dengan memproduksi
barang-baranguntuk keperluan ekspor.
Kelemahan perusahaan kecil dua aspek, yaitu :1.
Aspek kelemahan struktural
. Kelemahan dalam struktur perusahaanmisalnya
kelemahan dalam bidang manajemen dan organisasi, kelemahandalam pengendalian mutu, kelemahan dalam
mengadopsi dan penguasaanteknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga
kerja masih lokal, danterbatasnya akses
pasar. Kelemahan faktor struktural yang satu salingterkait dengan faktor
yang lain kemudian membentuk lingkaranketergantungan
yang tidak berujung pangkal dan membuat usaha kecilterdominasi
dan rentan.Secara struktural, salah
satu kelemahan usaha kecil yang paling menonjoladalah kurangnya
permodalan. Akibatnya terjadi ketergantungan
pada kekuatan pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka pengusaha kecilmemiliki ketergan-tungan pada pemilik modal yang
sekaligus penguasa bahan baku. Akibat dan ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk yangdihasilkan usaha kecil secara tidak langsung
ditentukan oleh penguasa pasar dan pemilik modal, maka terjadilah
pasar monopsoni.Dengan kondisi ini, maka
batas keuntungan pengusaha kecil ditentukan oleh batas harga jual produk dan batas harga beli bahan baku. Terjadilah repatriasikeuntungan yang mengakibatkan permodalan usaha
kecil jumlahnya tetap kecil.Kondisi tersebut mengakibatkan ketengantungan
pengusaha kecil yang menjadi buruh pada perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan oleh bataskeuntungan
dari pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan baku.2.
Aspek kelemahan Kultural
. Kelemahan kultural mengakibatkankelemahan
struktural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnyaakses informasi
dan lemahnya berbagai persyaratan lain gunamemperoleh akses permodalan,
pemasaran, dan bahan baku, seperti:a.
Informasi peluang dan cara memasarkan
produk. b.
Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang
baik, murah, dan mudahdidapat.c.
Informasi untuk memperoleh fasilitas dan
bantuan pengusaha besar dalammenjalin hubungan kemitraan.d.
Informasi tentang tata cara pengembangan
produk, baik desain, kualitas,maupun kemasannya.
BAB 14
KOMPETENSI INTI DAN STRATEGI BERSAING DALAM KEWIRAUSAHAAN
1. Kompetensi Inti
Kewirausahaan
Menurut
Collin Montgomery (1995: 5), strategi perusahaan adalah
cara-cara perusahaan untuk menciptakan suatu nilai melalui konfigurasi dan
koordinasi aktivitas multipemasaran. Oleh karena itu, salah satu tugas
manajemen strategis adalah menciptakan laba yang bisa dipergunakan sebagai
sumber dana untuk investasi dan meningkatkan manfaat bagi pemilik kepentingan.
Menurut
Albert Widjaja (1993), laba perusahaan masih merupakan tujuan yang kritis dan
menjadi ukuran keberhasilan, tetapi bukan tujuan akhir dari suatu perusahaan.
Teori ekonomi mikro neoklasik dari mazhab Austria, dikemukakan bahwa perusahaan
bias memperoleh keuntungan bila memiliki keunggulan yang unik untuk menghindari
persaingan sempurna. Menurut Schumpeter (1934), keuntungan tersebut hanya bias
diciptakan dari penemuan yang dilakukan para wirausaha. Menurut Ricard A.
D’Aveni (1994: 253), penemuan para wirausaha merupakan hasil dari proses
kreatif yang dinamis dari para pencipta yang berusaha menciptakan
ketidakseimbangan pasar.
Michael
Porter (1980) yang terkenal dengan strategi bersaingnya mengemukakan bahwa
perusahaan harus daya saing khusus agar memiliki posisi tawar-menawar yang kuat
dalam persaingan. Mnurut teori strategi dinamis dari Porter (1991), perusahaan
dapat mencapai kebehasilan bila tiga kondisi dipenuhi, yaitu:
Pertama, tujuan
perusahaan dan kebijakan fungsi-fungsi manajemen (seperti produksi dan
pemasaran) harus secara kolektif memperhatikan posisi terkuat dipasar.
Kedua, tujuan dan
kebijakan tersebut ditumbuhkan berdasarkan kekuatan perusahaan serta diperbarui
terus (dinamis) sesuai dengan perubahan peluang dan ancaman lingkungan
eksternal.
Ketiga, perusahaan
harus memiliki dan mengenali kompensi khusus sebagai pendorong untuk
menjalankan perusahaan, misalnya dengan reputasi merek dan biaya produksi yang
rendah.
Oleh sebab
itu, menurut Mintzberg (1990) dalam teori ”design school” perusahaan
harus mendasain strategi yang cocok antara peluang dan ancaman eksternal dengan
kemampuan internal yang memadai dan berpedoman pada pilihan alternative dari
“strategi besar” , yang kemudian didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti
yang merupakan kompensi khusus dari pengolahan sumber daya perusahaan.
Inti dari
teori kompetensi inti sebenarnya sering dikemukakan para ahli seperti Gary
Hamel dan C.K. Prahalad dalam karyanya “Competing for the Future” (1994),
mengemukakan beberapa definisi kompetensi inti sebagai berikut:
1) Kompentensi
inti menggambarkan kemampuan kepemimpinan dalam serangkaian produk atau jasa.
2) Kompetensi
adalah sekumpulan keterampilan dan teknologi yang dimiliki perusahaan untuk
dapat bersaing.
3) Kompetensi
inti adalah keterampilan yang memungkinkan perusahaan memberikan manfaat
fundamental kepada pelanggan.
4) Suber-sumber
kompetensi secara kompetitif merupakan ssuatu keunikan bersaing dan memberikan
kontribusi terhadap nilai dan biaya konsumen.
Menurut
Mahoney dan Pandian (1992), untuk menghadapi persaingan yang semakin kompleks
dan krisis eksternal, perusahaan kecil dapat menggunakan teori “ strategi
berbasis sumber budaya” yang dikutip juga oleh Schoemaker (1980), menyebutkan
bahwa pusat perhatian perusahaan dalam menciptakan keunggulan daya saing untuk
mencari keuntungan besar yang dikemukakan Porter (1985) merupakan strategi
jangka pendek dan statis, karena untuk memperoleh keuntungan yang
berkesinambungan yang diperlukan adalah daya saing jangka panjang. Untuk meraih
keuntungan yang berkesinambungan, perusahaan harus berusaha mencari dan
menumbuhkan kapabilitas khusus dari semua sember daya yang mungkin belum
dimanfaatkan secara optimal dan dapat diubah menjadi peluang produktif yang
unik, diantaranya melalui pencairan ide-ide yang baru atau wawasan manajemen
yang lebih luas secara terus-menerus. Menurut teori ini, perusahaan dapat
memperoleh keuntungan melaui penggunaan sumber daya yang lebih baik, yaitu dengan:
1) Pola
organisasi dan administrasi yang baik.
2) Perpaduan
asset fisik berwujud seperti sumber daya manusia dan alam, serta asset tidak
berwujud seperti kebiasaan berfikir kreatif dan keterampilan manajerial.
3) Budaya
perusahaan.
4) Proses
kerja dan penyesuaian yang cepat atas tuntutan baru.
Dari teori
berbasis sumber daya tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam konteks persaingan
bebas seperti saat ini, para wirausaha harus menggunakan strategi pengelolaan
usahanya. Untuk itu perusahaan harus mengguanakan sumber daya internal dengan
mengarah pada keahlian khusus yang dapat menciptkan produk yang unggul untuk
memperbesar pangsa produksi produk konsumen akhir.
Menurut Grant
(1991) yang dikutip oleh Albert Wijaya (1994), terdapat langkah yang dapat
digunakan untuk mengembangkan strategi berbasis sumber daya, diantaranya:
1) Mengidentifikasi
dan mengklasifikasikan sumber daya. Sumber daya tersebut berupa:
Teknologi.
Kapabilitas
karyawan.
Paten
dan merek.
Kemampuan
keuangan.
Kecanggihan
pemasaran.
Pelayanan
pelanggan.
2) Mengidentifikasi
dan mengevaluasi kemampuan atau kapabilitas. Kapabilitas dapat diartikan
sebagai apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan melalui kerja sama tim untuk
mengembangkan sebagai sumber daya yang dimiliki perusahaan. Kapabilitas itu
mengintregasikan ide baru, keterampilan, dan pengetahuan lain yang menjadi
kunci berfikir kreatif.
3) Menyortir
dan mengembangkan kapabilitas utnuk diterapkan di pasar guna mencapai
keuntungan tinggi secara kesinambungan yang sulit ditiru atau disaingi. Pada
tahap ini kapabilitas perlu dipelihara dalam hal:
Daya
tahan, yaitu perlu untuk terus diperbharui atau dimodifikasi dengn mencari
pengetahuan dan ide-ide baru.
Tidak
boleh transparan, yaitu dengan mengembangkan kapabilitas yang beragam dan tidak
menggantungkan salah satu sumber kapabilitas sehingga sulit diamati atau
direkontruksi oleh orang lain.
4) Memformulasikan
strategi pengembangan sumber daya inti dn kapabilitas seefektif mungkin pada
semua kegiatan manajemen. Sementara itu, perusahaan harus mempelajari
perkembangan manajemen dan kemungkinan-kemungkinan masa depan untuk mempertahankan
daya saing perusahaan secara berkesinambungan.
2. Strategi
Bersaing dalam Kewirausahaan
Dalam
manajeen strategis yang baru, Minztberg mengungkapkan 5P yang sama artinya
dengan strategi, yaitu perencanaan, pola, posisi, persfektif, dan permainan
atau taktik.
Strategi adalah Perencanaan
Konsep strategi tidak lepas dari aspek perencanaan, arahan atau
acuan gerak langkah perusahaan untuk mencapai tujuan dimasa depan. Akan tetapi,
tidak selamanya strategi adalah perencanaan ke masa depan yang belum dilaksanakan.
Strategi juga menyangkut segala sesuatu yang telah dilakukan sebelumnya,
misalnya pola-pola prilaku bisnis yang telah dilakukan dimasa lampau.
Strategi adalah Pola
Menurut Minztberg, strategi adalah pola, yang selanjutnya
disebut sebagai intended strategy, karena belum terlaksana dan
berorientasi ke masa depan, atau disebut jugarealized strategy karena
sudah dilakukan oleh perusahaan.
Strategi adalah Posisi
Defiisi strategi ketiga menurut Menztberg merupakan strategi
adalah posisi, yaitu memosisikan produk tertentu ke pasar tertentu. Strategi
ini cenderung melihat kebawah, yaitu ke satu titik bidik dimana produk tertentu
bertemu dengan pelanggan, dan melihat keluar yaitu meninjau berbagai aspek
lingkungan eksternal.
Strategi adalah Persfektif
Jiak dalam P kedua dan ketiga cenderung melihat kebawah dan
keluar, maka sebaliknya dalam persfektif cenderung melihat kedalam, yaitu
kedalam organisasi, dan keatas, yaitu melihat visi utama dari perusahaan.
Strategi adalah Permainan
Strategi adalah suatu manuver tertentu untuk memperdaya lawan
atau pesaing. Suatu merek, misalnya meluncurkan merek kedua agar posisinya
tetep kukuh dan tidak tersentuh karena merek-merek pesaing akan sibuk berperang
melawan merek kedua tadi.
A. Teori
Strategi Generik dan Keunggulan Bersaing
Dalam karyanya yang paling terkenal Competitive
Strategy, Michael P. Porter (1997 dan 1998) memungkapkan beberapa
strategi yang dapat digunakan perusahaan untuk dapat bersaing. Beberapa
aspek inti dari teori Porter tersebut adalah:
1. Persaingan
merupakan inti keberhasilan dan kegagalan. Hal ini berarti bahwa keberhasilan
atau kegagalan bergantung pada keberanian perusahaan untuk dapat bersaing.
Tanpa berani bersaing, keberhasilan tidak mungkin dapat diperoleh.
2. Keunggulan
bersaing berkembang dari nilai yang mampu diciptakan oleh perusahaan bagi
langganan atau pembeli. Keunggulan bersaing menyangkut bagaimana suatu
perusahaan benar-benar menerapkan strategi generiknya dalam kegiatan praktis.
3. Ada
dua jenis keunggulan bersaing, yaitu biaya rendah dan diferensiasi. Perusahaan
yang berhasil dengan strategi biaya rendah memiliki kemampuan dalam mendesain
produk dan pasar yang lebih efesien dibandingkan pesaing. Sedangkang
diferensiasi adalah kemampuan untuk menghasilkan barang dan jasa unik
serta memiliki nilai lebih bagi pembeli dalam bentuk kualitas produk,
sifat-sifat khusus, dan pelayanan lainya.
4. Kedua
jenis dasar keunggulan bersaing diatas menghasilkan tiga strategi generik
(Porter, 1997: 11-13), yaitu:
a) Biaya
rendah, strategi ini mengandalkan keunggulan biaya yang relative
rendah dalam menghasilkan arang dan jasa. Keunggulan biaya berasal dari:
Pengerjaan
bersekala ekonomis
Teknologi
milik sendiri
Akses
preferensi ke bahan baku
b) Deferensiasi, strategi
ini berasal darikemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa yang
unik dalam industrinya dan dalam semua dimensi umum yang dapat dihargai oleh
konsumen. Deferensiasi dapat dilakukan dalam beberapa bentuk, antara lain:
Deferensiasi
produk
Deferensiasi
system penyerahan/ penyampaian produk
Deferensiasi
dalam pendekatan pemasaran
Deferensiasi
dalam peralatan dan kontruksi
Deferensiasi
dalam citra produk
c) Focus, strategi
focus berusaha mencari keunggulan dalam segmen sasaran pasar tertentu meskipun
tidak memiliki keunggulan bersaing secara keseluruhan. Terdapat dua focus,
yaitu:
Focus
biaya, dilakukan dengan mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen sasaranya.
Focus
deferensiasi, dilakukan dengan mengusahakan deferensiasi dalam segmen
sasaranya, yaitu pembeli dengan pelayanan paling baik dan berbeda dengan yang
lainya.
B. Strategi The New 7-S’s(D’Aveni)
Untuk
menghadapi kodisi yang semakin dinamis seperti sekarang ini, Richard A. D’Aveni
(1994: 243) mengemukakan suatu ide dasar bahwa perusahaan harus menekankan
strategi yang berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan
keunikan asset tidak berwujud untuk menciptakan keunggulan. Oleh karena itu,
D’Aveni mengajukan tujuh kunci keberhasilan perusahaan dalam lingkungan
persaingan yang sangat dinamis yang dikenal dengan “The New 7-S’s”.
Konsep ini meliputi pokok-pokok dasar sebagai berikut:
1. Superior
Stakeholder Satisfaction. Strategi yang pertama dari konsep ini
bertujuan memberikan kepuasan jauh diatas rata-rata kepada orang-orang yang
berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya memegang saham, namun juga
pemasok, karyawan, manajer, konsumen, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.
Dengan memberi kepuasan kepada setiap pemilik kepentingan tersebut, maka
kinerjanya perusahaan akan semakin tinggi.
2. Soothsaying. Strategi
yang kedua ini berfokus pada sasaran, artinya perusahaan harus mencari posisi
yang tepat bagi produk dan jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan.
3. Positioning
for Speed. Strategi ketiga adalah strategi dalam memosisikan
perusahaan secara cepat di pasar. Perusahaan harus segera mengomunikasikan
produk yang dihasilkan ke pasar agar segera dikenal konsumen.
4. Positioning
for Surprise. Strategi keempat adalah membuat posisi yang
mencengangkan melaui barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda
serta memberikan nilai tambah baru sehingga konsumen lebi menyukai barang dan
jasa yang dihasilkan perusahaan.
5. Shifting
the Role of the Game. Strategi kelima adalah mengubah pola-pola
persaingan perusahaan yang dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan
pola-pola baru yang berbeda.
6. Signaling
Strategic Intent. Strategi keenam adalah mengutamakan perasaan.
Kedekatan dengan para karyawan, relasi, dan konsumen merupakan strategi yang
ampuh untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
7. Simultanous
and Squential Strategic Thrusts. Strategi ketujuh adalah mengembangkan
factor-faktor pendorong atau penggerak strategi secara simultan dan berurutan
melalui penciptaan barang dan jasa yang selalu memberi kepuasan kepada
konsumen.
Kunci
utama The new 7-S’s adalah menggunkan inisiatif untuk merebut
persaingan. Menurut D’Aveni, The New 7-S’s menyangkut
penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda untuk masa yang akan dating. Strategi
ini dimaksudkan untuk membatasi strategi dinamis yang dimiliki oleh pesaing.
Tujuan dari The New 7-S’s adalah menciptakan gangguan melalui
penciptaan keunggulan-keunggulan baru yang berkesinambungan.
BAB 15
ETIKA BISNIS DALAM BERWIRAUSAHA
A. Pengertian Etika Bisnis
Etika bisnis adalah acuan bagi perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan usaha termasuk dalam berinterkasi dengan pemangku
kepentingan (stakeholders).
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. (Velasquez,
2005). Tidak dipungkiri, tindakan yang tidak etis yang dilakukan oleh
perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat
sehingga akan kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan
beredar, larangan beroperasi dan lain sebagainya. Hal ini akan dapat menurunkan
nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung
tinggi nilai etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaaan tidak
mentolerir tindakan yang tidak etis. Misalnya diskriminsi dalam sistem jenjang
karier.
B.Faktor-faktor yang
Mendorong Timbulnya Masalah Etika Bisnis
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
1. Mengejar keuntungan dan kepentingan pribadi
2. Tekanan persaingan terhadap laba perusahaan
3. Pertentangan antara nilai-nilai perusahaan dengan perorangan
.
C.Hakekat Etika Bisnis
Menurut pengertiannya, etika dapat dibedakan menjadi 2:
- Etika sebagai
praktis: nilai-nilai dan norma-norma moral (apa yang dilakukan sejauh sesuai
atau tidak sesuai dengan nilai dan norma moral.
- Etika sebagai
refleksi: pemikiran moral. Berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya
tentang apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. (dalam hal ini
adalah menyoroti dan menilai baik-buruknya perilaku seseorang).
Pengertiannya dapat dibedakan menjadi:
- Secara makro:
etika bisnis mempelajari aspek-aspek moral dari sistem ekonomi secara
keseluruhan.
- Secara meso:
etika bisnis mempelajari masalah-masalah etis di bidang organisasi
- Secara mikro:
etika bisnis difokuskan pada hubungan individu dengan ekonomi dan bisnis.
Menurut Zimmerer, etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
membuat keputusan dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi.
Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin, etika bisnis
adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjukan perilaku etika dari
seorang manajer atau karyawan suatu organisasi. Etika bisnis sangat penting
untuk mempertahankan loyalitas pemilik kepentingan.
Jadi, Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam
berusaha dan memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam suatu
perusahaan.
D.Prinsip-prinsip Etika Kewirausahaan
Prinsip-prinsip Etika Kewirausahaan :
1. Prinsip Etika dan Norma Kewirausahaan
a. Prinsip tanggung jawab
- Tanggung jawab
terhadap pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya.
- Tanggungjawab atas
dampak profesinya terhadap kehidupan dan kepentingan orang lain.
b. Prinsip keadilan (first come first serviced)
c. Prinsip otonomi
(kebebasan sepenuhnya dlm menjalankan profesinya)
-
Prinsip otonomi dibatasi oleh tanggung jawab dan komitmenprofesi
-
Pemerintah boleh campur tangan utk keselamatan umum
d. Prinsip integritas moral
Komitmen pribadi utk menjaga keluhuran profesinya, nama baiknya,
dan juga kepentingan orang lain dan masyarakat.
2. Prisnisp-prinsip etika dan perilaku bisnis
a. Kejujuran
b. Integritas
c. Memelihara janji
d. Kesetiaan
e. Kewajaran/keadilan
f. Suka membantu orang lain
g. Hormat kepada orang lain
h. Warga Negara yang bertanggung jawab
i. Mengejar keunggulan
j. Dapat dipertanggungjawabkan
E.Pentingnya Etika Bisnis
Etika bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas
stakeholder dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan
persoalan perusahaan. Hal ini disebabkan semua keputusan perusahaan sangat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh stakeholder. Stakeholder adalah semua
individu atau kelompok yang berkepentingan dan berpengaruh pada
keputusan-keputusan perusahaan. Siapa saja stakeholder perusahaan:
1. Para pengusaha dan mitra usaha
2. Petani dan perusahaan pemasok bahan baku
3. Organisasi pekerja yang mewakili pekerja
4. Pemerintah yang mengatur kelancaran aktivitas usaha
5. Bank penyandang dana perusahaan
6. Investor penanam modal
7. Masyarakat umum yang dilayani
8. Pelanggan yang membeli produk
BAB 16
KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS GLOBAL
Tantangan global kewirausahaan
Setiap usaha dan perusahaan harus berusaha untuk mencari
keunggulan-keunggulan untuk bersaing. Setiap produk, usaha, dan perusahaan yang
tidak mempunyai keunggulan tidak akan banyak kemajuan, dan tidak akan menang
dalam persaingan. Beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh wirausahawan
antara lain :
·
Persaingan
global
·
Pengangguran
·
Tanggung
jawab social
·
Kemajuan
teknologi
·
Gaya
hidup dan kecenderungannya
·
Tantangan
etika
·
Keanegaragaman
angkatan kerja
·
Pertumbuhan
penduduk
Sumber daya yang bergerak ke pasar internasional adalah
sumber daya yang memiliki kualitas tertentu, seperti keunggulan, nilai tambah,
dan nilai guna. Pertumbuhan penduduk dunia yang cepat disertai persaingan yang
tinggi akan menimbulkan berbagai angkatan kerja yang kompetitif.
Para wirausahawan harus merespon danmenyesuaikan dengan
perkembangan gaya hidup dan kecenderungannya, keanekaragaman angkatan kerja,
dan etika berusaha.
Untuk mencapai berbagai tantangan tersebut diperluka sumber daya
berkualitas yang dapat menciptakan berbagai keunggulan diantaranya melalui
proses kreatif dan inovatif kewirausahaan. Wirausahawan kreatif dan inovatif
tersebut dapat terjadi apabila ada proses pendidikan kewirausahaan.
Barang dan jasa yang unggul adalah produk yang memiliki daya saing. Produk yang
unggul bagi konsumen adalah produk barang dan jasa yang memiliki nilai tambah.
Produk barang dan jasa yang memiliki nilai tambah mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
·
Mengandung
kebaruan (berbeda)
·
Memiliki
kegunaan tambahan
·
Memiliki
kemudahan untuk dipergunakan
v Menuju pasar internasional
è Ekspor
Persoalan ekspor menyangkut bagaimana barang-barang yang akan
dijual di luar negeri sampai konsumen.
1. Ekspor tidak langsung
Yaitu dengan menggantikan proses ekspor kepada suatu perusahaan
manajemen ekspor (export management company-EMC).
fungsi EMC adalah :
fungsi EMC adalah :
·
Melakukan
riset pasar
·
Mengembangkan
jejaring distribusi
·
Melakukan
kontak-kontak berharga bagi perusahaan
·
Mengidentifikasi
beberapa aspek gangguan yang berhubungan dengan Negara tertentu.
EMC ini dibayar sehingga perlu dipertimbangkan
keahliannya. Akibatnya, ada beberapa tambahan pembiayaan (cost) ekspor berikut
:
1. Biaya waktu pengumpulan
yang panjang
2. Biaya asuransi yang
meliputi asuransi atas tunggakan ynag tidak dibayar oleh pelanggan dan
asurand=si yang berhubungan dengan ketidakstabilan pemerintahan.
3. Pajak yang dibayarkan
kepada pemerintahan yang di luar negeri.
4. Biaya administrasi
1. Ekspor langsung
Perusahaan itu sendiri yang langsung membawa dan memasarkan produknya di pasar
luar negeri. Biasanya menggunakan beberapa perwakilan penjualan yang tersusun
seczra sederhana dan langsung. Perwakilan perusahaan tersebut merupakan agen
independen yang diberi komisi.
è Impor
Untuk memperendah ongkos produk barang yang ditawarkan oleh
pemasok dalam negeri, wirausahawan pengimpor dapat mempertinggi kualitas produk
dengan cara mencari produk-produk berkualitas dalam bentuk desain yang unggul,
ketahanan, penampilan, dan bebrapa elemen lainnya yang diperlukan oleh pembeli.
Untuk memulia bisnis dalam bidang impor diperlukan halhal berikut :
1. Pengetahuan tenytang
pasar yang sudah tersedia
2. Kemampuan untuk
melakukan pencarian industri yang ada pada lingkup global
3. Pemahaman tentang
perdagangan internasional dan sangat mengenal proses impor
Wirausahawan harus mengetahui tentang pencarian peluang. Peluang
tersebut lebih terarah pada beberapa item yang tidak tersedia di dalam
negeri. Setelah terjadi kesepakatan dan transaksi, langkah berikutnya adalah
bagaimana barang-barang bisa masuk ke dalam negeri, ada beberapa langkah yaitu
:
1. Entry
Untuk memasukkan barang, diperluakn beberapa dokumen sebagai
berikut :
1. A bill of lading, airway
bill, or carrier’s sertificate (dokumen khusus pengimpor)
2. A commercial invoice (diperoleh
dari penjual)
3. Entry manifest (daftar
yang terperinci)
4. Packing list
5. Appraisal
Untuk melihat keakuratan nilai barang yang akan dikirim dengan
penerima atau nilai transaksi.
1. Classification
Pengelompokan produk yang akan diimpor sangat penting untuk
menentukan batas tariff
1. Liquidation
Merupakan langkah terakhir masuknya barang untuk dibayar yang
disesuaikan dengan biaya dan nilai barang yang dinilai. Setelah barang masuk,
cara yang paling sederhana untuk menjual barang-barang impor adalah kepada
keluarga, teman, dan asosiasi.
No comments:
Post a Comment