RETURN HARAPAN, RISIKO, dan PEMILIHAN PORTOFOLIO
Bagian A
Pengertian Return dan Resiko
a. Return (Tingkat Pengembalian)
Tujuan investor dalam berinvestasi
adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan factor risiko investasi yang harus
dihadapinya. Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas interaksi yang
dilakukannya.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield
dan capital gain (loss). Yield merupakan komponen return yang mencerminkan
aliran kas atau pendapatann yang diperoleh secara perioidik dari suatu investasi. Jika kita
berinvestasi pada sebuah obligasi misalknya, maka besarnya yield ditunjukkan
dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula halnya jika kita membeli
saham, yield ditunjukan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan,
capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan
(penurunan) harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka
panjang), yang bisa memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata
lain, capital gain (loss) bisa diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
Dari kedua sumber return diatas, maka
kita bisa mmenghitungg return total
suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang
diperoleh dari suatu investasi. Perlu diketahui bahwa yield hanya akan berupa angka nol (0) dan positif (+),
sedangkan capital gain (loss) bisa berupa minus(-), nol (0) dan positif (+).
Secara sistematis return total suatu investasi bisa dituliskan sebagai berikut:
Return
Total = Yield + Capital Gain (Loss)
Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara
return yang diharapkan (expected return) dengan return yang
terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan
tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return
yang terjadi merupakan tingkat return yang telah diperoleh di masa
lalu. Antara tingkat return yang diharapkan dan return yang
terjadi atau return aktual merupakan risiko yang harus dipertimbangkan
dalam proses investasi.
Tingkat
pengembalian (return) biasanya di
bedakan menjadi dua yaitu; Return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return ekspektasi adalah return yang diharapkan
akan diperoleh oleh investor di masa yang akan datang. Return realisasi
merupakan return yang telah terjadi, dihitung berdasarkan data historis. Hasil pengembalian adalah pendapatan
yang diterima dari investasi ditambah perubahan harga pasar biasanya dinyatakan
sebagai prosentase dan harga pasar investasi mula-mula.
b.
Risk (Risiko)
Disamping memperhitungkan return, investor juga perlu
mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi sebagai dasar pembuatan
keputusan investasi. Secara umum, risiko adalah tingkat
ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau tidak terwujudnya sesuatu tujuan,
pada suatu kurun atau periode waktu tertentu (time period).
Risiko bisa juga diartikan sebagai kemungkinan return aktual
yang berbeda dengan return yang diharapkan. Investor yang mempunyai
sikap enggan terhadap risiko disebut dengan risk averse investor.
Investor ini tidak mau mengambil risiko suatu investasi jika investasi tersebut
tidak memberikan harapan return yang layak sebagai kompensasi terhadap
risiko yang ditanggung investor tersebut. Sikap investor terhadap risiko akan
tergantung pada preferensi investor terhadap risiko. Investor yang lebih berani
akan memilih risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti dengan harapan
tingkat return yang tinggi pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang
tidak mau menanggung risiko yang tinggi tentunya tidak akan bisa mengharapkan
tingkat return yang tinggi pula.
Dalam bidang finansial, risiko sering dihubungkan dengan
volatilitas atau penyimpangan /deviasi dari hasil investasi yang akan diterima
dengan keuntungan yang diharapkan. Volatilitas merupakan besarnya harga
fluktuasi dari sebuah aset. Semakin besar volatilitas aset, maka semakin besar
kemungkinan mengalami keuntungan atau kerugian.
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi, yaitu sebagai berikut :
1. Resiko Suku Bunga
Resiko yang dialami akibat dari
perubahan suku bunga yg terjadi di pasaran yang mampu memberi pengaruh bagi
pendapatan investasi.
Contoh:
Pada tanggal 30 Januari 2009 pemerintah Indonesia mengeluarkan instrumen
keuangan baru yang disebut sukuk Ritel. Sukuk ritel adalah obligasi syariah
yang menganut prinsip syariah. Sukuk ritel ini kemudian menjadi masalah bagi
penerbit obligasi lainya karena suku bunga yang ditawarkan yaitu 13 % jauh di
atas rata-rata suku bunga obligasi pada umumnya yaitu 9-11%, sehingga investor
lebih tertarik untuk membeli sukuk ritel tersebut. Hal ini didukung dengan
resiko dalam investasi ini mendekati 0%.
Strategi: Yang bisa dilakukan oleh para
penerbit obligasinya lainya adalah menaikan suku bunga lebih tinggi dari sukuk
ritel. Selain itu, juga dibutuhkan peran pemerintah melalui kebijakan atau
peraturan yang bisa menguntungkan semua penerbit obligasi.
2. Risiko Pasar
Resiko pasar adalah fluktuasi pasar yang secara keseluruhan
mempengaruhi variabilitas return suatu investasi, bahkan mengakibatkan investor
mengalami capital loss. Perubahan ini dapat disebabkan oleh banyak faktor,
seperti munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, isu, spekulasi maupun perubahan
politik.
Contoh: Adanya fluktuasi nilai rupiah
terhadap USD yang sangat besar mendukung naiknya kurs USD sehingga mencapai
sekitar Rp.6.000/USD. Hal ini disebabkan karena adanya isu sekitar kesehatan
presiden pada bulan November/Desember 1997.
Strategi: Untuk menjaga kestabilan nilai tukar
rupiah terhadap USD pemerintah bisa melakukan intervensi melalui berbagai
kebijaksanaan moneter dan fiskal, salah satunya melalui managed float system.
3. Risiko Inflasi
Risiko inflasi adalah risiko potensi kerugian daya beli
investasi karena terjadinya kenaikan rata-rata harga konsumsi.
Contoh: Laju inflasi pada 2012 bisa
mencapai 7,1 persen, apabila pemerintah melakukan penyesuaian harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) bersubsidi. Menurut perhitungan BI 4,4 persen kalau tidak ada
apa-apa, kalau ada jadi 6,8 persen sampai 7,1 persen . Apabila ada kenaikan
harga BBM sebesar Rp1.000 per liter maka terjadi inflasi sebesar 6,8 persen,
sedangkan apabila ditetapkan subsidi konstan sebesar Rp2.000 per liter maka
terjadi inflasi 7,1 persen. Kalau harga BBM-nya Rp1.000 itu inflasi 6,8 persen,
tapi kalau subsidi dibatasi konstan Rp2.000 per liter maka akan ada peluang
naik, tapi inflasi di 7,1 persen. Dengan adanya rencana kenaikan bbm yang bisa menyebabkan
inflasi, para investor pun enggan untuk berinvestasi
Startegi:Yang bisa dilakukan pemerintah yaitu
melalui Kebijakan antara lain dengan mengoptimalkan bauran kebijakan dari suku
bunga, nilai tukar, pengelolaan likuiditas dan kebijakan makroprodensial.
Dampak kebijakan subsidi BBM ke inflasi masih memungkinkan ditekan lebih rendah
dengan menerapkan subsidi ke sektor transportasi dan komunikasi kebijakan yang
baik untuk meminimalkan efek psikologis.
Sedangkan yang bisa dilakukan oleh
investor sebagai alternatif investasi yaitu:
a.
Menabung.
Menabung di bank dapat mem-back up inflasi, karena bunga yang kita terima bisa
mem-back up inflasi.
b. Investasi Emas. Dengan kita
berinvestasi emas maka kita akan terhindar dari resiko inflasi yang akan
menggerogoti nilai mata uang kita, karena apabila terjadi inflasi tinggi maka
harga emas pun akan tinggi.
4. Risiko bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis indutri
disebut sebagai risiko bisnis, misalnya, perusahaan pakaian jadi yang bergerak
pada industry tekstil akan sangat di pengaruhi oleh karakteristik industry
tekstil itu sendiri.
- Ririko financial.
Ririko ini berkaitan dengan keputusan
perusahaan untuk menggunakan hutang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar
proporsihutang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko financial yang
dihadapi perusahaan
- Risiko
Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder. Semakin cepat
suatu sekuritas diperdagangkan, maka semakin likuid sekuritas tersebut. Resiko
ini bisa juga didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendek atau jatuh tempo dengan menggunakan aset yang ada.
Contoh: Krisis yang melanda Indonesia,
mulai mengenai perbankan dengan timbulnya masalah kekurangan likuiditas
(liquidity mismatch), semula dialami oleh beberapa bank, tetapi kemudian
menjadi sistemik. Krisis likuiditas secara sistemik, yang dialami perbankan
dimulai sekitar pelaksanaan kebijakan pencabutan ijin usaha atau likuidasi 16
bank tanggal 1 November 1997. Kepercayaan terhadap Rupiah yang menurun sejak
terjadinya gejolak moneter bulan Juli 1997 menjadi lebih buruk lagi setelah
diterapkan sistim nilai tukar yang mengambang secara bebas pada pertengahan
Agustus 1997. Pembelian mata uang dollar (USD) atau penjualan aset rupiah ramai
dilakukan, dimulai oleh pelaku pasar asing, akan tetapi kemudian diikuti oleh
pemain pasar dalam negeri dan pemilik dana dalam negeri.
Strategi :Pemerintah menghadapi perkembangan
ini dengan melakukan pengetatan moneter, dengan menggunakan tindakan fiskal
(melalui pengurangan pengeluaran rutin maupun pembangunan dari APBN), kebijakan
moneter (langkah BI menghentikan pembelian SBPU bank-bank dan peningkatan suku
bunga SBI sampai lebih dari dua kali lipat), dan tindakan adminsitratif
(instruksi Menkeu ke pada berbagai Yayasan dan BUMN untuk mengalihkan deposito
mereka menjadi SBI).
- Risiko
Nilai Tukar Mata Uang (Valas)
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestik dengan nilai mata uang negara lainnya. Risiko ini juga dikenal dengan
nama currency risk atau exchange rate risk.
Contoh: Dalam sebuah investasi yang
membutuhkan mata uang asing sebagai transaksi, misalkan US$, apabila US$
menguat sedangkan Rupiah melemah akan membuat investor yang akan menanamkan
modalnya dengan US$ akan membuat rugi, karena Rupiah yang harus dikeluarkan
semakin banyak.
Strategi: Perusahaan atau pihak yang
bergerak di jenis investasi ini sebaiknya melakukan tindakan mengantisipasi
atau meminimalisir resiko dengan melakukan hedging. Hedging adalah suatu
kegiatan perlindungan terhadap nilai uang. Hedging bisa dilakukan melaui
Contract forward dan forward rate yang memberikan kesempatan kepada pihak-pihak
yang ingin membeli valas dengan harga tertentu di masa depan yang telah
disepakati sekarang.
- Risiko
Negara
Risiko ini juga disebut sebagai risiko politik, karena
sangat berkaitan dengan kondisi perpolitikan suatu negara. Resiko Politik ini
juga berkaitan dengan kemungkinan adanya perubahan ketentuan perundangan yang
berakibat turunnya pendapatan yang diperkirakan dari suatu investasi atau
bahkan akan terjadi kerugian total dari modal yang diinvestasikan. Bagi
perusahaan yang beroperasi di luar negeri, maka stabilitas ekonomi dan politik
negara bersangkutan akan sangat perlu diperhatikan guna menghindari risiko
negara yang terlalu tinggi.
Contoh: Libya sebagai negara pemilik
cadangan minyak terbesar di Afrika mengalami krisis akibat adanya protes yang
dimulai pada tanggal 16 Februari 2011 untuk menurunkan presiden yang berkuasa
pada saat itu, menyebabkan terganggunya pasokan minyak mentah, sebagai akibatnya
harga minyak menjadi naik. Dengan melonjaknya harga minyak mentah menyebabkan
terjadinya krisis pangan secara global akibat naiknya harga pangan. Hal ini
dikarenakan Minyak dibutuhkan untuk peralatan pertanian yang digunakan untuk
memproduksi pangan dan Transportasi untuk mengangkut pangan.
Strategi: Perlunya investasi jangka panjang
di sektor pertanian di negara berkembang, mempersiapkan teknologi yang lebih
baik utk bisa meningkatkan produktivitas pangan, Investasi di infrastruktur
pedesaan serta pelatihan untuk petani kecil guna mendorong ke arah produksi
yang lebih tinggi. Dengan mengatasi krisis pangan yang terjadi nantinya mampu
menghemat pengeluaran negara untuk penyediaan pangan dan mencegah terjadinya
inflasi akibat kenaikan harga pangan akibat berkurangnya produksi pangan.
- Resiko
Reinvestment.
Resiko Reinvestment yaitu resiko
terhadap penghasilan-penghasilan suatu aset keuangan yang harus di re-invest
dalam aset yang berpendapatan rendah (resiko yang memaksa investor menempatkan
pendapatan yang diperoleh dari bunga kredit atau surat-surat berharga ke
investasi yang berpendapatan rendah akibat turunnya tingkat bunga.
Contoh: Kondisi investasi tidak akan sama
ketika pembelian pertama kali suatu obligasi khususnya pembelian obligasi untuk
jangka panjang, karena perubahan ekonomi dan politik dapat mempengaruhi tingkat
suku bunga pada saat hendak menginvestasikan kembali kupon-kupon dari obligasi
tersebut. Untuk obligasi yang berdenominasi mata uang asing (non-rupiah),
gejolak fluktuasi nilai tukar valuta asing terhadap rupiah mengakibatkan
kerugian akibat selisih kurs.
Van Horne dan Wachowics, Jr (1992) mendefinisikan risiko
sebagai variabilitas (keragaman) return terhadap return yang
diharapkan.
Suad
Husnan (2005:161) menyebutkan bahwa risiko dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Risiko
Sistematis
Risiko
sistematis merupakan risiko yang mempengaruhi semua perusahaan. Risiko ini
terjadi karena kejadian-kejadian diluar kegiatan perusahaan seperti inflasi,
resesi, dan lain sebagainya.
2.
Risiko
Tidak Sistematis
Risiko
tidak sistematis atau risiko khusus merupakan risiko yang mempengaruhi satu
(kelompok kecil) perusahaan, karena risiko ini merupakan risiko yang
penyebabnya ada di dalam perusahaan itu sendiri atau di dalam suatu kelompok
industri tertentu. Risiko ini disebut juga sebagai risiko unit/ risiko
residual/ risiko khusus perusahaan. Yang termasuk dalam risiko ini misalnya
adanya kerusakan peralatan, pemogokan kerja, tuntutan hukum maupun bencana
alam.
2.2
Estimasi Return Sekuritas
Mengetahuiu secara pasti return yang
akan diperoleh dari suatu investasi dimasa yang akan dating adalah pererjaan
yang sulit, bahkan mustahil. Return investasi hanya bisa diperkiraan melalui
pengestimasian. Return invetasi dimasa yang akan dating adalah return harapan
dan sangat mungkin berlainan dengan return actual yang diterima.
Disamping
mengestimasi return harapan dari suatu sekuritas , kita juga perlu menghitung
berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada sekuritas
bersangkutan. Risiko sebagai siisi lain dari return menunjukkan kemungkinan
penyimpangan antara return harapan dari return actual yang diperoleh.
Menghitung Return Harapan
Untuk mengestimasi return sekuritas
sebagai asset tunggal, invesator harus memperhitungkan setiap kemungkinan
terwujudnya tingkat return tertentu,
atau yang lebih dikenal dengan probabiliitas kejadian. Sedangkan hasil dari
perkiraan return yang akan terjadi probabilitasnya disebut sebagai distribusi
probabilitas. Dengan kata lain, distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi
berapa tingkat return yang akan diperoleh dan berapa probabilitas terjadinya
return tersebut.
Menghitung return harapan atas
sekuritas adalah dengan mencari nilai rata-rata tertimbang dari semua return
yang mungkin terjadi dalam perhitungan rata-rata tertimbang ini, bobotnya
ditentukan atas dasar nilai probabilitas masing-masing return yang terjadi.
Secara sistematis rumus untuk menghitung return harapan dari suatu sekuritas bisa dituliskan dalam persamaan
berikut ini:
Keterangan:
E(R) = return harapan dari suatu sekuritas
Ri =
return ke-I yang mungkin terjadi
Pri =probabilitas
kejadian return ke-i
N = banyaknya return yang mungkin
terjadi
Analisis Resiko Portofolio
Dalam
manajemen portofolio dikenal adanya konsep
pemgurangan risiko sebagai akibat penambahan sekuritas kedalam
portofolio. konsep ini mengatakan jika kita menambahkan secara terus-menerus
jenis sekuritas kedalam portofolio kita , maka manfaat pengurangan risiko yang
kita peroleh akan semakin besar sampai
mencapai titik tertentu dimana manfaat pengurangan tersebut mulai berkurang.
Konsep
penurunan risiko portofolio didasari asumsi bahwa retur-return bersifat
independen. Dengan asumsi bawha return sekuritas yang ada dalam portofolio
tidak saling mempengaruhi satu dengan yang lainya, risiko portofolio bisa
diestimasi dengan nilai deviasi standar populasi dibagi dengan akar dari n (
jumlah sekuritas dalam portofolio). rumus untuk menghitung deviasi standar
portofolio bisa dituliskan sebagai berikut ini.
Contoh:
misalnhya risiko setiap sekuritas sebesar 0,20, maka risko portofolio akan
menurun terus jika semakin banyak jumlah sekuritas yang dimasukan kedalam
portofolio. misalnya, jika kita memasukkan 100 saham dalam portofolio tersebut
maka risiko portofolio akan berkurang dari 0,20 menjadi 0,02
Semakin banyak jumlah saham yang dimasukan kedalam
portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Bebrapa hasil studi
empiris tentang jumlah saham dalam portofolio yang bisa mengurangi risiko telah
dilakukan dan menghasilkan rekomendasi bahwa untuk mengurangi risiko portofolio
diperlukan sedikinya antara 10-20 jenis saham.
2.4
Diversifikasi
Untuk menurunkan risiko investas,
investor perlu melakukan “diversifikasi” Diversifikasi selektif ,pembentukan
portofolio melalui pemilihan kombinasi sejumlah asset sedemikian rupa
hingga risiko dapat diminimalkan.
Diversifikasi adalah berinvestasi pada berbagai jenis saham, dengan
harapan jika terjadi penurunan pengembalian satu saham akan ditutup oleh
kenaikan pengembalian saham yang lain. Risiko yang dapat di diversifikasi
adalah risiko yang tidak sistematik atau risiko spesifik dan unik untuk perusahaan.
Diversifikasi risiko ini sangat penting untuk investor, karena dapat
meminimumkan risiko tanpa harus mengurangi return yang diterima.
Investor dapat saja berfikir bahawa
untuk melakukan diversifikasi, cara yang paling mudah adalah dengan memasukkan
semua kelas asset kedalam portoffolio.kelas asset disini misalnya saham,
obligasi, mata uang, property, dan lain sebagainya. Tetapi, jika cara ini
dilakukan permasalahanya adalah berapa bagian dana yang akan diinvestasikan
dalam kelas kelas asset tersebut dan asset-aset spedifik yang mana dari kelas
asset yang akan dipilih untuk dimasukan kedalam portofolio.
Berdasarkan
dari kedua gambaran situasi diaatas, terlihat bahwa investor perlu melakukan
divesrifikasi pada berbagai asset untuk meminimalkan risiko. Berikut prinsip
prinsip divesrifikasi, yaitu Diversifikasi
dengan banyak aktiva diversifikasi random dan diversfikasi Markowitz.
1.
Diversifikasi
dengan banyak aktiva
Mengikuti hokum statistic bahwa semakin besar ukuran sampel,
semakin dekat nilai rata-rata sampel dengan nilai ekspektasian dari populasi.
Asumsi yang digunakan disini adalah bahwa tingkat hasil untuk masing-masing
sekuritas secara statistik adalah independen. Ini berarti bahwa rate of return
untuk satu sekuritas tidak terpengaruh oleh rate of return sekuritas yang
lainnya. Dengan asumsi ini, deviasi standar yang mewakili risiko dari
portofolio dapat dituliskan sebagai berikut:
sp= si
Ön
2. Diversifikasi secara random
Diversifikasi secara random merupakan pembentukan portofolio
dengan memilih sekuritas-sekuritas secara acak tanpa memperhatikan
karakteristik dari investasi yang relevan seperti misalnya return dari
sekuritas itu sendiri. Investor hanya memilih sekuritas secara acak.
3.
Diversifikasi
secara Markowitz
Dengan menggunakan metode mean-variance dari Markowitz,
sekuritas-sekuritas yang mempunyai korelasi lebih kecil dari +1 akan menurunkan
risiko portofolio. Semakin banyak sekuritas yang dimasukkan ke dalam
portofolio, semakin kecil risiko portofolio.
Diversifikasi dapat ditunjukkan
dengan jumlah aktiva yang besar didalam portofolio. Jumlah aktiva yang besar
ini dapat ditunjukkan dengan nilai n yang mendekati (limit) tak berhingga.
Untuk nilai varian yang besar (mendekati tak berhingga) akan sama dengan nol,
sehingga untuk diversifikasi dengan banyak aktiva, nilai varian portofolio akan
hilang. Dengan demikian, diversifikasi akan menghilangkan efek dari varian,
tetapi efek kovarian masih tetap ada, yaitu sebesar nilai rata-rata semua
kovarian atau dengan kata lain, untuk portofolio yang didiversifikasikan dengan
baik yang terjadi dari banyak aktiva efek dari kovarian menjadi lebih penting
dibandingkan efek dari varian masing-masing aktiva
Koefisien korelasi, adalah suatu
ukuran statistic menunjukkan pergerakan bersamaa relative antara dua variable .
ukuran tersebut biasanya dilambangkan dengan dan berjarak (berkorelasi) antara +1.0 sampai
-1,0 dimana:
Jika = +1,0; berarti kokrelasi positif sempurna
Jika
Jika
Ada beberapa hal yang berkaitan
dengan penggunaan ukuran koefisien
korelasi dala konsep diversifikasi, sebagai berikut:
1. Penggabungan dua sekuritas yang
berkorelasi positif sempurna tidak akan memberikan manjaat pengurangan risiko.
2. Penggabungan dua sekuritas yang
berkorelasi nol akan mengurangi risiko portofolio secara signitifikan. Semakin
banyak jumlah saham yang tidak berkorelasi dimasukkan dalam portofolio semakin
besar manfaat pengurangan risikio diperoleh.
3. pengabungan dua buah sekuritas yang
berkorelasi negative sempurna akan menghilangkan risiko kedua sekuritas
tersebut. Hal ini sejalan dengan prinsip strategi lindung nilai(bedging)
terhadap risiko.
4. dalam dunia nyata, ketiga jenis
korelasi ekstrim tersebut sangat jarang terjadi. Sekuritas biasannya kan
mempunyai korelasi positif terhadap sekuritas lainya, meskipun tidak sempurna.
Oleh karena ini investor tiadak bisa menghilangkan sama sekali risiko
portofolio. hanya mengurangi.
Kovarian
Kovarian Adalah ukuran absolute yang menunjukkan sejauh
mana dua variable mempunyai kecendrungan
untuk bergerak secar bersama-sama. Dalam konteks manajemen portofolio, kovarian
menunjukansejauh mana return dari dua sekuritas mempunyai kecendrungan bergerak
bersama-sama. Kovarian bisa berbentuk angka positif, negative, ataupun nol.
Secara sistematis, rumus untuk menghitung kovarianss dua buah sekuritas A dan B adalah:
Keterangan:
m = jumlah hasil
sekuritas yang mungkin terjadi ada periode tertentu
pri = probabilitas
kejadian retrn ke-i
2.5
Estimasi
Return Portofolio dan risiko portofolio
Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung
return harapan dan risikosuatu kumpulan asset individual yang dikombinasikan
dalam suatu portofolio asset. Ingat bahwa asset-aset dapat mengalami gerak
bersama-sama. Oleh karena itu, uantuk menghitung suatu risiko portofolio kita
tidak boleh hanya menjumlahkan seluruh resiko asset individual, tetapi juga
harus memperhatikan komponen risiko asset individual, tetapi juga harus
memperhatikan komponen resiko akibat keterkaitan antar asset tersebut. Dengan
kata lain, kontribusi resiko asset individual terhadap risiko portofolio,
terdiri dari komponen varians dan kovarians asset tersebut dengan asset-aset
lain yang dilibatkan dalam portofolio.
Kasus
Dua Sekuritas
Untuk
mengukur risiko portofolio yang terdiri dari dua sekuritas, kita bisa
menghitung deviasi standar return kedua
sekuritas tersebut. Secara matematis, rumus yang dipakai adalah:
Keterangan:
Kasus
n-Sekuritas
Rumus
untuk meghitung deviasi standar untuk dua buah sekuritas diatas biasa di
perluas untuk menghitung risiko
portofolio yang terdiri atas n-sekuritas. Ukuran yang dipakai adalah varians
return dari n-sekuritas yang ada dalam portofolio . secara matematis rumus untuk menghitung resiko n-sekuritas adalah:
Keterangan:
Jika
dari bagian pertama persamaan () kita asumsikan bahwa bobot
portofolio sama untuk setiap sekuritas,
maka porsi dana yang diinveestasikan (w) menjadi:
Selanjutnya
bisa disederhanakan menjadi persamaan:
Atau
Model
portofolio markovwitz memang bsa membantu kita untuk menghitung return harapan
dan resiko portofolio. tetapi, model tersebut memerlukan perhitungan kovarians
yang terlalu kompleks, terutama jika kita dihadapkan pada jumlah sekuritas yang
banyak. Seandainya terdapat n sekuritas dalam sebuah portoffolio, berarti kita
harus menghitung sejumlah [n(n-1)]/2 kovarian artinya kita harus menghitung
[100 (100-1)/2 atau 4950 kovarian untuk sebuah portofolio yang berisi 100
sekuitas.
Materi 4
Definisi Return
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor
berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung
risiko atas investasi yang dilakukannya.Return menurut
Jogiyanto(2003; 109) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Return Realisasi (Realized Return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena
digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan. Return historis
ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko dimasa
mendatang.
2. Return Ekspektasi (Expected
Return)
Merupakan return yang digunakan untuk pengambilan
keputusan investasi. Return ini penting dibandingkan dengan return historis
karena return ekspektasi merupakan return yang diharapkan dari investasi yang
dilakukan.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen
utama, yaitu yield dan capital gain/loss (Tandellin, 2010:102).
Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas yang diperoleh secara
periodic dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi
misalnya, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi. Demikian pula
halnya jika kita membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang
kita peroleh. Sedangkan capital gain (loss) merupakan kenaikan (penurunan)
harga suatu surat berharga, yang bisa memberikan keuntungan (kerugian)bagi
investor.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa menghitung
return total. Perlu diketahui bahwa yield hanya akanberupa angka nol (0) dan
postif (+), sedangkan capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-), nol (0)
dan positif (+) secara matematis return total suatu investasi bisa dituliskan:Return
total = yield + capital gain (loss)
2.2 Definisi Risiko
Risiko adalah kemungkinan adanya sesuatu yang tidak
menguntungkan akan terjadi di masa mendatang.Risiko juga merupakan kemungkinan
perbedaan antara return yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin
besar kemungkinan perbedaannya, berarti semakin besar risiko investasi
tersebut.
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko
yang timbul dalam financial assets,
berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini:
1. Umpamakan seorang investor membeli short-term government bond (surat
berharga pemerintah jangka pendek) seharga Rp. 100.000.000,- dengan tingkat
bunga/coupon rate sebesar 15,5% setahun dan jangka waktunya 5 tahun. Dalam
contoh kasus ini, pendapatan yang akan diperoleh oleh investor darishort-term bond tersebut dapat diperkirakan
dengan pasti, dan investor semacam ini bisa digolongkan dalam apa yang disebut risk-free.
2. Andaikata uang sebesar Rp.
100.000.000,- tersebut diinvestasikan dalam bentuksaham dari suatu perusahaan,
maka hasil dari investasi ini tidak bisa diramalkan dengan pasti. Karena rate of returnakan bervariasi dan sangat
besar kemungkinannyauntuk memperoleh kerugian. Maka saham bisa dikatakan
secara relatif mengandung risiko yang lebih tinggi atau bisa dikatakan risky.
Dengan demikian
pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan mempunyai
dampak yang berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada situasi
pengambilan keputusan di bidang investasi. Maka didalam rangka proses pengambilan
keputusan, sebaiknya kita buat banyak kemungkinan-kemungkinan alternatif yang
akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih alternatif yang
paling menguntungkan.
Menurut Jones (2000), ada dua tipe
resiko yaitu:
1. Systematic Risk
Risiko yang
tidak dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor. Misalnya:
a.
Risiko tingkat bunga
Merupakan
perubahan suku bunga yang dapat mempengaruhi return investasi. Jika suku bunga
meningkat, maka bunga saham akan turun.
b.
Risiko politik
c.
Risiko inflasi
Inflasi yang
meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli yang telah diinvestasikan.
d.
Risiko nilai tukar
Risiko ini
berkaian dengan fluktuasi nilai tukar mata uang domestik (negara perusahaan
tersebut) dengan nilai mata uang negara lainnya.
e.
Risiko pasar
Dengan
adanya fluktuasi pasar, maka perubahan indeks pasar saham secara keseluruhan
dapat terjadi.
2. Unsystematic risk
Adalah risk
yang dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor. Misalnya:
a.
Risiko bisnis
b.
Risiko likuiditas
Semakin
cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid sekuritas tersebut,
demikian pula sebaliknya.
c.
Risiko
financial
Risiko ini berkaitan dengan
keputusan perusahaan untuk menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya.
Dalam hubungannya dengan Unsystematic Risk dan Systematic Risk yang kemungkinan akan
timbul di pasar pada saat kita melakukan kegiatan investasi, maka dapat kita
gambarkan sebuah diagram yang menghubungkan antara garis risk dengan jumlah
saham dalam portfolio.
Dengan memperhatikan gambar diatas, maka dalam hal ini kita
tidak dapat melakukan perubahan terhadap systematic
risk. Yang bisa diubah hanyalah unsystematic
risk, yakni dengan cara mengkombinasikan antara bermacam-macam
saham/diversifikasi saham. Dengan demikian, semakin besar betha-nya (β), maka
akan semakin tinggi pula risikonya.
2.3 MengukurExpected Return dan Risiko Sekuritas
Untuk mengestimasi return, investor harus memperhitungkan
setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang lebih dikenal
dengan probabilitas kejadian.Probability suatu kejadian
diartikan sebagai harapan dimana kejadian tersebut bisa terjadi. Sebagai gambaran, berikut ini diberikan ilustrasi
mengenai kemungkinan akan turun hujan hari ini atau besok. Melihat keadaan
cuaca, maka kemungkinannya adalah 60% akan turun hujan dan 40% akan tidak turun
hujan. Maka
dapat dibuat probabilitynya:
Kejadian Probability
Hujan 0,6 = 60%
Tidak hujan 0,4 = 40%
1,0 = 100%
Demikian pula halnya apabila kita ingin
menginvestasikan uang kita dalam saham dari perusahaan “X“ dan perusahaan “Y“, dimana kita akan
berharap untuk memperoleh capital gain dan deviden atas keputusan
yang akan kita pilih tersebut.
Saham Perusahaan “X“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 100%
Normal 0,4 15%
Resesi
0,3 - 70%
1,0
Saham Perusahaan “Y“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 20%
Normal 0,4 15%
Resesi
0,3 10%
1,0
Dari ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa dalam keadaan ekonomi kuat maka kita akan dapat memperoleh return yang
tinggi pada kedua perusahaan tersebut, baik dalam bentuk. Pada situasi ini kita
mempunyai kemungkinan hanya 30%.Dalam keadaan normal return yang kita dapat atas pembelian saham kedua
perusahaan tersebut akan sama besarnya, yakni 15%, dan kemungkinan yang akan
terjadi adalah 40%.Sedangkan dalam kondisi resesi, maka return dari kedua
perusahaan tersebut sangat berbeda yaitu antara -70% pada perusahaan “X“ dan
10% pada perusahaan “Y“, dan kemungkinan yang akan terjadinya adalah 30%.
Dalam hal iniuntuk mengukur risiko maupun return, bisa dilihat
dari 3aspek yaitu,
1. Variabilitas of Return,
2. Standard
Deviasi
3. Arithmetic Mean dan Geometric Mean
Ad. 1. Variabilitas Of
Return
Ditinjau dari variabilitas
of return-nya, maka perusahaan “X“ mempunyai risiko yang lebih
besar apabila dibandingkan dengan perusahaan “Yvariabilitas rate of return perusahaan “Y“. Apabila kita kalikan
setiap kemungkinan hasil dengan probability dari masing-masing dan kemudian
kita jumlahkan hasilnya, maka kita akan memperoleh apa yang disebut “
weighted average of return “ atau yang diartikan sebagai “
expected rate of return “. Sebagai gambaran bisa dilihat pada contoh perhitungan dibawah
ini.
Perusahaan “X“
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Kuat 0,3 100% 30%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 - 70% -
21%
Expected Rate of Return =15%
Perusahaan “Y“
Keadaan ekonomi Probability Rate of ReturnExpected
Return
Kuat 0,3 20% 6%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 10% 3%
Expected Rate of Return =15%
Dari ilustrasi perhitungan diatas, jika
dilihat dari expected return yang dihasilkan oleh kedua perusahaan
besarnya sama, akan tetapi apabila ditinjau dari sisi variabilitas rate of
return keduanya berbeda.
Mana dari kedua
perusahaan diatas yang lebih besar risikonya. Untuk lebih jelasnya, maka dapat
kita gambarkan sebagai berikut ini:
Ditinjau dari segi perilaku, manusia
sebagai investor mempunyai 3 kecenderungan didalam rangka menghadapi risiko, seperti dijelaskan dalam utility theory, yaitu:
- Ada manusia yang mencari risiko, dan tanpa adanya
risiko ia kurang
senang. Type ini disebut dengan “Risk Seeker“.Risk seeker akan lebih memilih
investasi yang mempunyai risiko yang lebih besar, tentunya dengan harapan
return yang besar pula.
- Manusia yang mencari keseimbangan antara risiko dan
return. Type ini disebut dengan “Risk Indifference“. Artinya, investor
mengharapkan adanya tambahan return jika ada tambahan risiko yang ia hadapi.
- Manusia yang menginginkan tambahan return yang lebih
besar dengan adanya kenaikan/tambahan risiko yang ia hadapi. Type ini
disebut dengan “Risk Averter“.Risk
Averterakan
memilih investasi yang resikonya lebih kecil. Type ini lebih banyak
jumlahnya. Didalam Risk Averterada teori yang
disebut dengan “Deminishing Marginal Utility of Money“. Maksud dari pengertian tersebut adalah
bahwasannya setiap adanya satu tambahan kemakmuran yang diberikan, kalau
terus menerus ditambah maka pertambahan total utility-nya akan semakin menurun.
Contoh, apabila seseorang yang tidak mempunyai uang sama sekali,
kemudian dia menerima uang sebesar Rp. 10.000,- maka ia akan menggunakannya
untuk keperluan yang paling mendesak; tetapi apabila ia menerima kembali Rp.
10.000,-, maka ini juga akan berguna baginya tetapi sudah tidak sepenting
seperti pada yang pertama kalinya. Dengan demikian utility yang kedua kurang dari yang pertama kali. Dengan kata lain, marginal utility-nya semakin menurun.
Demikian pula kalau ia menerima untuk yang ketiga kalinya dan seterusnya. Untuk
itu kita bisa mengatakan bahwa marginal utility of money adalah deminishing
Dengan demikian, disini dapat disimpulkan bahwa dengan semakin bertambahnya
tingkatwealth, hal ini akan
menyebabkan semakin menurunnya pertambahan total
utility.
Seseorang yang mempunyai constant marginal utility for money akan
menilai setiap dana yang diterima
sama saja dengan setiap dana yang dikeluarkan. Di lain pihak dimana seseorang dengan deminishing marginal utility for money
akan memperoleh lebih banyak kerugian dari setiap dana yang hilang dibandingkan dengan
keuntungan yang diperoleh dari setiap dana tambahan yang ia terima.
Itulah sebabnya orang akan lebih banyak
menghindar dari risiko dan akan meminta return yang lebih banyak dari setiap investasi yang mempunyai risiko yang tinggi.
Ad. 2. Standard Deviasi
Untuk menghitung besarnya standard
deviasi, maka kita perlu mengetahui hal-hal sebagai berikut:
a.
Hitung
besarnya expected rate of return (Ṝ) dengan formulasi:
Ṝ , dimana:
Rί =
rate of return
Pί =
probability of return
n = total
kemungkinan
Ṝ = expected rate of return
b.
Kurangkan expected
rate of return (Ṝ) dari rate of return ( Rί ) untuk memperoleh
besarnya deviasiatas expected rate of return. Deviasinya adalah : (
Rί –Ṝ)
c.
Kuadratkan
masing-masing deviasi dan kemudian dikalikan dengan masing-masing probability
of return untuk bisa memperoleh varians-nya.
Variance:
d.
Akar dari varians adalah sama dengan standard deviasi, Standard Deviasi:
Untuk lebih jelasnya, kita lihat kembali contoh ilustrasi perhitungan dari Perusahaan
“Y“ sebagai berikut ini:
Rί – Ṝ ( Rί – Ṝ )² (
Rί – Ṝ )² Pί
Kuat 20 –
15 = 5 25 25 x 0,3 = 7,5
Normal 15 – 15 = 0 0 0 x 0,4 = 0
Resesi 10 – 15 = (5) 25 25 x 0,3 = 7,5
Variance σ² = 15
Standard Deviasi σ = 3,87%
Perusahaan “ X “ sebagai berikut ini :
Rί – Ṝ (
Rί – Ṝ )² ( Rί – Ṝ )² Pί
Boom 100 – 15 = 5 7.225 7.225 x 0,3 = 2.167,5
Normal
15 – 15 = 0 0
0 x 0,4 = 0
Resesi - 70 – 15 = (85)
7.225 25 x 0,3 = 2.167,5
Variance σ² =
4.335
Standard Deviasi σ = 65,84%
Berdasarkan ilustrasi perhitungan
diatas, apabila kita pakai standard deviasi sebagai tolok ukur untuk
menghitung risiko yang akan kita hadapi, maka dalam hal
ini perusahaan “X“ akan mempunyai risiko yang lebih besar dibandingkan dengan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan “Y“.
Dengan demikian, semakin besar standard
deviasi dari suatu perusahaan, hal ini akan memberikan petunjuk semakin
besar pulalah risiko yang akan dihadapinya.
Ad. 3. Arithmetic Mean dan Geometric
Mean
Perhitungan return sebenarnya cukup sederhana, yaitu (harga
jual - harga beli + deviden) / harga beli. Misalkan suatu saham dibeli dengan
harga Rp 10.000. Setahun kemudian harga saham naik menjadi Rp 15.000 dan
investor menjualnya. Dalam periode tersebut juga sudah dibagikan dividen
sebesar Rp 1.000 yang sudah dinikmati oleh investor. Sehingga return adalah =
60%.
Metode Arithmetic Mean
menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan membagi total return tersebut
dengan jumlah tahunnya. Misalkan return tahun 2010 sampai 2013 berturut-turut
adalah 30%, 20%, dan 25%, maka Arithmetic
Mean = (20%+25%+15%)/3 =20%. Sedangkan Geometric
Meandapat dihitung dengan cara(1+20%) x (1+25%) x (1+15%). Hasilnya
kemudian di akar pangkat 3 (sesuai jumlah tahun) kemudian hasilnya dikurangi 1.
Hasil yang diperoleh adalah 19.9305%
Pada website www.infovesta.com, yang menampilkan performa reksa
dana seperti Panin Asset Management di bawah ini:
Dengan menggunakan contoh, Return Panin Dana Maksima
selama 5 tahun adalah 244.24% (total
return) adalah sama dengan 28.01% (Annualized
Return/Geometric Mean menurut Bloomberg).
Total
return
lebih familiar bagi investor awam karena dengan mudah menggambarkan tingkat
pengembalian historis dalam jangka panjang. Misalkan return 5 tahun adalah
200%, artinya jika kita menginvestasikan uang Rp 1 juta 5 tahun yang lalu, maka
sekarang sudah menghasilkan keuntungan Rp 2 juta. Sementara istilah Annualized Return lebih sering digunakan
investor yang lebih sophisticated.
Hal ini tidak terlepas, bahwa baik buruknya kinerja tidak hanya digambarkan
dengan return saja namun juga oleh volatilitasdan
perbandingan terhadap free-risk. Dalam
prakteknya volatilitas (standar
deviasi) dan free-risk dinyatakan
dalam tahunan sehingga tingkat return juga disetahunkan.
Penghitungan tingkat perubahan aliran return pada periode
yang bersifat serial dan kumulatif sebaiknya mengunakan metode geometric mean. Sedangkan arithmetic mean, akan lebih baik dipakai
untuk menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.
2.4 Analisis Risiko
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan
risiko sebagai akibat penambahan sekuritas kedalam portofolio. Rumus untuk
menghitung varians portofolio bisa dituliskan sebagai berikut:
Contoh: misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Jika
kita memasukkan 100 saham dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio akan
berkurang dari 0,20 menjadi 0,02.
Perhitungan statistik di atas membuktikan bahwa semakin
banyak jenis saham yang dimasukkan dalam portofolio akan menyebabkan semakin
berkurangnya risiko portofolio.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang
dimasukkan dalam portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko.Meskipun
demikian, manfaat pengurangan risiko portofolio akan semakin menurun sampai
pada jumlah tertentu, dan setelah itu tambahan sekuritas tidak akan mengurangi
risiko portofolio.
Beberapa hasil studi empiris tentang jumlah saham dalam
portofolio yang bisa mengurangi risiko, menghasilkan rekomendasi bahwa untuk
mengurangi risiko portofolio diperlukan sedikitnya antara 10-20 jenis saham.
Penilitian yang sama juga pernah dilakukan Tandelilin (1998) di pasar modal
Indonesia dan Filipina. Penelitian tersebut menghasilkan rekomendasi bahwa
untuk meminimalkan risiko sedikitnya diperlukan 14 saham untuk pasar modal
Filipina dan 15 saham untuk pasar modal Indonesia.
2.5 Diversifikasi
Diversifikasi adalah pembentukan portofolio melalui
pemilihan kombinasi sejumlah asset tertentu sedemikian rupa hingga risiko dapat
diminimalkan tanpa mengurangi besaran return yang diharapkan.Permasalahan
diversifikasi adalah penentuan atau pemilihan sejumlah aset-aset spesifik
tertentu dan penentuan proporsi dana yangakan diinvestasikan untuk
masing-masing asset tersebut dalam portofolio.Ada dua prinsip diversifikasi
yang umum digunakan:
1. Diversifikasi Random
Diversifikasi random terjadi ketika
investor menginvestasikan dananya secara acak pada berbagai jenis saham atau
asset yang berbeda atau.Investor memilih asset-asset yang akan dimasukkan ke
dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan karakterisitiknya (misal, tingkat
risiko dan return yang diharapkan serta industri).
2. Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowitz
mempertimbangkan berbagai informasi mengenai karakteristik setiap sekuritas
yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi ini menjadikan pembentukan
portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam memilih aset-aset sehingga
diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling optimal.
Filosofi Diversifikasi Markowitz: “janganlah
menaruh semua telur ke dalam satu keranjang“. Kontribusi penting dari
ajaran Markowitz adalah bahwa risiko portofolio tidak boleh dihitung dari
penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada dalam portofolio, tetapi harus
dihitung dari kontribusi risiko asset tersebut terhadap risiko portofolio, atau
diistilahkan dengan kovarians.
2.6 Estimasi Return dan Risiko Portofolio
Mengestimasi return dan risiko portofolio berarti menghitung
return yang diharapkan dan risiko suatu kumpulan aset yang dikombinasikan dalam
suatu portofolio. Rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari portofolio
adalah sebagai berikut:
Dalam hal
ini:
= return yang diharapkan dari
portofolio
= bobot portofolio
sekuritas ke-i
= jumlah total bobot portofolio =
1,0
= return yang diharapkan dari
sekuritas ke-i
n = jumlah
sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio
Contoh: sebuah portofolio yang terdiri dari 3 jenis saham A,
B dan C menawarkan return yang diharapkan masing-masing sebesar 15%, 20% dan
25%. Misalnya, presentase dana yang diinvestasikan pada saham A sebesar 40%,
saham B 30% dan saham C 30%, maka return yang diharapkan dari portofolio
tersebut adalah:
= 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25) = 0,195 atau 19,5%
Untuk mengukur risiko portofolio yang terdiri dari dua
sekuritas, dapat dihitung dengan:
= [ 1/2
Dalam hal
ini:
= deviasi standar
portofolio
= bobot portofolio pada aset A
= bobot portofolio pada
aset B
= koefisien korelasi asset A dan B
Contoh: perhitungan risiko portofolio dua asset yang terdiri
dari saham A dan B masing-masing menawarkan return sebesar 10% dan 25%; serta
deviasi standar masing-masing sebesar 30% dan 60%. Alokasi dana investor pada
kedua aset tersebut masing-masing sebesar 50% untuk setiap asset; serta kedua
asset berkorelasi 0.Deviasi standar portofolio tersebut dihitung dengan:
= [ (0,5)2(0,3)2
+ (0,5)2(0,6)2 + 2 (0,5)(0,5)( )(0,3)(0,6)] 1/2
=
[0,0225 + 0,09 + (0,09) ( )]
1/2
=
[0,1125 + 0,09 (0,0)] ½ = 0,335 atau 33,5%
2.7 Model Indeks Tunggal
Model portofolio Markowitz dengan perhitungan kovarians yang
kompleks seperti telah dijelaskan diatas, selanjutnya dikembangkan oleh William
Sharpe denganmenciptakan model indeks tunggal. Model ini mengkaitkan
perhitungan return setiap asset pada return indeks pasar.
Asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa
sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai
respon yang sama terhadap return pasar.Penyederhaan dalam model indeks tunggal
tersebut ternyata bisa menyederhanakan penghitungan risiko portofolio Markowitz
yang sangat kompleks menjadi perhitungan sederhana.
Bagian b
Pemilihan
Portofolio
Portofolio adalah kumpulan saham / aset lain yang dimiliki
oleh pemodal perorangan atau lembaga. Menurut Ardiyos (dalam skripsi Aminah,
2004 : 23) tujuan portofolio adalah mengurangi risiko dengan penganekaragaman
kepemilikan efek. Portofolio secara harfiah memiliki sekumpulan surat–surat.
Teori ini disebut teori portofolio karena mempunyai cara mengestimasikan dana
kedalam bentuk surat – surat berharga, teori ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pemilik modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat berharga
dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan kemudian ingin
mendapatkan santunan ( penghasilan ) yang lebih tinggi.
Usnan, 2001 : 104 mnengatakan Risiko dari portofolio yang
didiversifikasikan secara baik tergantung pada risiko pasar dari masing-masing
saham yang di masukkan dalam portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin
membentuk portofolio yang memiliki risiko rendah, maka saham yang dipilih
bukanlah saham yang memiliki covarian dengan portofolio yang rendah, Kalau
portofolio tersebut mewakili kesempatan investasi yang ada, dengan proporsi
sesuai dengan bobot investasi tersebut, maka portofolio tersebut disebut
sebagai portofolio pasar.
Portofolio optimal dapat ditentukan dengan menggunakan model
Markowitz atau dengan model indeks tunggal. Untuk menentukan portofolio yang
optimal dengan model ini, yang pertama kali dibutuhkan adalah menentukan
portofolio yang efisien. Untuk ini, semua portofolio yang optimal adalah
portofolio yang efisien. Karena setiap investor mempunyai kurva berbeda yang
tidak sama, portoflolio optimal akan berbeda untuk masing – masing investor.
Investor yang lebih menyukai risiko akan memilih portofolio dengan return yang
tinggi dengan membayar risiko yang juga lebih tinggi. Jika aktiva tidak
berisiko dipertimbangkan, aktiva ini dapat merubah portofolio optimal yang
mungkin sudah dipilih oleh investor
2.2 Menentukan Attainable Set dan
Efficient Set
Investor dapat memilih kombinasi
dari aktiva- aktiva untuk membentuk portofolionya. Seluruh set yang memberikan
kemungkinan portofolio yang dapat dibentuk dari kombinasi n- aktiva yang
tersedia disebut dengan opportunity set atau attainable set. Semua titik di
attainable set menyediakan semua kemungkinan portofolio baik yang efisien
maupun yang tidak efisien yang dapat dipilih oleh investor. Akan tetapi,
investor yang rasional tidak akan memilih portofolio yang tidak efisien.
Rasional investor hanya tertarik dengan portofolio yang efisien. Kumpulan (
set) dari portofolio yang efisien ini disebut dengan efficient set
atau efficient frontier.
Pertanyaannya adalah seperti apa
bentuk dari attainable set dan efficient set tersebut. Pembahasan attainable
set dan efficient set ini akan dimulai dengan portofolio yang terdiri dari dua
aktiva berisiko. Dua aktiva yang membentuk portofolio dapat berkolerasi secara
positip sempurna, negatip sempurna atau tidak mempunyai korelasi sama
sekali.bentuk dari attainable set dan efficient set akan berbeda tergantung
dari korelasi dari dua aktiva tersebut. Selanjutnya attainable set dan
efficient set akan di gambarkan secara umum yaitu untuk n- aktiva dengan
kemungkinan semua korelasinya.
2.2.1 Korelasi Antara Sekuritas adalah
Positif Sempurna
Untuk korelasi positif sempurna dua buah aktiva A dan B,
yaitu ρAB = +1, maka rumus deviasi standar portofolio.
σp = σB · (σA + σB)
– a
|
Untuk kasus korelasi positif sempurna, portofolio tidak
dapat menurunkan risiko atau diversifikasi tidak dapat menurunkan risiko. Rumus
deviasi standar diatas menunjukan fungsi linier deviasi standar dengan intercept
σBdan slope (σA + σB). Slope akan bernilai
positif untuk
Untuk korelasi positif sempurna dua buah aktiva A dan B,
yaitu ρAB = +1, maka rumus varian portofolionya:
σp2
= a2. σA2 + b2. σB2
+ 2.a.b. σA. σB
Dimana:
a = besarnya proporsi saham A
b = besarnya proporsi saham B di dalam portofolio
Deviasi standar portofolio dengan korelasi positif sempurna
adalah:
σp
= a. σA + (1 – a). σB atau σp = σB + (σA
– σB). a
Dimana:
σp = deviasi standar portofolio
(1-a) = proporsi sekuritas kedua
Untuk kasus korelasi positif sempurna, portofolio tidak
dapat menurunkan risiko atau diversifikasi tidak dapat menurunkan risiko.
Sedangkan rumus untuk ekspektasi dari portofolio untuk dua
buah sekuritas dinyatakan sebagai berikut.
E(Rp)
= a. E(RA) + (1-a). E(RB)
E(Rp) = Return ekspektasi portofolio
2.2.2 Tidak Ada Korelasi Antara Sekuritas
Hubungan antara risiko portofolio
dengan proporsi sekuritasnya (a) untuk korelasi nol (ρAB = 0) adalah
tidak linier. Karena hubungan ini tidak linier, maka titik optimal dapat
terjadi. Untuk mengetahui letak dari titik optimal dapat dilakukan dengan
menurunkan fungsi dari varian,
= 2 ·
σA2 – 2 · σB2> 0
|
Untuk optimasi titik minimum, nilai
turunan kedua ini harus lebih besar dari nol sebagai berikut : Karena σA2 dan σB2
adalah bernilai positif, maka nilai dari turunan kedua ini adalah lebih besar
dari nol yang menunjukkan bahwa titik optimal adalah minimum varian. Hubungan
antara proporsi portofolio (a) dengan return ekspektasian portofolio (E(RP))
dapat digambarkan di Gambar 2.3.a, hubungan antara proporsi portofolio (a)
dengan deviasi standar portooflio (σP) dapat digambarkan di Gambar
2.3.b dan hubungan return ekspektasian portofolio (E(RP)) dengan
deviasi standar portofolio (σP).
2.2.3 Korelasi Antara Sekuritas adalah
Negatif Sempurna
Suatu nilai yang diakarkan dapat
menghasilkan dua macam nilai yang berbeda tandanya, yaitu sebuah bernilai
negatif dan yang lainnya bernilaipositif. Dengan demikian, deviasi standar
portofolio dapat mempunyai dua kemungkinan sebagai berikut :
σp
= a · σA – (1 – a) · σB
|
2.3 Menentukan Portofolio Efisien
Portofolio- portofolio efisien
berada di efficient set. Portofolio- portofolio efisien merupakan portofolio-
portofolio yang baik , tetapi bukan yang terbaik. Hanya ada satu portofolio
yang terbaik, yaitu portofolio optimal. Portofolio optimal berada di portofolio
–portofolio efisien. Portofolio optimal merupakan bagian dari portofolio-
portofolio efisien. Suatu portofolio optimal juga sekaligus merupakan suatu
portofolio efisien, tetapi suatu
portofolio efisien belum tentu portofolio optimal.
Dengan menggunakan konsep orang yang
rasional (rational people), portofolio- portofolio efisien dapat dijelaskan.
Orang yang rasional didefinisikan sebagai orang yang akan memilih lebih
dibandingkan dengan memilih kurang. Sebagai orang yang rasiional, dengan
kondisi kerja yang sama, jika anda diminta memilih mendapatkan gaji Rp 3juta
atau Rp 2juta perbulan, maka anda akan memilih gaji yang lebih besar, yaitu Rp
3 juta perbulan. Dengan resiko yang sama, jika anda memasukkan uang di bank
dalam bentuk tabungan, maka anda akan memilih yang member bunga 10%
dibandingkan dengan yang member bunga 6% satahunnya. Jika anda memilih tabungan
dengan bunga yang lebih rendah, sangat dipastikan bahwa anda adalah orang yang
tidak rasional.
portofolio efisien (efficient
portofolio) dapat didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return
ekspektasi terbesar dengan resiko yang tertentu atau memberikan resiko yang
terkecil dengan return ekspektasi yang tertentu. Portofolio yang efisien ini
dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian
meminimumkan resikonya atau menentukan tingkat resiko yang tertentu dan
kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan
memilih portofolio efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan
mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau resiko
portofolio.
Portofolio efisien adalah kumpulan
portofolio yang mungkin dibentuk dari kombinasi aset-aset penyusun portofolio
yang memberikan nilai risiko minimum pada tingkat pengembalian tertentu atau
memberikan keuntungan maksimum pada tingkat risiko tertentu (Tandelilin, 2010:
157). Portofolio efisien belum dapat memberikan panduan kepada investor untuk
mengalokasikan dananya pada aset sekuritas karena semua portofolio dalam efficient
frontier pada dasarnya merupakan portofolio yang layak dipilih, akan tetapi
ada satu portofolio yang paling optimal bagi investor.
2.4 Menentukan Portopolio Optimal
Portofolio optimal adalah salah satu
dari portofolio efisien yang dipilih oleh investor menurut preferensi investor
sendiri (Tandelilin, 2010: 157). Preferensi investor memiliki 3 jenis, antara
lain; investor yang mencari risiko (risk seeker), investor yang netral
terhadap risiko (risk neutral), investor yang menghindari risiko (risk
aversion). (Tandelilin, 2010: 156).
Portofolio
optimal merupakan pilihan dari berbagai sekuritas dari portofolio efisien.
Portofolio yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian
meminimumkan risikonya, atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan
kemudian memaksimumkan return
ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio optimal ini
karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua
dimensi, yaitu return ekspektasi atau
risiko portofolio
Penjelasan di atas memaparkan bahwa
portofolio optimal antara satu investor mungkin akan berbeda dengan investor
lainnya. Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mendapatkan portofolio
optimal adalah dengan pendekatan indeks Sharpe. Metode ini menganggap bahwa
portofolio yang memiliki kinerja terbaik adalah yang mempunyai rewards to
variability ratio (perbandingan antara tingkat pengembalian portofolio dan
risiko portofolio) tertinggi. Indeks Sharpe dituliskan sebagai berikut
Portofolio efisien dari model
portofolio Mean Variance (MV) yang dibentuk oleh peneliti adalah 6
portofolio efisien. Perhitungan portofolio efisien di atas berdasarkan nilai return
saham, covariance antar saham, yang kemudian akan membentuk risiko.
Portofolio efisien juga melibatkan nilai bobot untuk tiap saham yang bisa
menyusun portofolio efisien. Setelah penyusunan portofolio efisien, peneliti
mencari portofolio optimal dari Mean Variance. Portofolio optimal yang
dilakukan peneliti dengan menggunakan pendekatan Indeks Sharpe, yakni dengan rewards
to variability ratio.
2.4.1 Portofolio Optimal Berdasarkan
Preferensi Investor
Portofolio
optimal berdasarkan preferensi investor mengasumsikan hanya didasarkan pada
return ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisist yang menganggap
bahwa investor mempunyai fungsi utility yang sama atau berada pada titik
persinggungan utiliti investor dengan effiicient set. (Jogiyanto, 2000: 193)
Tiap investor mempunyai tanggapan
risiko yang berbeda-beda. Investor yang mempunyai tanggapan kurang menyukai
risiko mungkin akan memilih portofolio di titik B. Tapi, investor lainnya
mungkin mempunyai tanggapan risiko berbeda, sehingga mereka memilih portofolio
yang lainnya selama portofolio tersebut merupakan portofolio efisien yang masih
berada di efficient set. Portofolio mana yang akan dipilih investor
tergantung dari fungsi utilitinya masing-masing.
Portofolio
optimal berdasarkan preferensi investor mengasumsikan hanya didasarkan pada
return ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisist yang menganggap
bahwa investor mempunyai fungsi utility yang sama atau berada pada titik
persinggungan utiliti investor dengan effiicient set. (Jogiyanto, 2000: 193)
2.4.2 Portofolio Optimal Berdasarkan Model
Markowitz
Model Markowitz merupakan model
formal pertama yang mendiversifikasi portofolio dengan perhitungan
kuantitatif. risiko portofolio bukan hanya merupakan rata-rata tertimbang
(weighted average money market), maksimalkan return atau
risiko dari expected pertama kali Return maupun rata weighted
average) dari setiap aset dalam portofolio tetapi juga memperhatikan
hubungan antar aset. Konsep statistik yang penting ini adalah koefisien covariance,
karena dua konsep inilah model Markowitz sering pula disebut sebagai model mean-variance.
Return dalam model Markowitz adalah keuntungan yang diperoleh dari
sejumlah modal yang ditanamkan dalam suatu periode waktu, yaitu berupa
persentase dari modal. Suatu investasi apabila memberikan ketidakpastian
keuntungan maka investasi dinyatakan memiliki risiko. Jadi, definisi dari risiko
adalah variabilitas dari return yang diperoleh.
Dalam
pendekatan ini pemilihan portofolio investor didasarkan pada preferensi mereka
terhadap return yang diharapkan dan risiko masing-masing pilihan portofolio,
kontribusi yang sangat pentinga bagi investor adalah bagaimana seharusnya
melakukan deversifikasi secara optimal.
Ada tiga hal
yang perlu diperhatikan dari model markowitz menurut yaitu; (Tandelilin,2001:
79)
a. Semua titik
portofolio yang ada dalam permukaan efisien mempunyai kedudukan yang sama antara
satu dengan lainnya.
b. Model Markowitz
tidak memasukkan isu bahwa investor boleh meminjam dana untuk membiayai
portofolio pada aset yang berisiko dan Model Markowitz juga belum
memperhitungkan kemungkinan investor untuk melakukan investasi pada aset bebas
risiko.
c. Dalam
kenyataanya, investor yang berbeda-beda akan mengestimasi imput yang berbeda
pula ke dalam model Markowitz, sehingga garis pemukaan efisien yang dihasilkan
juga berbeda-beda bagi masing-masing investor.
Portofolio optimal berdasarkan model Markowitz di
dasarkan pada empat asumsi, yaitu: (Tandelilin, 2001: 78)
1. waktu yang
digunakan hanya satu periode
2. Tidak ada biaya
transaksi
3. Preferensi
investor hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko
4. Tidak ada
simpanan dan pinjaman bebas risiko
Asumsi bahwa preferensi investor mengasumsikan hanya
didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisist
yang menganggap bahwa investor mempunyai fungsi utility yang sama. Pada kenyatannya
tiap-tiap investor memiliki fungsi utilitas yang berbeda, sehingga portofolio
optimal akan dapat berbeda.
2.4.3 Portofolio Optimal Dengan Aktiva
Bebas Risiko
Portofolio
optimal berdasarkan preferensi investor sebenarnya adalah portofolio yang belum
benar – benar optimal, tetapi optimal menurut investor tertentu preferensi
risiko tertentu. Demikian juga portofolio optimal Markowits belum benar – benar
merupakan portofolio yang optimaltetapi hanya optimal untuk risiko portofolio
terkecil atau MVP (Minimal Variance
Portofolio). Portofolio yang benar – benar optimal secara umum (tidak
tergantung preferensi investor tertentu) dapat diperoleh dengan menggunakan
aktiva bebas risiko. Suatu aktiva bebas risiko dapat didefinisikan sebagai
aktiva yang mempunyai return ekspektasian tertentu dengan risiko yang sama
dengan nol.
Portofolio
yang benar-benar optimal secara umum (tidak tergantung pada preferensi investor
tertentu) dapat diperoleh dengan menggunakan aktiva bebas risiko. Suatu aktiva
bebas resiko yaitu sebagai aktiva yang mempunyai return ekspektasian tertentu
dengan risiko yang sama dengan nol.
Σp
Dimana:
E(Rp) = Return
ekspektasian portofolio optimal
RBR = Return aktiva bebas risiko
2.4.4 Portofolio Optimal Dengan Adanya
Simpanan dan Pinjaman Bebas Risiko
Aktiva bebas
risiko adalah aktiva yang mempunyai
return ekspektasi tertentu dengan varian return (risiko) yang sama
dengan nol, karena variannya sama dengan nol, maka kovarian antara bebas resiko
juga sama dengan nol. Aktiva bebas risiko misalnya Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), karena variannya (deviasi standar ) = 0 kovarian antara bebas aktiva
bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lainnya akan menjadi sama dengan nol
sebagai berikut; (jogiyanto, 2000: 195)
Dari pernyataan
di atas, maka aset bebas risiko merupaka aset yang tingkat returnnya di masa
depan sudah dapat dipastikan pada saat ini karena ditunjukkan oleh varians yang
sama dengan nol.
Portofolio optimal secara umum
sebelumnya hanya memasukkan aktiva-aktiva berisiko ke dalam portofolionya.
Aktiva bebas risiko hanya digunakan untuk menentukan letak dari portofolio
optimalnya tetapi tidak dimasukkan sebagai aktiva di portofolionya.
Dengan adanya aktiva yang bebas
risiko, misalnya Sertifikat Bank Indonesia, investor mempunya pilihan untuk
memasukkan aktiva ini ke dalam portofolionya. Karena aktiva bebas risiko
variannya (deviasi standarnya) sama dengan nol, kovarian antara aktiva bebas
risiko ini dengan aktiva berisiko lainnya akan menjadi sama dengan nol sebagai
berikut :
σBR,i =
ρBR,i . σBR . σi
|
Dan untuk varian aktiva bebas risiko
(σBR) yang sama dengan nol, maka kovarian antara aktiva bebas risiko
dengan aktiva berisiko (σBR,i) adalah juga sama dengan nol (karena
sesuatu dikalikan dengan nol adalah sama dengan nol) :
σBR,i = ρBR,i . 0 . σi =
0.
|
No comments:
Post a Comment