BAB 9 Pengangguran, Inflasi, dan Kebijakan Pemerintah


A.                      MASALAH PENGANGGURAN
Masalah Pengangguran adalah keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja, ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

1.         JENIS  PENGANGGURAN BERDASARKAN PENYEBABNYA
a.      Pengangguran Normal atau Friksional
        Pengangguran Normal atau Friksional adalah seseorang yang berhenti bekerja karena kurang menyukai pekerjaannya atau tidak sepaham dengan atasannya.
Contoh, seseorang sudah memiliki pekerjaan di suatu toko misalnya, namun berhenti bekerja karena tidak menyukai pekerjaannya
b.      Pengangguran  Siklikal
Pengangguran  Siklikal adalah seseorang yang diberhentikan  karena perusahaan  mengurangi pekerja akibat penurunan permintaan.
Contoh, orang-orang  yang di PHK.
c.       Pengangguran Struktural
Pengangguran Struktural adalah seseorang yang berhenti bekerja karena perusahaannya ditutup, meskipun memiliki kemampuan atau kecakapan.
Contoh, seseorang yang bekerja pada suatu perusahaan namun berhenti bekerja karena perusahaannya ditutup.

d.      Pengangguran  Teknologi
Pengangguran Teknologi adalah seseorang yang berhenti bekerja karena adanya pergantian tenaga kerja mesin dengan manusia. Contohnya Mesin Cuci Menggantikan orang yang mencuci pakaian.

2.      JENIS PENGANGGURAN BERDASARKAN CIRINYA
a.        Pengangguran Terbuka
Pengangguran Terbuka adalah Pengangguran yang tercipta sebagai akibat pertambahan Lowongan Pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Contoh, banyaknya Sarjana namun sedikit lapangan pekerjaan.
Proporsi atau jumlah pengangguran terbuka dari angkatan kerja berguna sebagai acuan pemerintah bagi pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend indikator ini akan menunjukkan keberhasilan progam ketenagakerjaan dari tahun ke tahun.
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk berusia 15 tahun atau lebih yang sedang mencari pekerjaan, dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.
Tingkat Penganguran =
∑ orang yang mencari pekerjaan
x 100%
∑ angkatan kerja
Misalkan, dari data Sensus Penduduk 2000 diketahui jumlah orang yang mencari pekerjaan sebanyak 4.904.652 orang dan jumlah angkatan kerja sebanyak 97.433.125 orang (lihat Tabel 1) . Sehingga tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada tahun 2000 adalah:
Tingkat Pengangguran Terbuka =
4. 904.652
x 100%
= 5%
                                                              97.433.125
Besarnya angka pengangguran terbuka mempunyai implikasi sosial yang luas karena mereka yang tidak bekerja tidak mempunyai pendapatan. Semakin tinggi angka pengangguran terbuka maka semakin besar potensi kerawanan sosial yang ditimbulkannya contohnya kriminalitas. Sebaliknya semakin rendah angka pengangguran terbuka maka semakin stabil kondisi sosial dalam masyarakat. Sangatlah tepat jika pemerintah seringkali menjadikan indikator ini sebagai tolok ukur keberhasilan pembangunan.

b.        Pengangguran Tersembunyi
Pengangguran Tersembunyi adalah Pengangguran yang tercipta karena kelebihan tenaga kerja dalam suatu bagian dalam perusahaan, akibatnya banyak tenaga kerja  yang menganggur meskipun memiliki pekerjaan. Contohnya Pelayan Restouran yang lebih banyak dari yang diperlukan

c.       Pengangguran Bermusim
Pengangguran Bermusim adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pengaruh dari musim terutama pada sektor Pertanian dan Perikanan.
Contohnya,
-          Saat Musim Hujan  Penyadap karet dan Nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka sehingga mereka terpaksa menganggur.
-          Saat Musim Kemarau para Pesawah tidak dapat mengerjakan Tanahnya.
d.      Pengangguran Setengah Menganggur
Pengangguran Setengah Mengaggur adalah Pengangguran yang tercipta akibat jam kerja yang jauh lebih rendah dari jam kerja normal. Contoh Seseorang yang bekerja Part time ( paruh waktu ). Setengah pengangguran dibagi menjadi dua kelompok :
  • Setengah Penganggur Terpaksa, yaitu mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain.
  • Setengah Penganggur Sukarela, yaitu mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain, misalnya tenaga ahli yang gajinya sangat besar.

Proporsi jumlah penduduk setengah pengangguran bermanfaat untuk dijadikan acuan pemerintah dalam rangka meningkatkan tingkat utilisasi, kegunaan, dan produktivitas pekerja.
Indikator ini dapat dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja dan sedang bekerja tetapi dengan jam kerja di bawah normal (kurang dari 35 jam per minggu) dengan jumlah penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja.
Tingkat Setengah Pengangguran  =
Jumlah pekerja yang bekerja kurang dari jam kerja normal x 100
                       Jumlah angkatan kerja
Misalkan, berdasarkan data Sakernas 2004, persentase penduduk usia 15 tahun atau lebih yang bekerja dengan jam kerja dibawah 35 jam seminggu berjumlah 30.213.692 orang sementara total angkatan kerja 2004 berjumlah 103.973.387 orang. Sehingga tingkat setengah pengangguran pada tahun 2004 sebesar 29%.
Semakin tinggi tingkat setengah pengangguran maka semakin rendah tingkat utilisasi pekerja dan produktivitasnya. Akibatnya, pendapatan mereka pun rendah dan tidak ada jaminan sosial atas mereka. Hal ini sering terjadi di sektor informal yang rentan terhadap kelangsungan pekerja, pendapatan dan tidak tersedianya jaminan sosial. Sehingga pemerintah perlu membuat kebijakan untuk meningkatkan kemampuan bekerja mereka seperti penambahan balai latihan kerja.
Konsentrasi setengah pengangguran diduga banyak ditemukan disektor pertanian dan perdagangan. Peta setengah pengangguran perlu dilengkapi dengan distribusi menurut daerah dalam regional geografis dan dalam arti pedesaan –perkotaan. Penanganan masalah setengah pengangguran regional sering membutuhkan partisipasi aparat pemerintah daerah dengan gubernur sebagai penguasa tunggal. Untuk itu, peta regional seperti ini sangat bermanfaat.





B.                      MASALAH INFLASI / KENAIKAN HARGA
Inflasi adalah kenaikan harga – harga umum yang berlaku dalam suatu perekonomian dari satu period eke periode lainnya.
1.      JENIS – JENIS INFLASI
a.      Inflasi  Tarikan Permintaan
Inflasi Tarikan Permintaan adalah kesempatan kerja yang tinggi, menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi. Misalnya mengeluarkan barang dan jasa.
Contohnya, suatu perusahaan Blackberry menawarkan berbagai aplikasi baru untuk menambah minat masyarakat sehingga penawaran akan barang tersebut dapat bertambah.
b.      Inflasi Desakan Biaya
Inflasi Desakan Biaya adalah kenaikan harga barang produksi dari suatu perusahaan dengan cara memberikan gaji dan upah yang tinggi kepada Karyawannya karena adanya permintaan Perusahaan yang bertambah. Contohnya dalam Suatu Perusahaan membutuhkan 10 (Sepuluh)  Karyawan, untuk bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan, namun berhubung karyawan yang Perusahaan peroleh hanya setengah dari 10 Karyawan dan permintaan Perusahaan  semakin meningkat maka Perusahaan akan menaikan Gaji atau Upah yang lebih tinggi untuk Karyawan yang mengerjakan permintaan Perusahaan yang meningkat itu.
c.       Inflasi Diimpor
Inflasi Diimpor bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud, apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Misalnya “Minyak” yang berasal dari salah satu Negara terbesar penghasil minyak yaitu Negara Arab Saudi, Negara Arab akan menaikan harga minyak karena minyak peranannya sangat penting dalam proses produksi barang-barang industri.

2.      INFLASI MERAYAP DAN HIPERINFLASI
Inflasi Merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen dalam setahun.
Contohnya, Negara Malaysia dan Singapura, Negara tersebut  adalah Dua dari Negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi Merayap.
Hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat.
Contohnya, Negara Indonesia
Tahun
Tingkat Inflasi (%)
1965
500  %
1966
650 %

Ini berarti tingkat harga – harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan pada tahun 1966 harga-harga naik 6,5 kali lipat.
Hiperinflasi/Seringkali berlaku dalam perekonomian yang sedang menghadapi perang atau kekacauan politik di dalam negeri. Dalam masa-masa seperti ini pemerintah terpaksa menambah pengeluaran yang jauh melebihi dari pajak yang dipungutnya. Contohnya meminjam dari Bank Sentral atau mewajibkan Bank Sentral mencetak lebih banyak uang.
3.      EFEK DARI INFLASI
a.      Efek Positif
-          Peredaran / perputaran barang lebih cepat
-          Produksi barang-barang  bertambah karena keuntungan pengusaha bertambah
-          Kesempatan kerja bertambah karena terjadi tambahan investasi
-          Pendapatan nominal bertambah, tetapi riil berkurang karena kenaikan pendapatan kecil.

b.      Efek Negative / Efek Buruk
-          Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap.
-          Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila  inflasi berlaku.
-          Memperburuk pembagian kekayaan.
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap—tanah, bangunan dan rumah— dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/ pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin  tidak merata.

C.       KEBIJAKAN PEMERINTAH
-          Kebijakan segi permintaan :
Kebijakan fiskal adalah usaha Pemerintah untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi dengan membuat perubahan dalam bentuk pengeluarannya dalam system pelajaran.
Kebijakan moneter adalah langkah Pemerintah yang dijalankan melalui Bank Sentral untuk mengatahui kegiatan perekonomian dengan membuat perubahan dalam penawaran uang dan suku bunga.
-          Kebijakan segi penawaran :
Kebijakan Segi Penawaran adalah Langkah Pemerintah yang berusaha meningkatkan efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan dan tenaga kerja sehingga Produksi Nasional dapat ditingkatkan, Biaya Produksi dikurangkan dan teknologi semakin berkembang.
Stagflasi adalah keadaan inflasi yang sangat tinggi dan berkepanjangan, ditandai dengan macetnya kegiatan perekonomian yang menyebabkan pengangguran.

1.      a. Inflasi dan kebijakan fiskal
Menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah
b. Inflasi dan kebijakan moneter
Mengurangi, menaikan suku bunga dan membatasi kredit.
c. Inflasi dan kebijakan segi penawaran
Melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakan pertambahan produksi dan menggalakan perkembangan teknologi.

2.  a. Pengangguran dan Kebijakan fiskal
 Mengurangi pajak dan menambah pengeluaran pemerintah
b. Pengangguran dan kebijakan moneter
    menambah penawaran uang, mengurangi atau menurunkan suku bunga dan menyediakan kredit khusus untuk kegiatan tertentu.
c. Pengangguran dan kebijakan segi penawaran
Mendorong lebih banyak infestasi, mengembangkan infrastrukstur, meningkatkan efisiensi administrasi permintaan, member subsidi dan mengurangkan pajak perusahaan dan individu.



3. Kebijakan pemerintah dalam mengatasi kebijakan fiskal, moneter dan segi penawaran.
Dalam Kebijakan Fiskal akan dibuat Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak untuk mempengaruhi tingkat pengeluaran Agregat.
Dalam Kebijakan Moneter yang dilakukan adalah membuat perubahan dalam penawaran uang atau Suku Bunga untuk mempengaruhi pengeluaran agregat.
Dalam Kebijakan  Segi Penawaran yang akan kita bahas Selanjutnya, Kebijakan Pemerintah dalam hal tersebut adalah melakukan pengurangan pajak,  memberikan insentif fiskal, memberikan subsidi dan menyediakan insfrastruktur yang baik untuk menaikan efisiensi kegiatan Perusahaan-perusahaan.
4. Tujuan Kebijakan Pemerintah
a. Tujuan bersifat ekonomi
Tujuan bersifat ekonomi adalah tujuan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang bersifat ekonomi
-          Dengan menyediakan lowongan pekerjaan
Adalah usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran agar tidak berlanjut terus menerus sehingga mengalami jangka panjang.
-          Meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat
Adalah kenaikan kesempatan kerja dan pengurangan pengangguran yang berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat.
-          Memperbaiki Pembagian Pendapatan
Pengangguran yang semakin tinggi menimbulkan efek yang buruk pada kesamarataan pembagian pendapatan. Semakin besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai pendapatan. Pada kesempatan kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari kecenderungan ini dapat disimpulkan bahwa usaha menaikan kesempatan kerja dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam masyarakat.

b. Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan Bersifat Sosial dan Politik  adalah suatu kepentingan bersama, untuk semua Masyarakat tanpa memandang status sosial Masyarakat, serta untuk kepentingan Bangsa dan Negara.
-           Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan Kestabilan Keluarga
Bila Anggota dalam suatu Rumah Tangga terlalu banyak dan tidak mempunyai Pekerjaan, maka berbagai masalah akan timbul. Misalnya: Keluarga tersebut kemampuannya terbatas untuk melakukan pembelanjaan dalam mencukupi Kehidupan mereka sehari-hari. Maka hal tersebut akan mengurangi kemampuan Keluarga untuk membiayai pendidikan anak-anaknya. Akibatnya  Keluarga tersebut akan mengalami perselisihan dalam Berumah Tangga, sehingga secara otomatis pengangguran mengurangi taraf Kemakmuran Keluarga.
-          Menghindari Masalah Kejahatan
Pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pendapatan. Akan tetapi, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk berbelanja. Contohnya Sewa Rumah harus dibayar,  namun selain sewa Rumah. Keluarga juga perlu melakukan pengeluaran lain untuk biaya Makanan, biaya Sekolah, dll. yang harus dibayar. Apabila tiada tabungan dan sumber pendapatan lain, pengangguran menggalakan kegiatan kejahatan.  “ Inti’nya semakin tinggi pengangguran, maka semakin tinggi tingkat kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pengangguran secara tak langsung menyebabkan pengurangan dalam kejahatan.
-           Mewujudkan Kestabilan Politik
Pengangguran merupakan salah satu sumber dan penyebab dari ketidak Stabilan Politik. Tanpa kestabilan politik tidak mungkin suatu NEGARA dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus menerus.  Hal tersebut menjadikan masyarakat seringkali tidak merasa puas dengan pihak Pemerintah  yang tidak melakukan tindakan yang cukup untuk masyarakat. Misalnya dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi, masyarakat seringkali melakukan Demonstrasi dan mengemukakan kritik kepada Pemimpin-peminpin Pemerintah


Share:

No comments:

Post a Comment

Keep Traveling

Total Pageviews

Popular

Blog Archive

Recent Posts