MANAJER
DAN LINGKUNGAN EKSTERNAL ORGANISASI
1. Faktor-Faktor Lingkungan
Eksternal
Para manajer seharusnya
tidak hanya memusatkan perhatiannya pada lingkungan internal organisasi, tetapi
juga menyadari pentingnya pengaruh lingkungan eksternal terhadap organisasi
yang dikelolanya. Manajer harus mempertimbangkan unsur-unsur dan
kekuatan-kekuatan lingkungan eksternal dalam setiap kegiatannya. Manajer harus
mengidentifikasi, menganalisa, mengevaluasi, mendiagnosa dan bereaksi terhadap
kekuatan-kekuatan lingkungan, baik berupa kesempatan-kesempatan, risiko-risiko,
maupun ancaman-ancaman, yang mempunyai pengaruh pada operasi organisasi
(perusahaan). Manajemen dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif,
selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Manajer perlu
menentukan cara atau pendekatan yang akan memungkinkannya menjaga dan
mengembangkan organisasi dalam lingkungan yang selalu berubah.
Dengan pendekatan system
dan contingency, akan dibahas factor-faktor lingkungan esternal yang
berpengaruh dan dipengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung terhadap /
oleh operasi-operasi organisasi, dan tanggung jawab sosial manajer. Lingkungan
eksternal terdiri atas unsur-unsur diluar organisasi, yang sebagian besar tidak
dapat dikendalikan dan berpengaruh dalam pembuatan keputusan oleh manajer.
Organisasi mendapatkan masukan-masukan (input) yang dibutuhkan,
seperti ; bahan baku, dana tenaga kerja dan energi dari
lingkungan eksternal, menstranformasikan menjadi produk dan jasa, dan
kemudian menghasilkan keluaran-keluaran (output) kepada lingkungan eksternal.
Lingkungan eksternal mempunyai unsur-unsur :
1) Berpengaruh langsung
(lingkungan eksternal mikro), terdiri dari; para pesaing (competitors),
pemasok / penyedia (suppliers), pelanggan (customers),
lembaga-lembaga keuangan (financial intitutions), pasar tenaga kerja (labour
supply), dan perwakilan-perwakilan pemerintah (government councils),
2) Berpengaruh tidak langsung (lingkungan eksternal
makro), mencakup; teknologi (technology), ekonomi (economy),
politik (politic) dan sosial (social), yang mempengaruhi iklim
dimana organisasi beroperasi dan mempunyai potensi menjadi kekuatan-kekuatan
sebagai lingkungan eksternal mikro.
2. Lingkungan Eksternal Mikro
Lingkungan eksternal mikro penting
diperhatikan, walaupun tingkat pengaruhnya berbeda.
1) Para pesaing ; lingkungan
persaingan perusahaan tercermin dari tipe, jumlah dan norma-norma perilaku
organisasi-organisasi pesaing. Dengan pemahaman akan lingkungan persaingan yang
dihadapi, organisasi dapat mengetahui posisi persaingannya, sehingga lebih
mampu mengoptimalkan operasi-operasinya. Misalnya; untuk meningkatkan bagian
pasarnya (market share), dimana produk dan harga sama dengan pesaing,
perusahaan harus menciptakan perbedaan-perbedaan (differences), dalam
pembungkusan (packaging), pelayanan (services), atau promosi (promotion).
Pemahaman arena, sifat persaingan (competitors), serta kekuatan (strengths)
dan kelemahan (weaknesses) para pesaing, memungkinkan perusahaan dapat
mempergunakan kekuatan bersaingnya lebih efektif dan efisien.
2) Pelanggan ; strategi,
kebijakan dan taktik-taktik pemasaran perusahaan sangat tergantung situasi
pasar dan pelanggan. Biasanya manajer pemasaran menganalisa profil pelanggan
sekarang dan potensial serta kondisi pasar dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
pemasaran perusahaan berdasarkan hasil analisa tersebut.
3) Pasar tenaga kerja ;
organisasi memerlukan sejumlah karyawan (personalia) dengan bermacam-macam
ketrampilan, kemampuan dan pengalaman, sehingga perlu menggunakan banyak
saluran untuk menarik dan mendapatkan karyawan-karyawan tersebut. Ada
tiga factor yang paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan karyawan
perusahaan, yaitu ;
1) reputasi
perusahaan di mata angkatan kerja,
2) tingkat
pertumbuhan angkatan kerja,
3) tersedianya
tenaga kerja sesuai kebutuhan.
4) Lembaga-lembaga keuangan ; organisasi
tergantung pada bermacam-macam lembaga keuangan, seperti perbankan, perusahaan
asuransi, termasuk pasar modal, untuk menjaga dan memperluas
kegiatan-kegiatannya, jangka pendek untuk membiayai opearasionalnya, jangka
panjang untuk membangun fasilitas baru dan membeli peralatan
baru (investasi).
5) Para pemasok; setiap
organisasi sangat tergantung pada sumber-sumber dari sumberdaya-sumberdayanya
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku (mentah), bahan pembantu, pelayanan, energi
dan peralatan, yang digunakan untuk berproduksi.
6) Perwakilan-perwakilan pemerintah
; hubungan organisasi dengan perwakilan-perwakilan pemerintah
berkembang semakin kompleks. Mereka biasanya menetapkan peraturan-peraturan
yang harus dipatuhi organisasi dalam operasinya, prosedur prosedur perijinan,
dan pembatasan-pembatasan lainnya untuk melindungi masyarakat.
3. Lingkungan Eksternal Makro
Lingkungan eksternal makro mempengaruhi organisasi dengan dua cara :
1) Kekuatan-kekuatan di luar tersebut
mempengaruhi organisasi secara langsung atau tidak langsung melalui satu atau lebih
unsur-unsur lingkungan eksternal mikro.
2) Unsur-unsur lingkungan makro
menciptakan iklim, misalnya teknologi tinggi, keadaan perekonomian cerah atau
lesu dan perubahan-perubahan sosial, dimana organisasi ada dan harus memberikan
tanggapan.
Lingkungan
eksternal makro meliputi :
1) Perkembangan teknologi :
dalam setiap masyarakat atau industri, tingkat kemajuan teknologi memainkan
peranan berarti pada penentuan produk dan jasa yang akan diproduksi, peralatan
yang akan digunakan, dan cara bermacam-macam operasi akan dikelola. Inovasi
teknologi dapat juga menimbulkan persaingan baru dalam
industri-industri yang berbeda, misalnya; pengembangan produksi jam
digital elektronik telah menimbulkan persaingan baru bagi perusahaan-perusahan
jam mekanik tradisional, kemajuan industri mesin foto kopi menimbulkan kesukaran-kesukaran
bagi perusahaan kertas karbon.
2) Variabel-variabel Ekonomi : para
manajer akan selalu terlibat dengan masalah-masalah biaya sumber daya-sumber
daya yang dibutuhkan organisasi, yang selalu berubah-ubah karena pengaruh
faktor-faktor ekonomi, seperti ; kecenderungan inflasi dan deflasi harga
barang-barang dan jasa-jasa, kebijakan moneter, devaluasi atau
revaluasi, tingkat bunga, kebijakan fiskal, keseimbangan neraca
pembayaran,harga yang ditetapkan oleh para pesaing dan pemasok.
3) Lingkungan sosial budaya :
merupakan pedoman hidup yang menentukan bagaimana hampir serluruh organisasi
dan manajer akan beroperasi. Lingkungan ini mencakup ; agama dan
kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pandangan dan
pola kehidupan yang dibentuk oleh tradisi, pendidikan, kelompok ethnis,
ekologi, demografis,geografis.
4) Variabel-variabel Politik dan
Hukum : dalam suatu periode tertentu akan menentukan operasi
perusahaan. Manajer tidak mungkin mengabaikan iklim politik,
peraturan-peraturan pemerintah maupun konsekuensi-konsekuensi atau dampaknya
terhadap pemerintah dalam pembuatan keputusan, contohnya, kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam bidang ; perdagangan, undang-undang perpajakan, upah
minimum, undang-undang hak patent, undang-undang perlindungan konsumen, pemasok
dan pesaing.
5) Dimensi
Internasional : komponen internasional dalam
lingkungan eksternal juga menyajikan kesempatan-kesempatan dan
tantangan-tantangan, serta mempunyai potensi menjadi factor yang berpengaruh
langsung pada operasi perusahaan. Kekuatan-kekuatan internasional ini
berpengaruh melalui ; perkembangan politik dunia, ketergantungan ekonomi,
penularan nilai-nilai dan sikap hidup, serta transfer teknologi.
4. Organisasi dan Lingkungan
Lingkungan eksternal
mempengaruhi manajer-manajer bervariasi menurut tipe dan tujuan organisasi. Hal
ini berbeda di antara posisi-posisi dan fungsi-fungsi dalam suatu organisasi
dan bahkan antara tingkatan-tingkatan hirarki di dalam organisasi. Karena
mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan pandangan yang lebih luas, para
manajer di tingkat atas dalam organisasi memikul tanggung jawab lebih besar
untuk pengelolaan hubungan dengan lingkungan eksternal dibanding para manajer
tingkatan bawah. Manajer dan organisasi memberikan tanggapan terhadap
lingkungan eksternal, melalui ;
1) Usaha mempengaruhi lingkungan
eksternal mikro : manajer harus memusatkan usaha-usahanya pada
aspek-aspek kunci lingkungan bagi tujuan organisasi. Bila mereka memperlakukan
setiap komponen secara sama, mereka akan menghabiskan waktu dan energi dengan
cara-cara yang tidak produktif. Tetapi melalui pemusatan pada variable-variabel
kunci, manajer dapat mencapai sasarannya untuk mempengaruhi lingkungan,
misalnya mempengaruhi lingkungan mikro, yaitu pelanggan melalui iklan.
2) Peramalan (forecasting) dan
lingkungan eksternal makro : kelangsungan operasi perusahaan sering
sangat tergantung pada antisipasi dan adaptasi terhadap perkembangan lingkungan
eksternal makro. Kecenderungan perkembangan lingkungan ini hendaknya dimonitor
secara terus menerus, agar manajer mampu mengembangkan kedudukan yang kuat
dalam menghadapi lingkungan tersebut. Penggunaan teknik-teknik
peramalan, seperti ; analisa statistik, model-model ekonometrika, simulasi,
delphi, dan sebagainya, memungkinkan
manajer dapat mengantisipasi perubahan-perubahan dalam peraturan-peraturan
pemerintah, sikap masyarakat, biaya-biaya pengadaan bahan, tersedianya bahan
mentah, kegiatan-kegiatan pesaing, dan lain-lain sehingga dapat mempersiapkan
sejumlah kegiatan-kegiatan di waktu yang akan datang (Sukanto
Reksohadiprodjo, “Business Forecasting”).
3) Perencanaan, perancangan
organisasi dan lingkungan : cara paling penting bagi manajer untuk
menyesuaikan dengan lingkungan eksternal adalah melalui pengembangan dan
implementasi rencana-rencana bagi organisasinya. Rencana-rencana ini mungkin
sederhana, jangka pendek dan terbatas ruang lingkupnya, atau mungkin rumit,
jangka panjang, dan ruang lingkupnya luas. Rencana-rencana mewujudkan konsep
dasar organisasi dan strategi-strategi akan mengikutinya untuk mencapai tujuan.
Rencana-rencana strategik ini tidak hanya menjadi pedoman adaptasi organisasi
terhadap lingkungan eksternal mikro dan makro, tetapi juga menuntut usaha-usaha
organisasi untuk mempengaruhi perilaku-perilaku factor-faktor dalam lingkungan
eskternal mikro. Suatu tipe khusus penyesuaian manajerial terhadap lingkungan,
mencakup perubahan-perubahan dalam struktur formal organisasi, aliran kerja,
pola wewenang, hubungan-hubungan pelaporan diantara manajer dan sebagainya.
Bentuk penyesuaian ini sering disebut perancangan organisasi (organizational
design).
5. Tanggung Jawab
Sosial Manajer
Tanggung jawab sosial, berarti bahwa
manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan
keputusan. Tanggung jawab sosial perusahaan ini merupakan salah satu tugas yang
harus dilakukan oleh para manajer organisasi perusahaan, karena aspek ini merupakan
syarat utama bagi berhasilnya perusahaan, terutama untuk jangka panjang. Dengan
demikian manajer dituntut untuk mengimplementasikan “etika
berusaha” (the ethics of managers), terutama dalam hubungannya dengan
pelanggan, karyawan, penemu teknologi, lembaga pendidikan, perusahaan lain,
para pemasok, pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat pada umumnya (Harol
Koontz, Cyril O’Donnell, dan Heinz Weihrich, “Management”).
Etika berkenaan dengan
pendapat tentang benar dan salah, lebih khusus kewajiban moral seseorang pada
masyarakat. Etika ini merupakan sistem ungkapan-ungkapan yang menyangkut
perilaku, perbuatan dan sikap manusia terhadap peristiwa-peristiwa yang
dianggap penting dalam hidupnya. Etika para manajer akan sangat mempengaruhi keputusan-keputusan
dan kegiatan-kegiatan organisasi, yang harus berdasarkan pada nilai-nilai atau
standar moral yang dianggap baik dan luhur dalam suatu lingkungan atau
masyarakat.
Ada lima factor yang
mempengaruhi keputusan-keputusan pada masalah etika, yaitu ;
1) hukum,
2) peraturan-peraturan pemerintah,
3) kode etik industri dan perusahaan,
4) tekanan-tekanan sosial,
5) tegangan antara standar perorangan
dan kebutuhan organisasi.
Factor-faktor ini mempengaruhi etika manajer dengan
tingkatan dan pada bidang-bidang fungsi yang berbeda-beda.
Para manajer semakin
dituntut untuk mengikuti atau mentaati hukum dan standar-standar etika
masyarakat. Pada saat yang sama, perhatian manajer harus dipusatkan pada
pemberian tanggapan-tanggapan organisasi pada masalah-masalah sosial. Hal ini
mempunyai dua konsekuensi utama :
1) banyak organisasi sekarang
mengesampingkan tujuan utamanya maksimalisasi keuntungan, dan mengalihkan ke
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan perolehan keuntungan
secukupnya,
2) pencapaian hasil-hasil yang lebih
baik dalam pelaksanaan fungsi tanggung jawab sosial perusahaan menjadi semacam
peralatan untuk membantu sukses organisasi.
Cara para manajer
memelihara penanganan masalah-masalah sosial akan mencerminkan etika
pribadinya, kebijakan-kebijakan organisasi, dan nilai-nilai sosial perusahaan
pada periode waktu tertentu.
No comments:
Post a Comment